AIR MATA DI CADARKU #9

843 32 4
                                    

"Apa yang perlu dijelaskan, Bi?" tanyaku.

Dalam isakku, aku berusaha untuk tidak meninggikan suara pada Suamiku.

"Jangan disini!"

Dia melihat kebelakang ada Rahina, Amira dan Kak Dian. Dia menggandeng tanganku menuju mobil.

Apapun yang engkau jelaskan, caramu salah mas, kau membohongiku selama ini. Wanita yang kau ikhlaskan untuk sahabatmu adalah Kak Dian dan sekarang kalian bertemu kembali. Apa kau akan kembali ke cinta lama mu mas? Dia sudah sendirian.

"Untuk apa ke mobil?"

"Masuk dulu sayang, nanti akan Abi jelaskan!"

"Umi tidak mau!"

"Sayang, Abi mohon. Abi tidak mau kamu salah paham tentang semua ini," ucapnya menggenggam tanganku lembut.

Dia membukakan pintu mobil, aku pun masuk. Dia menyusul masuk dikursi sebelah.

"Ceritakan semuanya! Meskipun itu sakit, jangan pernah Abi tutup-tutupi lagi, Umi tidak ingin dibohongi lagi!" ucapku enggan menatap mas Husein.

"Maaf sayang, Abi akan ceritakan semuanya. Sini tatap mata Abi!"

Dia berusaha membujukku, aku pun melihat kearahnya.

"Abi sungguh meminta maaf kepada bidadari Abi, sungguh Abi tidak ingin berbohong. Tapi jika Abi jujur kamu akan sedih!"

"Tapi lebih sedih dibohongi Bi, lebih sakit. Abikan tau Umi tidak suka dibohongi!" jelasku menangis.

"Abi tau sayang. Tapi Abi tidak memiliki pilihan lain, awalnya kami sudah tidak bertemu sejak lama dan hilang kontak, tiba-tiba teman Abi menelpon kembali, dia memberikan kabar yang tidak baik, dia mengatakan kalau dia sakit. Dia menanyakan di kota mana Abi tinggal? Setelah Abi menjawab dia mematikan telepon, suaranya terdengar berat, seakan sakit itu bukanlah sakit biasa."

"Lalu sejak kapan Kak Dian disini?" tanyaku.

"Maaf mungkin hari itu adalah pertama kali Abi membohongimu," jelasnya tertunduk.

"Umi tidak mengerti Bi?"

"Hari dimana Abi meninggalkanmu selama seminggu, Abi berbohong ada tugas keluar kota. Sebenarnya Abi pergi untuk menemui sahabat Abi, penyakit nya sudah parah, awalnya Abi ingin mengajakmu, tapi sahabat Abi melarang dan mengatakan ada sesuatu yang ingin dia pinta pada Abi, jadi Abi harus pergi sendiri."

"Masyaa Allah, Abi membohongi Umi sejak sebulan yang lalu. Kenapa Abi tega? Apa salah Umi Bi?" tangisku kembali pecah.

"Tunggu dulu sayang, sunggu Abi meminta maaf. Umi tau, Saat Abi sampai, seolah hanya menanti Abi, dia menyampaikan pesan dalam ucapan yang terbata-bata. Dia meminta sesuatu dan menyuruh Abi untuk--"

Lama ku menunggu, mas Husein tidak melanjutkan ucapannya.

"Kenapa berhenti Bi?" tanyaku menatap nya.

"Dia menyuruh Abi untuk menjaga Isteri dan anaknya."

"Kak Dian bukan anak kecil, dia juga punya keluarga kan Bi, kita bisa mengirim uang bulanan untuk mereka. Jadi itu cukup untuk menjaganya!" jelasku.

Tak harus suamiku untuk selalu bertemu, bukan aku melarang untuk bertemu Deby, tapi ini tentang Kak Dian cinta pertama dari mas Husein.

"Tidak bisa," ucapnya.

"Kenapa tidak bisa Bi? Apa karena Abi menikmati semua ini?" tanyaku lagi.

"Bukan itu sayang!"

"Lalu apa Bi?"

"Abi sudah berjanji padanya, setelah janji itu terucap teman Abi tersenyum dan mengatakan bisa pergi dengan tenang. Dia pergi saat menggenggam tangan Abi, Abi tidak bisa mengingkari janji itu sayang!"

"Itu kesalahan Abi, Apa semudah itu Abi berjanji? Abi mengucapkan janji tanpa memikirkan keberadaan dan posisi Umi. Atau Umi memang tak dianggap Bi? Apa Umi memang nomor dua dihati Abi?" tanyaku penuh penekanan.

"Bukan Abi tak menganggap keberadaan Umi, Abi ingat Umi, tapi Abi tidak bisa berbuat apa-apa. Kenapa Umi bilang nomor dua sayang?"

"Kak Dian adalah cinta pertama Abi, yang Abi ikhlaskan untuk sahabat Abi karena dia sudah menyelamatkan Abi!"

"Hu- Humairah!" ucapnya terkejut.

Bersambung...

AIR MATA DI CADARKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang