"Pagi sayang" sapa Bunda Rina kepada putri semata wayangnya yang baru saja bergabung bersama mereka di meja makan
"Pagi bun, pa" sapa Cinta
"Gue gak lo sapa" protes Rangga kepada adiknya itu
"Males" kata Cinta
Rangga mengacak rambut gadis itu sampai sangat berantakan membuat sang gadis memanyunkan bibirnya, kedua orang tuanya hanya geleng-geleng melihat kelakuan mereka yang jarang akur
"Besok kamu sudah bisa masuk ke sekolah baru" kata Papa Haris menatap Cinta
"Oke deh" kata Cinta melanjutkan sarapan paginya
"Baik-baik lo di sekolah baru" kata Rangga
"Bawel" hanya itu yang keluar dari mulut Cinta, setelah itu suasana meja makan hanya di isi suara alat makan yang saling beradu
Cinta kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan sarapannya dan tanpa sengaja melihat semua bingkai foto yang berada di meja belajarnya. Beberapa bingkai yang berisi fotonya dengan seseorang yang membuat rasa trauma pada dirinya. Dengan cepat Cinta mengambil kardus kosong yang berada di pojok kamarnya yang memang gadis itu sudah siapkan dari awal, ia mulai memasukkan semua hal yang berhubungan dengan laki-laki itu tanpa terkecuali.
Setelah memastikan semua barang sudah masuk ke dalam kardus itu, Cinta membawa kardus itu ke gudang. Saat membawanya, dari dapur Bunda melihat anak gadisnya yang kesusahan membawa kardus itu.
"Apa itu cin?" tanya bundanya
"Barang gak penting bun" setelah mendengar jawaban dari Cinta, bunda tidak lagi banyak bertanya dan Cinta kembali membawa kardus itu ke gudang
Cinta menaruh kardus itu kemudian menepuk kecil kedua tangannya membersihkan debu yang ada di telapak tangannya, "Oke selesai"
Gadis itu berlalu dan berniat kembali ke kamarnya meninggalkan semua kenangan bersama laki-laki itu.
***
Cinta merapikan seragam sekolah yang sudah terpasang pada tubuhnya dengan terus menatap dirinya dari pantulan cermin yang ada di depannya
"Kok belum turun?" suara bunda di balik pintu kamarnya membuat Cinta cukup kaget
"Cinta deg-degan bun" kata Cinta memegangi dadanya
"Gak papa kok, pasti nanti disana kamu punya banyak teman terus bahagia" kata bunda mengelus rambut panjang Cinta
"Tapi bun-"
Bunda Rina memotong pembicaraan putrinya, "Rasa trauma kamu pasti akan hilang." Cinta mendengar hal itu hanya bisa berharap dalam hati
"Turun yuk." Mereka berjalan menuruni tangga dan bergabung bersama Papa Haris dan Rangga yang sudah ada di meja makan
"Yang semangat dong" kata Rangga saat melihat adiknya yang lesu
"Iya iya" kata Cinta memaksa senyumnya
"Nah gitu dong"
Bunda melerai mereka berdua, "Sudah sudah, lanjut sarapannya"
"Sudah?" tanya Papa Haris menatap ke arah Cinta
"Iya pa" Cinta bangkit dari duduknya dan mulai menggendong tasnya
"Bun cinta berangkat ya" katanya mencium punggung tangan bundanya
Selanjutnya Cinta berpamitan kepada kakaknya, "Gue duluan"
"Sekolah yang benar, gak usah cinta-cintaan" nasihat Rangga dan Cinta hanya tersenyum sebagai jawabannya lalu mengikuti langkah Papanya berjalan menuju mobil
Setelah memastikan semuanya sudah siap, mereka berangkat meninggalkan halaman rumah membelah jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan
"Sekolah yang baik" pesan Papa Haris sebelum Cinta keluar dari mobil. Setelah mencium punggung tangan papanya dan berpamitan, Cinta keluar dari mobil dan menatap gedung sekolah barunya
Seseorang tanpa sengaja menyenggol Cinta, "Eh maaf." Setelah mengucapkan permohonan maaf, mereka berlalu meninggalkan Cinta
Cinta mulai berjalan mencari ruangan kepala sekolah, sesuai pesan Papanya tadi kalau dia harus terlebih dahulu ke ruangan kepala sekolah. Gedung sekolah yang sangat luas membuat gadis itu kesulitan mencari ruangan tersebut.
"Anak baru ya?" suara itu mengagetkan Cinta membuatnya spontan mengangguk
"Ada yang bisa gue bantu?" tawarnya dengan senyum
Cinta awalnya ragu tetapi karna tidak ingin berlama-lama memusingkan ruangan kepala sekolah yang akhirnya menanyakan hal itu kepada gadis yang ada di depannya, "Lo tahu gak ruangan kepala sekolah?"
"Tentu tahu, sini gue antar." Cinta mengikuti langkah gadis itu yang membawanya ke depan pintu ruangan yang dari tadi ia cari
"Makasih" kata Cinta tersenyum
"Gue duluan ya" katanya yang setelah itu berlalu dari hadapan Cinta
Setelah membaca papan ruangan itu dan memastikan kebenaran ruangan yang ia cari, Cinta mengetuk pelan ruangan itu sampai suara berat dari dalam menyuruhnya untuk masuk
"Permisi pak" kata Cinta
"Kamu Cinta kan, siswa pindahan itu?" tanyanya memastikan dan Cinta mengangguk sebagai jawabannya
"Duduk dulu, nanti saya tunjukkan kelas kamu" katanya menunjuk sofa yang ada di ruangan itu dan Cinta hanya nurut duduk di sofa itu sambil menunggu arahan selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja dan Cinta
Teen FictionMasa kelam yang menimbulkan rasa trauma itu membuatku tak lagi mempercayai apa itu cinta sampai akhirnya pria dengan hati yang dingin bagaikan es di kutub utara memperlihatkan dan memperkenalkanku cinta yang berbeda. Kisah yang beda dari biasanya...