🖤Episode 23 : Bogoshipeo

2.6K 341 87
                                    

Biasanya nulis series yang lain cuman 1500 an words, semenjak nulis MPD gak pernah kurang dari 2300 an...

Demi kalian gaiisss ;)

Demi kalian gaiisss ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Flashback

"Ji Hoon, ayo ke rumah sakit. Demammu semakin tinggi." Kata Tae Ra seraya menempelkan telapak tangannya di kening lelaki yang baru saja tubuhnya ia obati.

Kedua mata Ji Hoon terlihat sembab, sebab menahan sakit di sekujur tubuhnya. Tapi lelaki itu selalu ingin terlihat kuat, terbukti karena sampai saat ini ia tidak kunjung tertidur dan hanya memandangi aktifitas Tae Ra yang sedang mengompresinya.

"Aku tidak pernah ke rumah sakit." Imbuhnya dengan suara serak.

"Jinjja (benarkah)?" Tae Ra berseru tak percaya.

"Wae? Kau takut rumah sakit?" Tanya Tae Ra lagi.

Ji Hoon terkekeh pelan. Dia bahkan kehilangan tenaganya hanya untuk tertawa. Tapi ekspresi kaget Tae Ra di hadapannya itu sungguh terlihat lucu dan menggemaskan. Ji Hoon tak kuat jika hanya melihatnya. rasanya ia juga ingin mencubit kedua pipi wanita itu.

"Kau mengkhawatirkan aku ya?" Ji Hoon tersenyum sendu.

"Tentu saja bodoh! Bagaimana aku tidak khawatir? Seluruh tubuhmu itu baru saja dipukuli dan itu karena kau berusaha memenuhi kesepakatan yang aku minta padamu."

Ji Hoon membatu. Ia kembali melihat Tae Ra mengeluarkan air matanya dan itu karena gadis itu sedang mengkhawatirkannya.

"Kenapa kau bisa sebodoh itu ha? Kau sudah besar, tubuhmu juga berotot. Kenapa tidak melawan?"

Ji Hoon benar-benar ingin tertawa sekarang. Sungguh. Tapi dia berusaha menahannya. Apalagi saat ini wanita itu menghadiahinya pukulan kecil di lengan kirinya.

"Ah, appo (sakit)." lenguh Ji Hoon.

"Meskipun dia ayahmu. Kau harus berani melawan jika memang dia yang salah. Kenapa kau diam saja?"

Tae Ra kini terisak dengan pandangan yang tak lepas dari Ji Hoon barang sedetik pun.

"Tae Ra."

"Emm?" Sahut Tae Ra sambil mengusap air matanya sendiri.

"Dingin."

Ji Hoon merengek seperti anak kecil. Tangannya menyentuh pergelangan tangan Tae Ra membuat wanita itu mendekat padanya.

"Dingin?" Tanya Tae Ra dengan raut penuh cemas.

Ji Hoon menganggukkan kepalanya pelan.

Tae Ra segera beringsut naik ke tempat tidur, mengambil tempat di sebelah Ji Hoon dan membiarkan lelaki itu memeluk tubuhnya yang lebih mungil. Ji Hoon mendekapnya erat dan menyerukkan kepalanya ke leher Tae Ra, menjadikan bahunya sebagai sandaran.

My Precious Destiny [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang