08 : T͟͟o͟͟l͟͟o͟͟n͟͟g͟͟

84 11 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.

"halo Na?"

"eh Kak Rossie. Ini Raysa, Kak Narissa lagi di kamar mandi. Ada apa ya Kak?"

"tolongin gua Ray, Bagas lagi ngejar gua. Dan dia ada di depan toilet"

"aah, bentar ne? Raysa kesitu sekarang"

Raysa mematikan telfonnya. Dia segera meletakkan ponsel milik Narissa dan berlari ke kamar. Tanpa ba bi bu, dia menyambar jaket jeans nya dan kunci motornya.

Ia segera memakai jaketnya, dan ketika hendak mengambil sepeda motor. Kakak laki lakinya muncul.
"eh eh mau kemana lu?" Tanya Uchan.

"ke HU Bang, Kak Rossie minta tolong. Abang jangan aneh aneh sama Kak Narissa. Awas ae ntar" Raysa memakai helmnya dan memulai menyalakan sepeda motornya. "Rossie kenapa dah?" Uchan masih bingung dengan perlakuan Raysa.

"ntar Raysa kasi tau, tolongin buka pagernya dulu Bang" Pinta Raysa. Uchan membukakan pagar, Raysa langsung menancap gas ke kuliah kakaknya. "Rossie minta tolong ke Raysa?" Monolog Uchan.

📷

High University.

Setelah sampai, dia segera melepaskan helmnya. Dia mencoba mengenakan masker kain yang selalu ada di saku sepedanya. Raysa setengah berlari menuju toilet perempuan.

Benar kata Rossie, dia menemukan Bagas yang sedang bersandar di depan dinding toilet sambil bermain ponselnya. Raysa berpura pura tidak mengetahui Bagas, dia hanya bilang 'permisi' saat memasuki toilet.

Mereka sempat bertatapan muka, namun itu hanya sekilas. Raysa masuk ke toilet itu, dia membuka pelan pelan bilik toilet yang kosong. Dan ketika berada di salah satu bilik, bilik itu terkunci. Rossie membukakan bilik itu lalu menarik Raysa masuk ke bilik.

"makasih Ray, lu dah dateng" Rossie memeluk Raysa. Raysa mengangguk dan memberi isyarat untuk 'diam'. "disini ada jendela ga? Ayo kabur lewat situ" Raysa memakaikan masker kainnya ke Rossie . Namun Rossie menggeleng. "ga ada, adanya ventilasi. Celahnya kecil" Rossie menunjuk ventilasi yang berada di atas.

Raysa mengangguk "gimana kalo kita langsung nyelonong aja?" Usul Raysa. Rossie mengangguk pasrah, hanya itu jalan keluar nya. "kuylah!" Raysa menarik Rossie dan mereka berdua berlari keluar toilet.

Bagas yang masih bermain ponsel, sedikit kaget karena Raysa dan Rossie yang berlari sekencang mungkin. Bagas mulai  mengejar dua perempuan itu. Raysa mengarahkan Rossie ke parkir mobil, padahal ia membawa sepeda motor.

Bruk!

Rossie tak sengaja menabrak Kiki yang baru saja keluar dari ruangan himpunannya. Tak sadar, kacamata bulat Kiki jatuh dan terinjak Rossie. "maap, gua nabrak lu" Ucap Rossie. Sementara Raysa mendorong dorong Rossie ke Kiki.

Kiki yang bingung dengan perlakuan Raysa hanya mengernyitkan dahi. Sementara Rossie mencoba untuk menjauhkan mukanya ke muka Kiki yang hanya beberapa centi lagi. "Kak, titip Kak Rossie sebentar. Kalo bisa anterin pulang. Raysa duluan ya" Raysa memperhentikan aktifitasnya lalu berlari menuju parkir sepeda.

Rossie berdiri tegak lalu meminta maaf ke Kiki. Kiki hanya tersenyum canggung, Kiki memegang batang hidungnya. Lalu terdiam sejenak. "Rossie, tau kacamata gua?" Tanya Kiki. Rossie menggelengkan kepala nya lalu dia mengangkat kakinya.

Sebuah kacamata bundar yang telah hancur.

"eh maap Ki" Rossie menutup muka nya. Ingin rasanya Kiki marah, namun dia melihat pipi merah Rossie. Dadanya menghangat.

"gapapa, anterin kuy ke optik. Beli kacamata baru" Kiki menarik tangan Rossie. Rossie tersentak ketika Kiki menarik tangannya. Namun ia hanya membalas senyuman kepada Kiki.

[3] ROCKVENTURE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang