Semoga

48 12 0
                                    

Ketika mata kuliah telah selesai dan pak dosen sudah keluar. Datanglah pengurus administrasi untuk mengingatkan bahwa UAS seminggu lagi dan diharapkan biaya kuliah bisa dilunaskan dengan segera karena jika tidak bisa dilunaskan tidak bisa mengikuti UAS tersebut. Aku yang memang duduknya paling depan dan ketika mendengar pengumuman itu sudah tidak sedikit tegang lagi seperti biasanya. Pikiran dan hatiku sudah sedikit tenang karena besok Ari mau membeli handphone ku. Kalau ditanya keluarga aku jawab apa ya? Aku tidak mungkin berbohong juga. Oh iya, aku kan juga pernah membeli kerudung beberapa pcs saja yang memang niatnya mau aku jualkan tapi belum kesampean. Yaudah nanti aku mencoba jual kerudung itu deh di sosial media buat tambahan keperluan ku nanti. Bismillah semuanya akan baik-baik saja kok.
Niat baik tetaplah niat baik
Tapi tidak semuanya diterima dengan baik melainkan dengan kejujuran

Setelah semuanya mulai bergegas untuk keluar kelas aku pun demikian. Aku rapihkan buku dan segera ku letakkan ranselku di bahuku. Dan saat aku ingin turun bersama Dwi,Siti dan fia..
"Nia" panggil Ari
Aku langsung berhenti dan menengok ke belakang.
"Iya ri. Kenapa?." Tanyaku
"Kamu mau langsung pulang?." Tanya Ari lagi
"Iya nih ri. Kenapa ya?." Tanyaku balik
"Aku antar ya ni." Jawab Ari
"Gak usah ri. Aku kan biasa naik ojek online, kan kita udah perjanjian juga saat itu buat sekali aja. Kamu lupa?." Tanyaku heran
"Iya aku inget kok ni. Tapi apa kamu beneran gak mau ni bareng sama seseorang yang kamu cintai berdua?." Tanya Ari
"Apa bersama seseorang yang kita cintai harus dengan berduaan ri? Bukannya kalau laki-laki itu benar-benar mencintai wanitanya dia menjaga kehormatan diri wanita itu." Jawabku
"Hmm iya ni. Maaf ya." Sambung Ari
"Aku duluan ya ri. Soalnya udah datang ojeknya." Sahutku
"Iya ni. Hati-hati ya." Ujar Ari
"Iya ri. Gue duluan ya semuanya. Assalamualaikum." Kataku
"Waalaikumussalam ni." Sahut Siti
Mencintai itu memang mudah
Yang sulit itu menahan hawa nafsu

Sepanjang di perjalanan aku masih teringat tentang kejadian bunuh diri perempuan kemarin. Dan aku juga teringat pembicaraan sama Ari tadi. Apa seorang laki-laki dia bisa dengan mudahnya membuat rencana tanpa harus di pertanyakan kepada pasangannya ya. Memang seorang laki-laki itu pemimpin tapi kan harus ada persetujuan dari rakyatnya yaitu pasangan dan keluarganya nanti. Apa harus yang namanya cinta itu dilandasi dengan waktu bersama berdua. Bukannya itu hawa nafsu namanya.. cinta itu kan suci dan sebuah fitrah dari Allah yang kasih ke kita tinggal kita yang mengatur kedepannya bagaimana cinta itu diolah. Apa dengan jalan yang baik atau buruk? Semoga semuanya baik-baik saja sampai waktu itu tiba. Tak terasa perjalanan ke rumahku sudah mendekat. Namun di dekat rumah aku melihat ada perempuan berkacamata sepertinya dia lagi mencari alamat. Coba aku tanya dulu deh..
"Pak.. sampai sini aja ya." Kataku sambil menepuk bahu bapak ojeknya
"Oh oke mba. Saya minggir dulu ya." Sahut bapaknya
Setelah bapaknya meminggirkan motornya. Aku segera turun. Dan aku mencoba menghampiri perempuan berkacamata itu.
"Assalamualaikum kak." Sapaku tersenyum
"Eh iya waalaikumussalam." Jawabnya tersenyum
"Maaf kakanya lagi cari alamat di sekitar sini ya?." Tanyaku
"Iya nih. Kakanya tau alamat rumah ini gak?." Jawabnya sambil menunjukan alamat dikertas
Ketika aku lihat alamatnya aku terkejut karena alamat itu tepat dirumahku. Dia siapa ya..
"Kak.. kakanya tau alamat ini?." Tanyanya lagi
"Oh iya kak. Aku tau.. Kaka namanya siapa kalo boleh tau?." Tanyaku balik
"Aku Mutia kak. Kakak siapa namanya?." Tanyanya sambil mengulurkan tangannya
"Aku Nia kak. Seneng bisa ketemu kakak disini." Jawabku tersenyum sambil menyambut tangannya
"Oh iya kak Nia. Kak Nia tadi katanya tahu alamat rumah ini. Boleh aku minta diantar kesana kak?." Tanyanya
"Iya boleh kok kak. Yuk ikut aku ka." Jawabku tersenyum
"Siap kak." Sambungnya tersenyum
Akhirnya kita menuju ke rumahku. Tapi aku masih bertanya-tanya siapa dia sebenarnya. Kenapa dia tahu alamat rumahku tapi tidak mengenal aku. Mungkin dia temannya kak nur tapi kelihatannya dia sebaya sama aku. Entahlah..
Di sepanjang perjalanan aku dan Mutia saling berbincang. Dan ternyata benar dia seumuran denganku. Namun aku belum berani untuk bertanya ada perlu apa dia kerumahku karena aku takut dia tamu dari salah satu keluarga ku hingga aku menjadi takut dalam berucap nantinya karena yang aku ingat dari ucapan abiku "kalau ada tamu jangan pernah menanyakan ada perlu apa tapi jamulah dia dengan baik siapapun itu karena tamu itu pembawa rejeki untuk keluarga yang dia singgahi tersebut". Setelah tiba di rumah, aku segera mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Dan akhirnya..
"Waalaikumussalam. Ternyata kamu Nia.. kok kamu tumben gak naik ojek online ni?." Tanya umi
"Iya mi tadi Nia melihat Kaka ini, terus Nia hampiri karena Nia takut dia lagi cari alamat." Jawabku sambil salim
"Panggil Mutia aja kali ni, kan kita seumuran." Sambung Mutia tersenyum
"Oh iya Mutia maksudnya mi hehe." sahutku menyengir
"Loh ni. Ini rumah kamu?." Tanya Mutia
"Hehe iya ini rumah aku. Aku tadi mau bilang sama kamu mut cuma yauda gak perlu deh nanti kamu juga tahu pas kita udah sampai." Jawabku
"Ya Allah. Bisa pas gitu ya langsung ketemu sama tuan rumahnya." Sambung Mutia tertawa kecil
"Hehe iya nih mut. Alhamdulillah." Sahutku
"Yaudah ayo masuk sini malah jadi ngobrol di luar." Kata umi sambil mempersilahkan masuk
"Iya mi. Makasih ya.." sahut mutia
"Iya sama sama. Ayo silahkan duduk, ni kamu ambil airnya dulu deh di belakang. Kasian nih dia abis cari alamat pasti capek." Kata umi
"Siap mi. Sebentar ya mut aku mau ke belakang dulu sekalian taruh tas di kamar." Sambungku tersenyum
"Iya ni siap." Sahut mutia
Akhirnya aku menuju ke kamar untuk meletakkan tas lalu ke dapur untuk mengambil air. Setelah itu aku segera menuju ke ruang tengah kembali.
"Mut ini minumnya. Maaf ya cuman sekedarnya aja nih." Kataku sambil memberikan minumnya
"Gapapa kok ni. Makasih ya." Sahut Mutia
"Iya sama sama mut. Minum dulu deh, kamu kan capek habis mencari alamat rumahku." Sambungku tersenyum
"Ni.. emang kamu jualan kerudung di sosial media?." Tanya umi
"Iya mi. Tapi baru kemarin banget Nia pasarin di sosial medianya." Jawabku
"Kok umi gak tahu ni? Umi tahu kamu jualan kerudung di sosial media aja dari Mutia. Dia datang ke sini katanya mau beli kerudung di kamu." Sambung umi
"Iya mi maaf. Soalnya Nia mau coba-coba dulu aja makanya Nia belum terlalu fokusin banget jadinya belum kasih tau umi deh. Tapi emang beneran mut kamu kesini karena mau beli kerudung di aku?." Tanyaku heran
"Iya ni." Jawabnya tersenyum
"Tapi kan aku gak cantumin alamat lengkapku. Cuma lokasi aja." Sambungku
"Ya kan bisa diliat dari lokasi itu ni. Kamu gimana sih." Sahut Mutia
"Hehe iya juga sih ya." Kataku tertawa kecil
Akhirnya aku mengeluarkan jualanku yang hanya sekedarnya dan transaksi pun dimulai. Saat transaksi itu selesai, Mutia pamit untuk pulang dan aku mengantarkannya ke depan dan menunggu ojek online dia datang. Sambil menunggu ojeknya datang pun aku tetap berbincang seru dengan dia, seseorang yang baru ku kenal hari ini tapi terasa sudah mengenalnya lama. Dan tibalah ojek onlinenya, Mutia pun segera menaiki motornya. Dan Mutia melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan dan dia mengucapkan terima kasih. Aku pun membalasnya demikian.
Perkenalan yang diawali dengan baik maka akan berakhir dengan baik pula.
Tapi apakah aku dan Mutia akan berlanjut berteman dengan baik walaupun kedepannya dihadapi kehidupan yang tidak baik? Entahlah..

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang