🖤Episode 15 : First Kiss?

2.3K 310 53
                                    

Lee Ji Hoon menjatuhkan tubuhnya di ranjang lalu menutup kedua matanya dengan lengan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Lee Ji Hoon menjatuhkan tubuhnya di ranjang lalu menutup kedua matanya dengan lengan.

"Selalu seperti ini. Aku lelah dengan semua ini." Lirihnya berbicara sendiri.

Ji Hoon jadi merasa menyesal kenapa dia tidak langsung pulang saja alih-alih mengiyakan ajakan ayahnya untuk berbicara di dalam privat room. Ji Hoon juga sebenarnya sudah menebak apa saja yang akan menjadi bahan obrolan mereka di dalam sana, tidak akan jauh dari topik ayahnya yang sudah berbaik hati memberikan harta warisan pada dirinya dan pada akhirnya mereka akan membicarakan ketidakbecusannya menjadi seorang anak.

Ji Hoon tentu harus selalu menahan emosinya setiap hal itu terjadi. Bukannya dia mengalah dan memilih menjadi pengecut. Tapi Ji Hoon tahu, pada saatnya nanti semua akan dia ledakkan sendiri. Tinggal menunggu waktu.

Dia bukan pendendam, apalagi ingin memerangi keluarganya sendiri. Tapi Ji Hoon punya tujuan lain. Dia hanya ingin mengembalikan semuanya ke tempat dan keadaan semula. Dia tahu resikonya pasti sangat besar. Tapi semua itu ia lakukan agar tidak ada lagi yang harus dikorbankan.

Termasuk tujuannya mengapa sampai berusaha sebisa mungkin untuk mencapai kesuksesan di usianya yang bahkan belum menginjak 30 tahun, tapi dia sudah mempunyai perusahaan besar dengan cabang yang tersebar dimana-mana.

Perusahaan yang bergerak di bidang perhiasan berlian itu setidaknya sudah berdiri di kota-kota besar di Korea, bahkan ia berencana untuk semakin memperbanyak cabangnya di beberapa kota dan negara lain.

Banyak sekali yang memuji pencapaiannya selama ini karena memang Ji Hoon berusaha sendiri tanpa sepeser pun bantuan dari ayahnya yang masuk ke kelompok pembisnis konglomerat. Sehingga dirinya selalu menjadi perbincangan hangat publik dengan segala kesempurnaan hidupnya.

Namun, di samping itu, banyak juga yang menghujatnya dan menyebarkan berita negatif. Contohnya kejadian semalam, citra Ji Hoon semakin buruk saja di mata mereka yang membencinya. Mereka pasti berpikir bahwa Ji Hoon telah menelan kata-katanya sendiri karena sebelumnya dia pernah mengatakan bahwa dia tidak akan menerima warisan dari ayahnya. Ji Hoon yakin, dirinya pasti sudah dicap sebagai orang yang serakah, persis seperti yang dikatakan dua orang di dalam toilet tadi.

Ji Hoon terlihat menarik napasnya dalam-dalam seraya menatap langit-langit kamar dengan pandangan sendu.

"So Ra-ya. Jika saja kau masih ada, apa keadaan ini bisa lebih baik?"

Dengan cepat, Ji Hoon menggelengkan kepalanya dan mengusap wajahnya cukup kasar. Lagi-lagi dia hampir hilang kendali dan berakhir mengingat kekasihnya. Im So Ra. Jika sudah begini, butuh waktu lama untuk Ji Hoon merasa baik lagi dan,

"Arghhhh!" Geramnya saat melupakan bahwa obat tidurnya sudah habis.

Cukup lama berperang dengan pikirannya sendiri, Ji Hoon yang tidak bisa pergi tidur pun keluar dari kamarnya dan kini ia berdiri melamun di balkon. Sudah lama sekali ia mengidap insomnia dan bergantung pada obat tidur. Dan sepertinya malam ini ia tidak akan bisa tidur karena obatnya sudah habis.

My Precious Destiny [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang