🖤Episode 5 : About Lunch

2.4K 276 38
                                    

"Jaeyoong, tolong keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Jaeyoong, tolong keluar."

Kening Lee Ji Hoon berkerut dalam, merasakan pening yang sangat di kepalanya saat melihat ke arah wanita yang kini sedang berdiri diambang pintu sebuah ruangan khusus staf di salah satu toko di pusat perbelanjaan.

"Baik, nyonya Kim." Jawab Jaeyoong sedikit ragu setelah bertatapan lama dengan Ji Hoon yang memilih bergeming.

"Ji Hoon-nie, bagaimana kabarmu nak? Semalam ibu tidak melihatmu di pesta."

"Kenapa kau bisa tahu aku baru membuka cabang di sini?" Tanya Ji Hoon ketika ibunya itu berjalan menghampirinya.

"Aku selalu tahu apa yang anakku lakukan. Lagi pula cabang barumu ini dekat dengan butik ibu. Nanti kau bisa mampir kesana, dan ibu-.."

"Maaf, tapi belakangan ini aku sangat sibuk." Ketus Ji Hoon memotong perkataan ibunya setelah sebelumnya sedikit terkejut karena pasti ibunya sengaja membuka butik disana. Ji Hoon tahu persis, sebelum menyewa salah satu toko disini, ibunya sama sekali tidak membuka cabang disana.

'Parasit!' Pikirnya.

Wanita yang akrab dipanggil Nyonya Kim itu terlihat menarik napasnya cukup dalam. Mendapati anak satu-satunya itu berlaku seperti ini padanya, cukup membuat hatinya tercabik. Ji Hoon, anak satu-satunya yang ia besarkan dengan sepenuh hati dan rela mengorbankan segala keinginannya. Kariernya, masa mudanya. Tapi sekarang? Ia sama sekali tidak bisa mendapat apapun dari pengorbanannya itu. Ji Hoon seperti sudah membuangnya dan tak lagi menganggapnya sebagai ibu. Tapi ia sungguh tidak pernah menyalahkan atau membenci Ji Hoon. Karena semua ini terjadi karenanya.

"Kau sudah makan siang nak?" Tanyanya memilih untuk tidak membahas hal tadi lebih lanjut.

Dan bukannya menjawab, dengan cepat Ji Hoon malah beranjak dari kursi yang sedari tadi ia duduki dengan kasar, hingga kursi tersebut berderit mundur ke belakang. Pertanyaan ibunya tadi membuat ulu hatinya berjengit nyeri. Ingatannya kembali tergali ketika beberapa tahun lalu ibunya menanyakan hal yang sama.

Ji Hoon, dengan tatapan tajamnya berjalan mendekat dan berhenti persis di depan wanita paruh baya yang masih terlihat muda itu seraya berkata.

"Sejak hari itu, aku jadi membenci makan siang. Tidak bisakah kau mengganti pertanyaan itu lain kali, nyonya Kim?!" Ucap Ji Hoon kemudian berlalu pergi meninggalkan ibunya yang masih terdiam mematung, dunianya seperti sudah runtuh, tidak ada yang lebih menghancurkannya dari pada ini.

Jung Tae Ra terus terhanyut dalam lamunannya di sepanjang perjalanannya menuju ke rumah, setelah menemui ayahnya dan membeli masker plus topi di minimarket.

'Sial!!' Batinnya.

Jika saja wignya tidak tertinggal di mobil lelaki tampan itu, ia tidak perlu khawatir akan ketahuan seperti ini. Kini penampilannya juga sungguh tidak karuan, bahkan di halte bus tadi dia dikira sebagai seorang letnan dan orang-orang disana menyuruhnya untuk menolong seseorang yang baru saja dicopet.

My Precious Destiny [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang