🖤Episode 37 : Panic

2.2K 303 147
                                    

Maaf kemaleman 🙏🏻

Jung Tae Ra menghela napasnya panjang seraya memegang dadanya sendiri, merasakan detak jantungnya yang bertalu kencang di dalam sana, sembari menatap jalanan yang sudah mulai sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Jung Tae Ra menghela napasnya panjang seraya memegang dadanya sendiri, merasakan detak jantungnya yang bertalu kencang di dalam sana, sembari menatap jalanan yang sudah mulai sepi.

Dia baru saja turun dari mobil Ji Hoon dan duduk di kursi halte di tepi jalan. Belum sampai satu menit dia melihat mobil Ji Hoon berlalu dari pandangannya, tapi kini dia sudah ingin bertemu dengannya lagi.

Rasanya Tae Ra ingin berlama-lama bersama Ji Hoon, menghabiskan waktu dengannya berdua saja. Namun, untuk saat ini dia memang harus menahannya. Ji Hoon sedang sibuk mengurusi kasus So Ra, dan dia sendiri pun harus melakukan sesuatu yang bisa membantunya.

"Tae Ra. Di dalam brankas, di ruangan kerjaku, aku menyimpan ponsel Im So Ra. Disana masih tersimpan memory card yang berisi rekaman Ayah Ji Hoon dan Seo Reyong. Tidak ada yang tahu hal ini. Aku minta tolong padamu, kau berikan rekaman itu pada Ji Hoon. Kau bisa kan membantuku?"

Tae Ra menunduk dalam dan menggunakan tangannya untuk mengusap wajahnya sendiri dengan frustasi seraya berpikir keras. Walaupun dia adalah orang yang tidak tahu tentang masalah ini, setidaknya dia harus bisa menjadi orang yang bisa mengungkap semua jawabannya. Paling tidak dia harus melakukan ini untuk mendiang kakaknya.

Ya, dia harus berani menggantikan kakaknya untuk mengungkap kejahatan Seo Ryeong dan ayahnya Ji Hoon. Dia harus membantu nyonya Kim yang sama sekali tidak bersalah selama ini.

-

Usai turun dari taksi, Tae Ra cepat-cepat membawa langkahnya masuk menuju gedung bertingkat di hadapannya. Suasana gedung itu sudah sangat sepi dan gelap karena beberapa lampu-lampu yang telah dimatikan. Lift juga sudah dimatikan, jadi, mau tidak mau Tae Ra mengarahkan langkahnya ke tangga darurat. Beruntung letak kantor cabang Chammel tidak telalu tinggi. Tae Ra hanya harus naik setidaknya 2 lantai saja.

Sesampainya di depan pintu kantor, wanita itu berhenti sejenak untuk menetralkan napasnya yang ngos-ngosan kemudian menekan-nekat tombol password yang sudah nyonya Kim beritahukan padanya di pengadilan tadi.

Pintu pun berhasil terbuka. Tae Ra segera bergerak masuk dan mencari brankas yang dimaksud. Ia kembali menekan tombol password brankas lalu membukanya dan ketemu. Di dalamnya memang terdapat sebuah ponsel berwarna hitam yang ternyata masih bisa dinyalakan. Saat pertama kali layar menyala, tertampillah wallpaper full layar bergambarkan foto Im So Ra yang terlihat sangat cantik.

Untuk beberapa detik, Tae Ra diam terpaku. Dadanya mendadak menyesak, menyusul air mata pun keluar dengan sendirinya membasahi kedua pipinya.

'Yeppeo..'

Ini pertama kalinya Tae Ra melihat rupa kakaknya yang ternyata mempunyai banyak kemiripan dengannya. Bahkan Im So Ra terlihat berkali-kali lipat sangat sangat cantik. Matanya, senyumnya sangat mirip dengan Roo Won.

My Precious Destiny [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang