Aku terbangun dari tidurku, ku lirik jam yang ada di dinding sebelah kiri kamarku menunjukkan pukul 03-15 Wib. Disamping kanan tempat ku berbaring masih kosong.
"Apa Mas Husein belum juga pulang?"
Ku raih ponsel yang ada di meja lampu tidur disamping kiriku, tak ada telepon maupun pesan dari Mas Husein, dia bilang akan memberi kabar, tapi tidak ada. Mustahil dia lupa memberitahu diriku.
Aku tidak ingin berfikir yang aneh-aneh tentang Suamiku, tapi sejak kemarin ketika aku melihat sekilas seseorang yang mirip Mas Husein dan kejadian semalam telepon yang memanggil Abah, itu semua membuat diriku menjadi tak tenang.
Aku memutuskan untuk sholat tahajud, semoga hatiku menjadi tenang kembali.
***
"Ya Allah, ada apa dengan hati hamba? Hamba tidak ingin berfikir yang tidak baik untuk suami hamba, berilah hamba petunjuk Ya Allah. Ya Allah, tenangkanlah hati hamba, semoga suami hamba tidak kenapa-kenapa dan baik-baik saja. Semoga suami hamba selalu dalam lindungan mu dimanapun dia berada."
Setelah selesai berdo'a aku melanjutkan dengan membaca Al-Quran. Saat sedang membaca Al-Quran, aku mendengar suara ketukan pintu. Akupun menghentikan bacaan Qur'an ku.
"Shadaqallahul adzim."
Aku menyimpan Al-Qur'an ku kembali pada tempatnya, kemudian beranjak pergi menuju pintu. Sudah jam sekarang baru Mas Husein pulang, apa begitu banyak pekerjaan nya.
"Assalamualaikum Umi."
"Wa'alaikumussalam Bi," ucapku sedang membukakan kunci pintu.
Klek! Pintu terbuka.
Ku lihat wajah Mas Husein terlihat sembab, matanya seakan habis menangis. Apa yang terjadi pada Suamiku?
"Abi kenapa?" tanyaku cemas.
Mas Husein menutup pintu, lalu berbalik menatapku, aku juga menatapnya balik.
"Bi, apa yang terjadi?"
"Umi tidak tidur?"
"Umi habis sholat tahajud Bi. Abi apa yang terjadi?
"Abi capek Humairah, mata juga sudah mengantuk. Tadi ada banyak pekerjaan, sampai lupa memberikan kabar kepadamu. Maaf kan ya kekasih hati," jelasnya memegang tanganku.
Tangan Mas Husein terasa dingin, apa sepenting itu pekerjaan nya hingga dia lupa memberiku kabar, tapi mata ini bukan mata lelah, itu lebih terlihat seperti habis menangis, kenapa ada begitu banyak kejanggalan yang aku rasakan.
"Ya udah, ayo Bi ganti baju, cuci muka lalu istirahat," ajakku.
Kami berdua pergi ke kamar, aku menyiapkan pakaian tidur Mas Husein, dia sedang mencuci mukanya.
***
Adzan subuh berkumandang, aku terbangun, ku lihat Mas Husein masih pulas dalam tidurnya, mungkin dia sangat lelah. Ku bangunkan dengan pelan, ku usap wajahnya dan ku tarik pelan hidung mancung Mas Husein.
"Sayang, bangun," panggilku tepat disamping teliganya.
Tak berapa lama diapun bangun, aku tersenyum menatap nya.
Wajahmu Mas, seolah kau sedang bersedih, apa yang terjadi padamu malam ini? Kau terlihat tidak bersemangat.
Mas Husein dan aku bergegas mandi, seperti biasa setiap sholat Maghrib dan Subuh, Mas Husein selalu sholat berjamaah di masjid.
***
Setelah melaksanakan sholat subuh. Aku beranjak kedapur untuk menyiapkan sarapan pagi, apalagi aku suka menyiapkan bekal untuk Mas Husein pergi kerja.
Ku dengar suara telepon Mas Husein berdering dari tadi, aku pergi untuk melihat, ternyata dari Atasan. Aku tidak berani untuk mengangkat nya, takut nanti masalah pekerjaan, sebentar lagi Mas Husein juga akan pulang.
Baru saja mati, telepon itu berdering kembali, seperti nya sangat penting, apa aku angkat saja. Disaat dalam keraguanku, aku pun memutuskan untuk mengangkat nya, nanti aku bisa menyampaikan pada Mas Husein.
Aku meraih ponsel Mas Husein, saat mau menekan tombol angkat, telepon nya sudah mati. Ku tunggu sebentar jika masih menelpon, namun tidak ada, akupun pergi menuju dapur kembali.
Pagi ini aku menyiapkan nasi goreng spesial, dengan goreng telur setengah matang kesukaan Mas Husein. Aku terkejut, tiba-tiba ada yang memeluk ku dari belakang.
Ku kira ada penyusup yang masuk, ternyata orang itu Mas Husein, bahkan aku tak mendengar suara salam dan langkah kakinya. Mas Husein membenamkan wajahnya di pundakku, tidak biasanya dia seperti ini.
"Bi, ada apa?" tanyaku.
Ku matikan komporku.
"Abi hanya rindu Umi."
"Jika ada sesuatu silahkan bercerita sama Umi, Umi siap mendengarkan semua cerita Abi."
"Tidak sayang, Abi baik-baik saja."
Aku hendak menghidupkan kompor kembali.
"Maaf Humairah!"
Aku tertegun sebentar, suara itu memang pelan tapi cukup terdengar ditelinga ku.
"Kenapa Abi meminta maaf?"
"Ha, tidak Mi," elaknya.
"Abi meminta maafkan?"
Lama iya terdiam, akupun menunggu jawaban.
"Itu Abi merasa, merasa bersalah karena semalam tidak memberikan kabar pada Umi dan Umi tidur sendiri!" jelasnya.
"Sayang, Umi tidak mempermasalahkan itu. Kirain ada apa, oh ya tadi ada yang menelpon."
"Ha, siapa?" tanya nya sedikit terkejut.
"Atasan," jawabku.
"Terus, Umi angkat?" tanya nya lagi, ekspresi itu tidak biasa.
"Tidak Bi, tadi mau angkat tapi sudah keburu mati."
Setelah mendengar jawaban ku Mas Husein pergi ke kamar.
"Apa sepenting itu telepon nya."
***
Mas Husein telah berangkat kerja, aku hendak mencuci pakaian, saat sedang memeriksa jas nya takut ada barang penting yang tertinggal. Tiba-tiba ada sesuatu yang menjanggal disaku kanan nya.
"Sebuah jepit rambut, ini milik siapa?" tanyaku bingung.
Jepit rambut gambar strawberry, yang jelas ini adalah milik anak-anak.
"Apa yang dirahasiakan suamiku?"
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR MATA DI CADARKU
Narrativa generaleBertemu lalu berjodoh, tidak! Ini kisah dua insan yang berjodoh lalu bertemu. Dunia pernikahan yang disebut bahtera rumah tangga, terkadang tak selurus yang dibayangkan, ada pula lika-liku yang harus dijalani. Lama bersama, sang istri baru tahu si s...