Tersenyum diam

55 10 0
                                    

" Nia.. bangun nak. Udah shubuh." Panggil umi sambil mengetuk pintu
"Huamm.. iya mi. Ini Nia udah bangun kok." Jawabku sambil menyingkirkan selimut
"Yauda langsung sholat ya, jangan tidur lagi nanti kesiangan." Sambung umi
"Iya umi sayang." Sahutku
Saat aku ingin ke kamar mandi handphone ku bergetar.
Drrtt.. drrtt.
"Siapa ya WhatsApp aku masih shubuh gini?." Tanyaku sendiri.
Ketika aku lihat handphone ku. Ternyata..
(Ari) :
"Selamat pagi bidadariku. Semangat ya buat hari ini"
Aku yang tadinya mataku susah untuk dibuka seketika langsung terbuka lebar melihat isi pesannya dan bibirku dengan sendirinya menarik tersenyum lebar. Hati ku pun berkata alangkah indahnya pagi ini jika setiap hari dapat semangat seperti ini dari orang yang terkasih.
Apakah yang dinamakan jatuh cinta itu selalu manis? Semoga bukan hanya manis harapan tapi akan terus manis sampai titik pembuktian

Saat aku terus tersenyum sendiri sambil melihat isi pesannya. Dan akhirnya..
"Ni.. kamu gak tidur lagi kan?." Sahut umi sambil mengetuk pintu
"Astaghfirullah. Iya mi gak kok." Jawabku terkejut
Ketika aku lihat jam di dinding ternyata sudah jam 5 lewat. Aduhh kenapa bisa telat begini aku sholatnya padahal aku kan bangun dari tadi.
Aku memang takut untuk kehilangan kasih sayang darimu
Tapi aku lebih takut kehilangan kasih sayang dari pencipta ku

Aku langsung segera ke kamar mandi untuk bersih-bersih melakukan sholat shubuh. Aku yang mengejar waktu shubuh sampai aku mengakhirkan waktu mandi ku. Saat aku sudah selesai sholat dan membaca bacaan tertentu. Aku melihat isi handphone ku lagi. Dan ternyata..
(Ari): "Kamu jangan lupa sarapan ya"
Ya ampun kenapa sih Ari tuh bikin aku jadi senyum-senyum sendiri. Aku pengen balas pesannya tapi bingung balas apa. Kalau gak dibalas pasti nanti dia nanya dan aku juga bingung harus jawab apa. Masa iya aku jawab "hehe iya maaf ri. Tadi aku kelamaan senyum-senyum sendiri jadi lupa balas WhatsApp kamu" kan gak lucu ni.
Yaudah aku balas deh.
(Nia): "iyaa selamat pagi juga ri. Kamu juga jangan lupa sarapan ya dan semangat juga."
Setelah aku balas pesannya aku segera ke dapur untuk membantu umi menyiapkan sarapan seperti biasa.

Saat aku sampai di dapur..
"Selamat pagi semua." Kataku tersenyum
"Ni.. kamu kenapa? Lagi bahagia banget kayanya hari ini?." Tanya umi heran
"Eh iya nih. Kenapa kamu ni? Lagi kasmaran ya? Atau ada yang ucapin selamat pagi? Ecie ciee prikitiww." Sambung kak nur sambil menyenggol lenganku
"Apaan sih kak. Kan Nia emang ceria setiap hari. Nih buktinya Nia selalu senyum " sahutku sambil menarik bibirku
"Ah masa? Lagi kasmaran kali sama yang kemarin itu tuh. Siapa mi namanya?." Tanya kak nur ke umi sambil meledek
"Oh itu namanya siapa ya. Umi inget-inget dulu. Ar.. Ara namanya. " Jawab umi sambil mengingat
"Ari umi. Masa Ara.. Ara kan nama perempuan." Sambungku
"Tuh kan kepancing jadinya. Ari mih namanya. Nia lagi kasmaran sama Ari tuh mi. Kalo disingkat namanya jadi "Ani" sahut kak nur
"Kok jadi Ani kak?." Tanyaku heran
"Ani. Ari dan Nia.. cieeee hahaha" jawab kak nur meledek tertawa lepas
"Kirain umi Ani yang sama Rhoma irama itu." Sambung umi tertawa
"Yee umi bukanlah. Tapi bisa juga mi. Nia jadi Ani nya terus Ari jadi Rhoma iramanya. Terus pas Nia lagi ngomong sama Ari, kata Ari nya "tidak Nia" kaya di film tuh mi." Sahut kak nur terus meledek dan tertawa
"Ih apaan sih kak nur. Kebanyakan nonton film dulu nih sama umi. Udah ah nanti masaknya gak cepet selesai nih." Sambungku
"Okee Ani." Sahut kak nur mendekat
Senyum kecilku saja bisa membuat keluarga ku bahagia. Apalagi jika senyum itu melebar? Iya melebar senyumnya bukan rasa sakitnya.

Setelah ledekan itu semakin menjadi dan aku semakin tidak bisa membohongi perasaanku kalau aku benar-benar menyukainya dan kini hatiku semakin berbunga-bunga. Saat aku semakin mendalami lamunanku. Akhirnya aku..
"Ahhhhhhhhhhhh sakiittttt." Kataku menahan perih
"Kamu kenapa ni?." Tanya umi khawatir
"Ini mi. Jari Nia sakit. Aduhh perih banget mi." Jawabku menahan tangis
"Ya Allah ni. Ini sampe berdarah begini Alhamdulillah gak kepotong jari kamu. Yauda langsung di bersihin ke kamar mandi deh pake air nanti umi ambilin obatnya buat ditetesin." Sambung umi
"Nia kenapa mi?." Tanya kak nur heran
"Itu jarinya kelupas pas dia mau potong sayurnya." Jawab umi sambil mencari obat tetes
"Umi.. Nia udah bersihin nih pake air. Perih banget mih. Ih sakit banget mi, darahnya keluar terus." Sahutku menahan sakit
"Kamu emang lagi ngapain sih ni? Kok bisa sampe kaya gitu? Apa kamu masih ngelamunin yang tadi itu?" Ujar kak nur meledek kembali
"Kakkkkkk.. tolong deh. Nia tuh lagi kesakitan tau, bukannya ditolongin kek. Atau diobatin kek dikasih duit jajan kek. Malah di ledekin terus." Sahutku kesal
"Yauda sini kakak obatin. Mana mih obatnya? Udah ketemu belum?." Tanya kak nur
"Udah nih. Ini nur hati-hati diobatinnya." Jawab umi
"Iya umi. Tenang aja." Sambung kak nur
"Ahhhhhh.. kakak ih. Sakit tau.. masa di tekan sih ke jarinya. Kan sakit tau.. niat gak sih obatin Nia?." Sahutku kesal
"Sakit aja marah-marah Mulu nih. Masih bagus sakit ini ni bisa diobatin secara fisik dari luar lewat pertolongan orang. Tapi kalo sakit hati kalau bukan kita yang obatin sendiri gak bakal bisa sembuh." Ujar kak nur
"Kenapa jadi nyambung ke sakit hati kak? Kaka lagi patah hati ya?." Tanya ku meledek
"Yee gak lah. Kakak mah anti patah hati club." Jawabnya tersenyum
"Masa?" Tanyaku lagi
"Iya bawel. Itu udah tuh diobatinnya jadinya bisa balas WhatsApp nya lagi dari doi." Jawab kak nur meledek kembali
"Kakak ih masih aja. Tapi makasih ya udah diobatin. Sayang kak nur deh pokoknya apalagi kalau ditraktir." Sambungku tersenyum
"Ihh dasar. Udah sana mandi. Pasti kamu belum mandi kan?." Tanya kak nur sambil menjepitkan hidungnya dengan dua jarinya
"Emang kecium ya kak kalo Nia udah mandi? Perasaan tadi Nia ngaca terus cerminnya bilang Nia udah cantik kok walaupun belum mandi." Jawabku sambil mendekat dan tertawa
"Bebas deh buat orang yang lagi kasmaran mah." Sambung kak nur
"Haha makasihh kakak. Nia mau mandi dulu ya. Bye." Sahutku sambil mencium pipi kak nur
"NIAAAAAAAA. Ihhh." Sahut kak nur kesal
Jatuh cinta itu mempengaruhi hati kita
Tapi, sakit hati itu mempengaruhi hati keluarga kita

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang