Ketika melihat mobil itu masuk ke area parkiran, seketika aku teringat dengan Abah yang ditunggu oleh Kak Dian dan Deby, apa dia suamiku? Mustahil suamiku!
Segera kuraih ponsel yang ada di tas, lalu mencari nomor yang bertuliskan Hubby, segera ku klik tombol telepon.
Dirtttt!
Lama berdering tapi tak kunjung di angkat, ku ulang sekali lagi, tapi masih belum di angkat juga. Perasaanku menjadi tidak enak, bagaimana jika itu memang suamiku? Apa dia Abah yang Deby harapkan untuk menikah dengan Ibunya?
Via telepon
"Assalamualaikum Humairah" ucapnya diseberang telepon.
"Wa'alaikumussalam Abi, Abi lagi dimana?" tanyaku.
"Ini masih di kantor, ada rapat penting hari ini, makanya tadi lambat angkat. Tumben telepon, ada apa sayang?"
"Ha enggak Bi, Umi cuma mau bilang kalau Umi jadi pergi sama Amira dan Rahina," ucapku beralasan.
"Iya sayang, hati-hati ya. Kalau begitu Abi lanjut rapat ya!"
"Iya Abi, assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
***
Telepon kami berakhir, kalau suamiku sedang rapat, apa itu temannya yang sedang meminjam mobil? Aku segera bersembunyi dan menunggu siapa yang menyetir mobil itu.
"Ya Allah, semoga itu bukan suami hamba!" pintaku sembari menatap mobil yang sedang diparkirkan.
Meskipun sudah menelepon, perasaan ku tetap tak karuan, kenapa aku tidak percaya suamiku? Sudah jelas tadi dia bilang sedang rapat.
Klekk!
Pintu mobil terbuka, pandangan ku tak lepas dari mobil itu, jika itu memang benar mas Husein, aku sudah tidak tau harus bagaimana lagi? Seseorang turun dari mobil, tubuh tinggi yang membelakangi posisiku, postur tubuh itu dan pakaian yang dikenakannya!!
Tiba-tiba tubuhku terasa berguncang hebat, kaki ku terasa berat untuk melangkah, serasa ada sebuah batu besar yang menyangga. Rasanya sudah tak karuan, meskipun Abah itu bukan suamiku, tapi dia telah membohongiku dengan mengatakan sedang rapat. Aku sangat benci untuk dibohongi, kenapa mas Husein tega membohongi diriku? Apa alasan dari semua ini?
Dia pergi masuk ke area rumah sakit, sekarang aku sedang mengikuti suamiku secara diam-diam. Dengan rasa hati yang sudah tidak tau lagi, semua bercampur, rasa kecewa, marah dan takut, takut jika benar bahwa dia adalah suamiku, suamiku yang diharapkan seorang anak kecil untuk menjadi Ayahnya.
***
Tas berisikan selimut yang kupegang terlepas, air mata ini sudah tak bisa dibendung, seolah dunia ini terasa hancur seketika, impianku dan dongengku seakan sirna. Mataku tak lepas dari dua orang yang sedahg menyapa, rasa sakit setelah dibohongi, ditambah kini di hadapanku.
"Eh, itu Husnah!" tunjuk Kak Dian kearahku.
Ku lihat mas Husein berbalik pelan, mata kami saling bertemu, kenapa kau tunjukkan wajahmu mas? Kuharap tadi hanya salah lihat! Sekarang kau memperjelas semuanya.
"KAK DIAN DEBY MENANGIS!" panggil Amira dengan sedikit keras.
Amira datang diantara mereka.
"Loh Kak Husein," sapa Amira.
"Kalian saling kenal?" tanya Kak Dian.
"Iya, tapi TIDAK MUNGKIN!" teriak Amira terkejut.
Teriakan itu memancing Rahina untuk keluar.
"Ada apa Amira? Ini rumah sakit nggak boleh teriak!" jelasnya.
Kulihat Rahina juga bingung melihat kehadiran mas Husein. Bahkan bukan hanya aku yang menebak, mereka berdua juga terkejut melihat kehadiran mas Husein.
"Husnah!" panggil mereka berdua menatapku.
Kurasakan cadarku kini basah, air mata yang tak sanggup untuk aku hentikan, kenapa semua ini seperti ini?
Aku teringat Deby yang sedang sakit, aku tak ingin membuat dia sedih. Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka. Mungkin Kak Dian merasa bingung! Nama ku yang tidak asing baginya, mungkin sudah tau nama istri mas Husein.
Saat berada didepan rumah sakit, seseorang memegang lenganku, yang membuat langkah ku terhenti.
"Humairah, Abi bisa jelaskan!" ucapnya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR MATA DI CADARKU
General FictionBertemu lalu berjodoh, tidak! Ini kisah dua insan yang berjodoh lalu bertemu. Dunia pernikahan yang disebut bahtera rumah tangga, terkadang tak selurus yang dibayangkan, ada pula lika-liku yang harus dijalani. Lama bersama, sang istri baru tahu si s...