🖤Episode 30 : Sebuah Permintaan

2.2K 309 160
                                    

Maaf kemaleman ;(

Maaf kemaleman ;(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Flashback

"Untuk satu minggu ke depan, kau akan ada pemotretan di Boston untuk Brand pakaian musim dingin mendatang."

Kedua mata Tae Ra sontak membola besar. Tuhan. Dia barusan tidak salah dengar kan? Pemotretan? Di Boston?

"Waeyeo?"

Nyonya Kim menghela napasnya, membiarkan pikirannya merangkai kata-kata yang bisa Tae Ra pahami dengan mudah.

"Selain untuk pemotretan, aku ingin kau mengawasi Ji Hoon untukku."

Kedua alis Tae Ra bertaut sempurna. Mengawasi? Apa maksudnya? Apa dia sedang disuruh untuk menjadi mata-mata?

"Begini Tae Ra. Kau memang akan dijadwalkan untuk fashion musim dingin, namun sebelumnya kami berencana untuk melakukannya di Paris. Jadi dapat dikatakan, jadwalmu sedang kami majukan." Jelas nyonya Kim yang ternyata masih membuat wanita Jung itu tidak mengerti.

"Boston adalah mimpi buruk Ji Hoon. Aku mohon padamu untuk menjaganya untukku. Kau mau kan?"

Kali ini Tae Ra tertegun. Kendati belum sepenuhnya memahami situasi ini. Yang pasti menangkap dari suara nyonya Kim yang setengah gemetaran tadi, wanita paruh baya itu memang benar-benar sedang mengkhawatirkan Ji Hoon, anaknya.

"Dari awal aku memilihmu karena aku punya maksud. Ji Hoon tidak pernah seperti ini pada wanita manapun. Aku yakin kau bisa menjadi obat untuk mimpi buruknya. Jadikan Boston sebagai tempat baru untuknya. Tolong bantu aku untuk menghilangkan segala kebencian di hati Ji Hoon." Ucap nyonya Kim seraya terisak.

Tae Ra yang kini tangannya sedang digenggam kuat oleh nyonya Kim, dia terus mencari tahu maksud dari segala apa yang nyonya Kim katakan padanya. Boston? Mimpi buruk? Dua hal itu terus saja berputar-putar di kepalanya. Apa ini ada kaitannya dengan kematian Im So Ra?

"Kau sudah kuanggap sebagai anakku. Sama seperti Im So Ra. Dan jadikan dirimu sebagai Im So Ra yang lain untuk Ji Hoon. Dia membutuhkanmu."

Flashback End

"Sudah lebih baik?"

Tae Ra yang baru saja menenggak habis jamu herbal yang Jaeyoong belikan untuknya siang tadi, segera menolehkan kepalanya ke arah Ji Hoon yang kini tengah berdiri di dekat lemari pendingin.

Dengan sorot tajam, Ji Hoon terus memakunya hingga beberapa detik lamanya. Kini dirinya betul-betul menyadari bahwa Tae Ra memang sedang marah padanya. Tatapan wanita itu sungguh berbeda. Begitu kentara. Seperti banyak sekali hal yang ingin dikatakan namun dia memilih untuk memendamnya.

"Kau sudah bangun?" Tanya Tae Ra acuh sambil meletakkan gelas tadi ke wastafel untuk mencucinya, memunggungi lelaki Lee itu.

Ya, Ji Hoon sepertinya kelelahan bekerja semalam sampai tadi ikut-ikutan tidur bersamanya hingga dua jam lamanya. Bahkan Tae Ra bangun lebih dulu darinya. Padahal dia yang sedang sakit.

My Precious Destiny [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang