AIR MATA DI CADARKU 1

3.7K 42 1
                                    

"Seperti yang kita bahas kemarin, kita mau minta data anak yatim yang ada di TK Tanteku, aku sudah memegang datanya. Itu ada sekitar 11 orang, ada yang sudah meninggal Ibunya dan ada juga Ayahnya," Jelas Rahina.

"Baik, jadi minggu depan kita bakal datang kesana untuk melihatnya!" jelasku.

Amira terus menyetir mobil hingga kami sampai ke tujuan.

"Alhamdulillah sampai juga!" ucap Amira.

Kami bertiga bergegas turun, lalu mengambil barang-barang yang sudah kami persiapkan. Kedatangan kami disambut oleh Ibu Panti, juga ada beberapa lainnya yang ikut membantu membawa barang yang kami bawa.

"Assalamualaikum Bu," ucap kami bertiga.

Kemudian kami menyalami tangan mereka semua.

"Wa'alaikumussalam, wah ada banyak sekali barang yang kalian bawa," ucap Ibu Panti.

"Alhamdulillah Bu, semoga bermanfaat untuk anak-anak disini," sahutku.

"Aamiin, mereka pasti senang," sambung Ibu Panti.

Kami dipersilahkan masuk, ternyata semua anak-anak sudah mereka kumpulkan di Aula. Mereka semua menyambut kedatangan kami dengan ceria.

***

Malam ini sepertinya Mas Husein lembur lagi, biasanya pulang paling cepat jam lima soreh, kalau lembur sampai jam delapan malam.

Aku sudah memasak makanan kesukaan Suamiku, ada semur telur pakai tahu goreng dan juga rebus daun singkong.

Pakaianku sudah rapi seperti biasanya, kalau dirumah aku melepas cadarku, kecuali jika ada tamu. Aku beranjak pergi ke sofa ruang tamu, duduk menunggu kedatangan Suamiku. Sholat maghrib dan isya aku laksanakan sendiri jika Mas Husein lembur.

Tak lama menunggu, deru mesin mobil Mas Husein terdengar, aku beranjak menuju pintu, ku bukakan kunci nya.

"Assalamualaikum sayang," ucapnya sembari membuka pintu.

"Wa'alaikumussalam sayang," jawabku lalu mencium tangannya.

Aku meraih jas dan tas Mas Husein untuk ku bawa. Baru beberapa langkah berjalan hendak menuju kamar, Mas Husein memelukku dengan lembut dari belakang membuat langkahku terhenti.

"Pelepas lelahnya Abi, kalau sudah melihat wajah cantik dan memeluk nya seperti ini, semua menjadi hilang dan Abi menjadi segar kembali," jelasnya.

Aku tersipu mendengar itu, dia selalu memperlakukan ku dengan hangat.

"Abi buat Umi jadi malu," ucapku tersenyum.

"Mana-mana coba lihat senyumnya," ucap mas Husein membalikkan tubuhku, dia menatapku yang tingginya sebahu darinya.

"Lesung pipi kesayangan Abi yang membuat tambah cantik!" ucapnya sembari menarik lembut pipiku dengan gemas.

Setelah selesai kami beranjak ke kamar, aku sudah menyiapkan air hangat untuk Mas Husein mandi, selagi menunggu aku menyiapkan pakaian untuk dikenakannya.

***

Setelah berganti pakaian kami beranjak menuju ruang makan.

"Masyaa Allah Isteri kesayangan Abi, yang selalu membuat Abi makin sayang," pujinya ketika melihat masakkan kesukaan nya yang tersedia.

"Makan yang banyak ya sayang."

"Tentu, karena sudah dibuatkan oleh orang yang tercinta."

Kami pun makan bersama, terkadang sesekali dia menyuapiku, begitupun aku juga membalasnya. Hal yang tak pernah tertinggal untuk dilakukan sedari sejak pertama setelah menikah dan tinggal bersama, Mas Husein selalu mencuci semua piring kotor setelah makan, katanya ini namanya berdua, ada yang masak ada yang mencucinya.

Aku dia sediakan kursi disamping tempat cuci piring, dia tidak boleh aku membantu nya cukup diam dan duduk memperhatikan nya.

Piring sudah bersih dan tersusun rapi, kami beranjak duduk di sofa, disini kami sering berbagi cerita tentang hal apa saja yang kami lalui hari ini.

Disaat asik bercerita, tiba-tiba ponsel Mas Husein berdering.

Dirtt! Dirtt!

Disana kulihat tertera nama Atasan, mungkin salah satu boss Mas Husein, dia segera meraih ponselnya.

"Abi angkat telpon ya?"

"Iya Bi, siapa tau penting."

Mas Husein bergegas menuju depan rumah, tak seperti biasanya, biasanya Mas Husein kalau mengangkat telepon tidak pernah menjauh, tapi ini dia pergi menuju luar. Astaghfirullah, aku tidak boleh berburuk sangka, siapa tau dia ingin mencari sinyal yang lebih jelas.

Aku melihat keluar, Mas Husein berdiri selurus didepan pintu yang terbuka, tapi ketika melihat wajahnya, raut wajah itu terlihat panik, apa ada masalah dengan pekerjaan nya?

"Sayang. Abi ada urusan mendadak, Umi tidak apa kalau Abi tinggal sendiri?" tanya nya dengan tergesa.

"Iya tidak apa sayang, Insyaa Allah Umi berani, pergi saja dulu seperti nya sangat tergesa!" jawabku, aku tidak mau bertanya dulu, nanti takut memakan waktu yang lama.

"Terimakasih sayang."

Mas Husein mengambil kunci mobil dilemari, dia meletakkan ponselnya di meja kulihat telepon itu belum mati, mungkin mereka lupa untuk mematikannya. Aku mengambil ponsel itu, terdengar suara ribut seperti tangisan anak-anak.

"Aneh sekali, suara siapa ini? Apa anak bossnya Mas Husein sakit?"

Via telepon

Abah

Abah

Abah

***

Kurasa aku tidak salah dengar, suara anak itu terdengar jelas, dia sedang memanggil siapa? Kemudian telepon itu terputus.

"Sayang mana Handphone Abi?"

Aku terkejut.

"Kamu kenapa Humairah?"

"Ha, ti tidak Abi."

Aku memberikan ponsel Mas Husein.

"Terimakasih Humairah, nanti Abi kabari kamu jam berapa pulangnya. Abi pamit ya sayang, assalamualaikum!" ucapnya mencium keningku.

"Wa'alaikumussalam," ucapku meraih tangah Mas Husein untuk menyalaminya.

Aku mengantar Mas Husein kedepan pintu, setelah mobilnya pergi aku menutup pintu kembali.

"Ya Allah, aku tidak boleh berfikir negatif pada Suamiku, mungkin itu hanya kebetulan anak boss Mas Husein," ucapku untuk berusaha menenangkan hatiku.

Bersambung...

AIR MATA DI CADARKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang