Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan memahami dan bekerja sama dengan orang lainMaaf kalo penulisanya jadi ngaco.
Langsung aja cus
Go go
.
.
.Selasa pagi, kurasa hari-hari ini aku sedikit melupakan masalah rumah.
"Man teman, gue ada informasi yang akurat, tajam, dan percaya nih. Harap diam" semua murid dikelas langsung diam, kini Rendi sang ketua kelas berdiri didepan samping meja guru.
"Aktual?"
"Tajam?"
"Terpercaya?", ujar Sulthan menghela nafas "lo kira berita tivi di escetepe apa?!"
"Bener juga lo bos" sahut Dimas
"Si rendi kan cita-cita nya pengen jadi holang kaya, jadi dia belajar dasar-dasar nya dulu. Ya kan?" timbal Bilal
Apa coba kata Bilal? Yang dimaksud Sulthan itu penyiar televisi, kenapa bilal bilang orang kaya? Semua murid menatap tajam Bilal
"Ngomong apa sih lo bi?! Kagak nyambung bener lo" protes Sulthan
"Maksud lo?"
"Nggak bener nih, ngomong sama lo bikin gue emosi! Golok mana golok?!" geram Sulthan dengan tangan meraba meja, tatapannya masih fokus pada bilal yang diam tanpa dosa
"Tan, udah napa kasian bilal tau. Informasi nya gini, katanya metode pembelajaran Di SMA Angkasa ini, dalam seminggu ini, tiga hari dateng ke sekolah, terus tiga hari lagi nggak perlu sekolah, diganti pake daring online kayak bulan kemarin, tapi belum pasti juga sih. Kita tunggu aja hasilnya" ujar rendi
"Bagus deh, gue nggak perlu kesekolah, lumayan tiga hari" sahut Sulthan, dengan kaki dinaikkan ke atas mejanya
"Bagus pala mu, bukan berarti lo harus hangout, happy fun kek gitu! Belajar oy biar pinter" timpal ku
"Terserah gue dong!, ibu sekretaris yang terhormat!" ucap Sulthan dengan penuh penekanan.
"Iya ih nazwa, terserah bos gue lah" bela Resa yang diangguki dimas dan Sulthan
"Udah, jangan bahas lagi, gue pusing denger kalian adu mulut terus" ucap Radit, melerai ku dengan genk nya, lalu ia bangkit keluar dari kursi nya
"Lo kemana dit?" tanya Dimas
"Istirahat. Kalian nggak denger bel udah bunyi dari tadi?" aku, Ainun, Sulthan, Dimas dan resa menggeleng berbarengan.
Mereka keluar, dan aku melihat hampir semuanya kursi sudah kosong, akibat meladeni Sulthan aku tidak menyadari waktu istirahat.
"Nun lo nggak ke kantin?" tanya ku
"Nggak ah males, gue ngantuk tau" ucap nya, yang satu tangan sudah dijadikan bantalan kepala ditambah satu buku ia letakkan diwajahnya.
"Nun, lo nonton berapa episod semalem? kalo gue udah beres semuanya, subuh baru tidur gue. Uwohh..., Tidur ah" sahut Sulli yang langsung tidur, terlihat kalau dari tadi dia menguap terus dan area matanya menghitam seperti mata panda
"Sull, kuat juga ya mata lo, heaahh" jawab Ainun yang beberapa kali terus menguap. Aku hanya menyaksikan keduanya
"Haha iya nih, padahal gue sakit kemarin gegara begadang nonton Drakor. Habisnya penasaran kalo nggak di lanjutin" balaanya
Nggak salah itu sull? Sampe begadang, memang sih ya kalo Drakor itu bikin penasaran, kalo nonton separo ya wajib di lanjutin. Obrolan Ainun dan Sulli sudah tidak terdengar, mungkin sudah masuk ke alam mimpi masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
wish
Teen Fictionwaktu mendewasakan kita? benar. Tetapi, kapan hari akan menjawabnya? keinginan nya yang istimewa namun sulit di gapai. apakah harus menunggu milyaran bulan? jutaan hari? ratusan jam? atau dengan sedetik saja waktu yang dilaluinya merubah kehidupan...