Mana yang katanya kangen Batara- Rana kemaren?
A/n : Ayo jangan dibaca aja, sekali-sekali di komen wkwk 🤡🤡🤡 enjoy!!!
*
"Louis sayang kok bisa sampai ke sini, main sama Papinya disana dulu ya Mami lagi nyetrika nak, ini panas yah pinter... Ara! anaknya kenapa bisa kesini ini sih??!"
Batara yang mungkin hampir lima menit tenggelam dalam lembaran-lembaran pekerjaan kantor akhirnya kembali ke realita saat suara Rana memecah sayup-sayup lagu anak-anak yang dinyalakan di televisi 70 inci yang tergantung di ruang tengah apartemen kecil mereka.
Memanggil Batara ke realita indahnya, bahwa di hari minggu yang damai ini ia berkewajiban seharian menjaga Louis, bocah laki-laki berumur 4 tahun-- putra semata wayangnya--, dengan melakukan aktivitas apapun jika bisa tanpa sedetikpun melepaskan pengawasan dari tubuh kecil yang sedang aktif-aktifnya itu.
"Louis, eh katanya tadi mau main dinosaurus sama Papi.. come here smart boy, ayo kita main lagi" kata Batara setelah secepat mungkin bangkit dari sofa ke sudut ruang tamu dimana ada Rana yang tengah menyetrika setumpuk pakaian mereka sekeluarga.
Bocah berkulit putih, yang kelewat putih, itu dengan ceria menghambur ke pelukan hangat sang Papi yang tadi mengabaikannya karena lembaran-lembaran tak berguna. Dengan suara cekikikan khas anak kecil yang tidak akan pernah bosan didengar Batara.
Suara yang selalu berhasil mengangkat segala macam beban hidup yang dibawanya dari luar rumah, bocah kecil yang selalu 24 jam beraroma wangi lembut, hasil dari obsesi Maminya pada wewangian.
"Ara, you ignored me!" ujar Louis lugu ditengah cekikikan lucunya, merajuk dengan aksen British hasil tontonan kartun-kartunnya.
"Papi, sayang.. bukan Ara" balas Batara dengan tawa gemas.
Katakanlah Louis adalah malaikat ketiganya yang sampai kapanpun tidak akan rela ditukarnya dengan apapun.
"Ara.." kadang bocah ini sama keras kepalanya dengan Rana yang tengah tertawa puas mendengar Louis yang masih bersikeras memanggil Papinya dengan sebutan Ara, seperti halnya panggilan Rana padanya.
Rana, tersenyum hangat menatap dua laki-lakinya yang sedang bermain heboh dengan suara tawa lengking Louis hasil dari gelitikan Ara-nya. Tidak ada healing yang lebih menenangkan ditengah hari-hari Rana yang beberapa hari dalam seminggu masih sibuk dengan dunia modelling nya yang masih berlanjut selain menghabiskan waktu bersama Batara dan fotocopy-an kecil nya.
Setengah jam kemudian, pada akhirnya berkas-berkas kantor Batara harus mengalah terabaikan dilantai jika tidak ingin berakhir dengan tanda-tangan dari tuan muda Louis Lingga Batara menghiasi.
Si bocah yang tengah sibuk menyusun kepingan lego nya, sementara Batara melirik Rana yang masih sibuk menyetrika baju-baju yang seperti tidak ada habisnya.
"Ran kenapa nggak di laundry aja sih, kasian kamu nyuci sendiri, nyetrika sendiri baju kita banyak gitu... kamu tiap harinya kan capek abis pemotretan masa weekend capek lagi dirumah nyuci masak semuanya dilakuin.." ujar Batara pada istrinya di sudut sana.
Arana, yang bahkan terlihat cantik tanpa cela dengan wajah tanpa makeup, kaos kebesaran ditubuhnya- milik Batara dan rambut yang dijepit asal.
Harusnya dengan pakaian rumah seperti ini, ibu satu anak seperti Rana setidaknya bisa lebih terlihat manusiawi. Tapi anehnya dimata Batara, Arana masih terlalu indah seperti Dewi.
"Nggak bisa Ara, aku nggak percaya ah baju kamu sama baju Louis kalo dibawa ke laundry. Inget nggak waktu itu kemeja sama jas kamu rusak, warnanya pudar lah apa lah ada-ada aja kenanya. Trus satu lagi anak kita itu kulitnya sensitif banget, nggak bisa salah-salah deterjen, kita kan nggak tau itu laundry pake sabun apa.. pake anti-bakteri atau enggak.. airnya bagus apa enggak. Intinya nggak mau aku kalo orang lain yang nyentuh baju-bajunya Louis" jawab Rana masih semangat menyetrika lembar demi lembar baju, sangat menikmati pekerjaan rumah kesukaannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Colors : A day in Velvet
FanfictionStories of Batara, Jesse, Jiwa, Kenzo and Gentala.. in their own colors.