🖤Episode 17 : Aku Tidak Tahu!

2.3K 350 77
                                    

"Kau pulang, nak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Kau pulang, nak?"

Kaki Tae Ra kontan berhenti saat mendengar suara barusan. Tangan yang baru saja menyentuh gagang pintu kamarnya pun terurung dan kini ia memilih memutar tubuhnya ke arah ruangan makan yang cukup redup.

Disana, telah duduk seorang wanita paruh baya yang cantik seperti dirinya di depan meja makan dengan tangan memegang sebuah cangkir berisi teh hangat . Wajah wanita itu teramat pucat dan lemas serta lingkaran hitam tampak menghiasi bagian bawah matanya.

"Ibu belum tidur?" Sapa Tae Ra sewajarnya.

"Sudah makan nak?" Tanya kembali wanita yang Tae Ra panggil dengan sebutan ibu.

Tae Ra terlihat menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Canggung. Malas. Setiap kali dirinya berhadapan dengan ibunya, dua hal itu lah yang kerap kali membumbui perasaanya. Tae Ra memang tidak terlalu dekat dengan ibunya. Dia lebih sering menghabiskan waktu dan mengobrol dengan ayahnya. Terutama, sejak kakak pertamanya meninggal dunia, dan kakak keduanya koma sampai sekarang.

"Aku baru saja pulang dari makan malam bu." Jawab Tae Ra menundukkan kepalanya tanpa menatap ibunya.

"Ibu senang kau pulang ke rumah."

Tae Ra tertegun. Suara ibunya saat mengucapkan kata-kata tadi, terdengar sedikit gemetar. Ia yakin, ibunya pasti sedang menahan tangisnya. Tae Ra tahu, perkataan tersebut memang menyindir dirinya yang akhir-akhir ini sering menginap di apartemen alih-alih pulang ke rumah. Padahal ibunya pasti sangat merasa kesepian karena ayahnya masih berada di dalam penjara.

"Aku lelah bu, badanku capek sekali. Aku ingin istirahat." Ujar Tae Ra dingin.

"Sebaiknya ibu juga segera pergi istirahat." Pamitnya sebelum masuk begitu saja ke dalam kamar.

Tae Ra segera melempar tas kecilnya asal dan melepas sepatunya lalu menjatuhkan diri diatas ranjang yang terasa dingin karena sudah hampir satu minggu tidak ia tiduri. Lalu tangannya terangkat ke arah pipi, mengusap sesuatu yang ada di sana. Bahkan ia tak sadar dirinya tengah menangis.

'Sejak kapan Krystal bening ini jatuh dari kedua mataku?'

Seketika tangisnya semakin tumpah saat ingatan-ingatan yang menyedihkan di dalam hidupnya memenuhi kepalanya. Seperti sebuah kaset yang merekan dan menyimpan baik-baik memori itu. Sakitnya, perihnya, bahkan rasa tak terima yang dulu pernah Tae Ra alami masih bisa ia rasakan.

"Eonni, Oppa." lirih Tae Ra seraya memandangi satu foto berukuran cukup besar yang terpampang di dinding kamarnya. Foto yang menampilkan dua orang anak laki-laki dan perempuan yang terlihat sama tinggi dan postur badannya sedang membelakangi kamera.

"Aku merindukan kalian." kata Tae Ra lagi dengan kedua tangan yang kini menangkup di wajahnya.

'Ji Hoon. Aku sangat menyalahkanmu atas semua ini.'

My Precious Destiny [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang