Lama aku mematung menatap jepit rambut yang imut itu, kenapa mas Husein bisa mengantongi jepit rambut anak-anak, sedangkan kami tidak memiliki kenalan anak-anak.
"Dari pada bingung seperti ini, lebih baik nanti aku tanyakan saja pada mas Husein."
Dirtt! Dirtt!
Ponselku berdering, tertera dilayar segi empat itu nama sahabatku, telepon dari Rahina, tumben sekali dia menelepon sepagi ini.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam," jawabku.
"Husnah, kamu baik-baik saja kan?" tanyanya dari seberang telepon.
"Alhamdulillah aku baik-baik saja. Kenapa Rahi? Tumbenan kamu nanya keadaan aku sepagi ini."
"Ha eh enggak sih, terus mas Husein apa dia sakit?" tanya nya lagi.
"Alhamdulillah baik juga, memangnya kenapa Rahi?"
"Ooh, enggak tadi sekilas aku kayak ngeliat mas Husein di Rumah Sakit, kirain nemenin kamu berobat!"
"Ha di Rumah Sakit, mas Husein kerja kok Rahi, mungkin kamu salah lihat!"
"Hm, mungkin saja ya. Tadi juga keburu pergi jadi nggak bisa mastiin!"
"Tuh kan, mungkin saja kamu salah lihat. Oh ya, kamu ngapain ke Rumah Sakit?"
"Biasalah nemenin Tante, semalam salah satu murid dia masuk Rumah Sakit, dia terkena demam berdarah."
"Ya Allah, Semoga diberikan kesembuhan."
"Aamiin, eh sudah dulu ya, udah ditungguin."
"Iya Rahi, assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Sambungan telepon terputus, kabar apa lagi ini? Aku tidak mau menduga-duga, ini menjadi sekian kali nya aku menduga tentang suamiku.
***
Semua pekerjaan rumah telah selesai ku kerjakan, akupun pergi untuk beristirahat disamping rumah dekat kolam renangku. Tinggal jauh dari keluarga membuatku terkadang merasa kesepian, apalagi kalau mas Husein pergi kerja aku jadi tinggal sendiri.
Telingaku mendengar suara bel berbunyi, tumbenan ada tamu yang datang kerumahku, tapi bisa ditebak pasti yang datang Rahina atau Amira, bisapun keduanya, karena merekalah yang terkadang main kerumahku.
"Assalamualaikum Bu Husna Isteri Pak Husein," panggilnya.
Itu suara Amira, akupun tersenyum menyambut kedatangan mereka.
"Wa'alaikumussalam."
Aku membuka pintu dan kita pergi ketempat dimana aku bersantai tadi, sebelumnya aku mengambil teh hangat dan roti untuk mereka.
"Ya ampun kayak tamu jauh aja gitu disuguhi minum!" canda Amira.
"Kalian kan tamu aku," jawabku tertawa kecil.
"Oh iya, selain kita meet up. Aku juga mau ngebahas tentang anak yang aku jenguk sama Tante tadi," jelas Rahina.
"Eh iya, gimana kabar anak itu?" tanyaku.
"Alhamdulillah sekarang agak mendingan, kalau semalam panas nya sangat tinggi dan sempat pingsan sebentar!"
"Alhamdulillah kalau sudah baik-baik saja," sahutku.
"Tadi kamu bilang mau ngebahas, ngebahas apa Rahi?" tanya Amira.
"Eh iya, itu loh. Ternyata dia salah satu anak yatim yang aku data kemarin, Ayahnya baru saja meninggal 40 hari yang lalu!"
"Innalillahi wa innailaihi roji'un," ucap aku dan Amira kompak.
"Aku sempat sedih, karena kata Bundanya dia paling akrab sama Ayahnya. Tapi untung ada salah seorang sahabat karib Ayahnya yang selalu nemenin dia, jadi dia bisa ceria kembali dan belajar menerima kalau Ayahnya sudah pulang kepelukan Allah Swt!"
"Alhamdulillah, masih ada orang baik seperti itu," ucap Amira.
"Gimana kalau kita jenguk dia," ajak ku.
"Ide bagus tu!" ucap mereka berdua.
"Bentar ya, aku telepon mas Husein minta izin."
Karena aku sudah menikah, aku tidak boleh berbuat semauku untuk pergi keluar, apalagi tanpa dirinya sebagai mahram ku.
Sabda Rasulullah Shallahu alaihi wasalam: "Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya redha terhadapnya." ( HR. Al Khatib ).
Ku buka aplikasi WhatsApp di ponselku, ada nama paling atas yang telah aku sematkan "Hubby" terakhir aktif nya satu jam yang lalu. Lama ku telepon, berdering tapi tidak di angkat-angkat, mungkin dia masih banyak pekerjaan.
"Gimana Husnah? Di angkat?" tanya Rahina.
"Nggak, mungkin mas Husein banyak pekerjaan jadi nggak pegang ponsel!" jawabku.
"Kalau belum di angkat juga, gimana kita tunda aja dulu sampai besok," jelas Amira.
"Hm iya, nanti pas mas Husein dirumah aku minta izin langsung sama dia!"
"Iya!" ucap mereka berdua.
Amira asik menyeduh teh nya, sedangkan Rahina beralih untuk memainkan ponselnya.
"Nah, kalau Tante gaulkan gini dia udah upload aja foto kita tadi, tapi aku nya malah keliatan jelek belum siap gitu!" keluh Rahina.
"Mana coba lihat," pintaku.
Rahina memberikan ponselnya, disana ada Tante Dera, Rahina dan anak kecil itu. Aku perbesar wajah anak itu, masyaa Allah dia cantik dan imut sekali, walau sakit senyuman nya sangat manis, rambut nya terurai panjang sebahu. Ku perbesar kembali foto gadis kecil ini, aku terfokus pada jepit yang dia pakai, itu adalah jepit strawberry yang sama persis yang ada di kantong jas mas Husein.
"Ya Allah Husnah, ada begitu banyak jepit rambut yang sama! Tidak hanya anak ini saja yang memiliki jepit rambut seperti itu!" ucapku dalam hati.
Akupun mengembalikan posisi foto itu dan hendak mengembalikan ponsel Rahina, tapi mataku melihat ada yang tidak asing disamping ranjang gadis kecil ini, tepatnya diatas meja disamping kirinya, itu tas kerja persis mirip milik mas Husein, warna cokelat tua dan ada gantungan kunci yang aku buatkan khsus sebagai hadiah untuk mas Husein.
"Yang ini tidak mungkin sama!" ucapku.
Bersambung.......
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR MATA DI CADARKU
Fiksi UmumBertemu lalu berjodoh, tidak! Ini kisah dua insan yang berjodoh lalu bertemu. Dunia pernikahan yang disebut bahtera rumah tangga, terkadang tak selurus yang dibayangkan, ada pula lika-liku yang harus dijalani. Lama bersama, sang istri baru tahu si s...