*
Kilat disusul bunyi guntur memecah suara hujan deras yang meramaikan malam sunyi di depan sebuah vila pribadi di Bogor, tempat dimana dua anak manusia baru saja mendaratkan kaki setelah kurang lebih dua jam menempuh hujan badai.
Tentunya kuyup, sebadan-badan tanpa setitikpun yang tidak terbasahi air hujan.
Tapi tak menyurutkan sekumpulan tawa bahagia dari gadis yang rambut panjangnya lepek tak berbentuk, baju kaos putih tipis yang sudah transparan dan sepatu converse putih ternodai tanah liat dari perjalanan di jalan setapak menuju pintu masuk vila ini.
"Salah banget nggak sih Nta, kamu nyulik kabur taunya langit lagi ngambek gini, untung kita nggak disambar petir," kata si gadis seusai tawanya, sedang membuka sepatu kotornya dan menjemurkan jaket kulitnya ke kursi jati di teras vila.
Si 'Nta' yang tadi dipanggil ada dalam rupa anak laki-laki tinggi, rambut gondrong yang biasanya disibak jari setiap beberapa kali semenit namun kini membentuk kelompok-kelompok dengan tetesan air ditiap ujungnya. Tidak lupa, wajah masam yang hampir 24/7 muram tanpa senyum itu.
Namanya Genta, Gentala Harris. Yang tahun ini berusia 23 tahun, tiga tahun lebih tua dari gadis cantik yang datang bersamanya kali ini.
"Ya gue mana tau Kai, biasanya tiap kesini sama temen-temen nggak pernah hujan. Giliran sama lo yang jarang-jarang malah diguyur," gerutu Genta sambil menanggalkan jaket jeans nya, sekalian kaos sleeveless, meninggalkan tontonan gratis bagi gadis yang di panggilnya Kai tadi. Kyra namanya.
Kyra bersiul ala preman pangkalan ojek saat 'half-naked Gentala' terpampang di depan matanya. Sepaketan lengan berotot dan abs yang selalu dipuji-puji Kyra disetiap kesempatan.
Gentala yang diberi siulan hanya melirik singkat sebelum mengeluarkan satu smirk tipis.
"Kita ngapain kesini sih Nta, jauh-jauh banget," ucap Kyra buka suara sambil menunggu Genta menanggalkan sepatunya.
"Ya ngapain lagi Kai, main lah," jawabnya, tanpa basa-basi lalu melangkah masuk ke rumah kayu dua lantai itu.
Kyra masih berdiri di tempatnya, menatap punggung telanjang yang selalu dingin tapi bisa hangat di lain-lain kesempatan itu.
"Buruan masuk Kai ntar makin masuk angin, sekalian tutup pintu," sambungnya tanpa perlu berbalik barang sedetik untuk memastikan Kyra masih berdiri utuh belum gosong disambar petir.
"Kamu kemana?"
"Kamar mandi lah, buruan sini gabung," jawab suara Gentala yang sudah hilang ke dalam rumah.
That person doesn't look back,
doesn't promise love..
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors : A day in Velvet
FanfictionStories of Batara, Jesse, Jiwa, Kenzo and Gentala.. in their own colors.