'🦄'
,
,
,Hari-hari berlalu dengan cepat. Maksudku, akulah yang tidak menyadari bahwa aku tak sadarkan diri selama beberapa hari.
Aku sendirian di Mansion ku. Dengan wajah dan bibir pucat. Akhir-akhir ini aku selalu mimpi buruk. Kematian Kagaya menjadi konten dari mimpiku.
Sreet!
"BONJOUR!"
Aku membekap kedua telingaku. Uzui datang menemuiku setidaknya tiga kali setiap harinya. Namun masalahnya cuma satu.
Dia selalu membuat gendang telingaku bergetar hebat dengan suara besar nya itu ketika membuka pintu.
"Bonjour. Bonjour, bonjour, bonjour~"
Aku menoleh malas. "..Kau diam sikit boleh tak?"
Uzui hanya terkekeh. Dia berjalan ke arahku. "Lukamu sudah membaik?"
"Kau tengok lah sendiri."
"Apa sih bahasa nya melayu terus." Uzui berdecak. Menyodorkan obat padaku.
"Aku bisa overdosis jika kau memberiku obat-obatan terus, Om Ujuy."
"Mau mati?"
Aku mencebik. Sorotan sinis kulempar padanya. "Om Ujuy mau aku mati?"
"Makanya obatnya diminum."
Aku mendengus sebal. Meraih obat yang disodorkan oleh Uzui. Lalu menelannya. "Weekk.. pahit pahit. Air mana air?" aku mengibas-ibaskan tanganku.
Uzui tertawa lepas. Menyodorkan air padaku. "Kasian. Ceroboh saja lagi. Jadinya kau tak bisa ikut bertempur melawan Muzan."
"Nyinyinyi." aku melirik gelas yang isinya sudah setengah kuteguk. Aku tersenyum jahil, lalu menyiram Uzui dengan air itu.
Uzui tersontak kaget. "WAT AR YU DUING?"
"Mposh. Hwhw."
"Kau ini, sedang sakit atau tidak sama saja." Uzui mengusap pakaiannya yang telah basah. Sesekali berdecak kesal karena ku. "Anjay kau." gumamnya.
Mataku menyipit, "Mau disiram lagi?" tanyaku sembari menodongkan gelas yang masih tersisa sedikit seperti senjata.
"Mau ku tabok juga?"
"Tabok aja nanti aku back."
Uzui menggeram. Menatapku tajam. "Untung sudah dianggap adik sendiri. Kalau tidak ku gampar kau."
Aku tertawa kecil. "Om."
"APA?"
"Masih marah?"
"Saha?"
"Dahlah males." aku menutup seluruh tubuhku dengan selimut. Pura-pura tidur.
Uzui menghela nafas. "Sudah makan?"
"Belom lur."
Uzui manggut-manggut. "Baguslah. Kalau kau makan nanti tambah gendut."
Aku tersenyum. Membuka selimut lalu memandangnya lamat-lamat. "Om."
"Apa?"
Aku menjulurkan lidahku lalu mengangkat kaki kananku untuk menendangnya. Namun sial, dia dapat menghindarinya dan berlaih mengenggam kakiku kuat.
"Sudah cukup main-mainnya, aho." Uzui menatapku datar.
"Kan Om yang duluan." aku menarik kembali kakiku, mendengus.
Uzui menarik nafas. "Kanna."
"Apa?"
"Kau tak berniat untuk menyusul para Pillar di medan pertempuran, kan?"
Kepalaku tertoleh. Aku mengernyit bingung. "Hah?"
"Jangan pikir aku tak tau apa rencanamu, Kannaho." Uzui melekatkan pandangannya padaku.
Aku meneguk ludah. Ah, aku jadi tegang begini.
"Dibanding dengan Pillar yang lain, aku mengenalmu lebih dekat. Aku tau apa yang kau pikirkan."
Aku membuang mukaku. "Jangan halangi aku."
"Ck, ck. Tak akan kuhalangi. Palingan..." kalimatnya terputus. Aku menoleh, kemudian Uzui langsung menggendongku.
"OM UJUY! APA-APAAN INI!"
"Aku akan membawamu ke Mansion-ku."
"TIDAK MAU! LEPASKAN!"
"Jangan terlalu bergerak. Luka diperutmu bisa terbuka."
Aku berdecak, menepuk dahiku frustasi. Setelah itu, dia membawaku keluar dari rumah.
"Gini amat punya Om. Di tonjok kasian, ga di tonjok batinku yang greget."
🎴⚡☀️🎴
Hamlow my readers 😗👌🏻
Ayo ayo di vote ><Yg vote olang nya pasti baek. Dan readers tercyntah ini olangnya baek semwa yekhan?
Hihi :'v
,
[Gada gambar]
[Soalnya ini apdet nya pake hp olang]
KAMU SEDANG MEMBACA
fearless ; kamado tanjirou [√]
Fanfiction𔘓 "Njirou!" Beberapa hari setelah kematian Rengoku Kyoujurou, Oyakata-sama lantas mengumumkan berita besar, bahwa... Pillar baru telah ada untuk melengkapi semua 9 Pillar! Namun, siapa sangka.. bahwa ternyata Pillar baru tersebut adalah seorang Gad...