06 : A͟l͟a͟s͟a͟n͟

93 10 1
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"ini kak, teh nya" Raysa meletakkan secangkir teh di meja kaca. "makasih ya Sa" Rossie tersenyum ketika Raysa memberikannya teh. Setelah Raysa kembali ke dapur, Uchan mulai pembicaraan atau lebih tepatnya mulai menginterogasi Rossie.

"Rossie, lu kenapa tadi di iket? Dan siapa yang iket lu?" Tanya Uchan. "uhm, gak ada yang iket kok. Hehe" Bohong Rossie.

"kita udah denger semuanya, kak Rossie jujur aja " Ucap Raysa yang mendapatkan teguran dari Uchan "heh! Belum mandi aja lu! Ntar masuk angin, mampus".

"anu, Claudya dulu yang mandi. Wahai anak Hendro yang paling ganteng" Raysa melembutkan suaranya, namun mata Raysa melotot ke Uchan. "hehe, maaf dong gan" Ucap Uchan, lalu dia terkekeh.

"Ray!" Terdengar suara dari kamar mandi. Pasti itu suara Claudya. "Paan?"

"shampoonya yang mana?"

"yang warna putih, tutupnya biru"

"...."
"oh ini? Shampoonya sapa?"

"punya cecan dan cogan"

"oke"

Setelah suara Claudya tidak terdengar, Raysa menatap ke tiga orang itu. " silakan kalian cerita, Raysa dengerin". Belum lima detik, suara Claudya muncul lagi.

"Ray, bener ya kata lu. Shampoonya dikasih air" Ucap Claudya dari kamar mandi.

Uchan yang mendengar itu langsung menatap tajam Raysa, Raysa hanya tertawa kikuk lalu mengambil jajan astor yang ada di meja tamu.

"dahlah Ross. Ceritain yang sebenernya" Ucap Uchan. Rossie menunduk dan menatap teh nya.

" semua berawal dari umur gua yang udah masuk 17 Tahun. Sesuai tradisi keluarga, anak perempuan harus mulai dicarikan pendamping hidupnya" Rossie menyeruput teh hangatnya.

"mama dan papa pada saat itu ekonominya lagi turun, gak kayak sekarang. Papa gak sengaja ceritain hal ini ke temen kecilnya, yang kebetulan CEO perusahaan yang besar dan papanya Bagas . Kebetulan temennya papa bilang gini " anak kedua saya juga harusnya sudah mencari jodoh. Namun karena saya terlalu sibuk, jadi saya belum sempat cari." akhirnya papa dan temennya itu memutuskan untuk menjodohkan gua sama Bagas. Sejak dijodohin, ekonomi papa dan mama menaik drastis karena papa di jadiin CO - CEO nya" Mata Rossie mulai berkaca kaca.

"gua gak tau Bagas itu siapa dan kek gimana orangnya. Gua nolak perjodohan itu, tapi Papa nya Bagas njelasin sifat Bagas. Yang katanya baik, sopan, ramah, peduli sama cewek. Entah kenapa gua bisa goblok, gua iyain aja." Rossie menyeka air matanya.

" gua dan Bagas beda sekolah. Dia sekolah di SMA BISNIS sedangkan gua di SMA JAYA 01. Kan kliatan holkaynya Bagas." Rossie menghela nafas.

"gitu aja Kak? Kok Kakak nangis?" Tanya Raysa "he em, sedihnya mana?" Tanya Uchan yang didukung oleh anggukan Kiki.

"ini klimaksnya. Pas pentas seni di sekolah gua, tepatnya pentas seni terakhir sebelum ujian nasional. Gua lagi nampilin eskul bela diri yang gua ikutin. Pas gua ganti baju, dan gua cuma pake tanktop aja dan celananya masih seragam bela diri. Padahal gua ada di toilet perempuan, feel gua udah gak enak. Dan ternyata ada yang ngebekap gua terus bilang. "lu Rossie kan?" dan itu ternyata Bagas" Satu tetesan berhasil turun dari mata Rossie.

"eh eh ngebekap?" Tanya Kiki "dan dia bilang gini lagi "mulai hari ini seutuhnya lu jadi milik gua" dan selanjutnya gua gak inget, yang gua inget habis itu langsung gelap gitu. Sejak itu, Bagas selalu datengin gua. Tapi kalo udah marah, dia nyentuh 'sesuatu' dari gua dengan kasar." Rossie menangis.

"dia juga mulai merebut hal hal yang gua suka. Mulai menyuruh gua pake baju feminim, gua gak boleh lagi dengerin lagunya Linkin Park, Metalica, The Beatles, dan lain lain. Dan poster poster gua terpaksa dibakar sama Bagas, tepatnya bakar didepan mata gua." Rossie menangis tersedu sedu.

[3] ROCKVENTURE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang