Heartbeat ( Jiwa - Tela )

1.1K 150 198
                                    

Hi guys, tadinya ini mau dibikin dua part, tapi ga jadi yaudah kita hajar aja xixi, semoga sampai bawah! enjoy!

*

"Words don't work, feeling like they have no worth.."

Maret, 2011.

"Sore Jiwa"

"Oi Wa!"

"Oi bro, kemana lo?"

"Jiwa! Kantin yuk gabung sini"

Sepanjang koridor remang dan lembab khas Fakultas Ilmu budaya di sore hari yang gerimis, sapaan demi sapaan serta beberapa pasang mata tak lepas dari Jiwa yang berjalan agak tergesa menuju sekre jurusan di belakang fakultas.

"Eh iya hai.."

"Sorry gue buru-buru, duluan yah"

"Gak bisa thanks, gue ada urusan di sekre"

Begitu sekiranya balasan ramah disela langkah terburu-burunya, belum lagi jaket jeans yang sudah setengah basah karena gerimis yang tadi mulai turun dari Jiwa masih menerobos jalanan dengan motor gede nya di gerbang kampus.

Sesampainya di depan pintu sekre yang penuh sesak karena sebagian besar anak HIMA jurusan seni 'terkurung' hujan dan berakhir berdempet-dempetan mencari kehangatan, semua mata lagi-lagi ke Jiwa.



"Ada ya ketua acara malah ketiduran ketinggalan rapat" sindir salah seorang gadis berambut keriting yang tengah duduk bersila di sudut ruangan, dengan wajah lelah tapi sama sekali tidak terkejut.

"Hehe, sorry pim, sorry guys duh gue beneran ketiduran anjir taunya udah sore, nggak ada yang bangunin juga hehe" respon Jiwa menggaruk rambut hitamnya, terkekeh canggung sambil dalam hati mengutuki dirinya yang berani-beraninya baru tidur jam 10 pagi sementara ada rapat acara Makrab jurusan pukul dua siangnya.

Sementara Jiwa adalah ketua panitia acara, dan ia cukup tahu dirinya juga sangat tidak berbakat dalam membangunkan diri sendiri dari tidur, berakhirlah seperti sore ini.



"Bisa-bisanya alasan ketiduran, lo tidur apa meninggal kok nggak bangun-bangun, traktir gue mie rebus nggak mau tahu ya, gue gantiin lo nge-handle laporan progres acara tadi" si cewek keriting tadi masih lanjut misuh-misuh, tidak luluh hanya dengan senyum manis Jiwa Cakara Darwin yang notabene teman seangkatannya sendiri itu.

"Ow siap bos, mie rebus doang kan? Teh es nya bayar sendiri ya?" goda Jiwa, lega ternyata sepertinya rapat berjalan lancar tanpa dirinya, sepertinya Jiwa memang harus mengeluarkan uang untuk mie rebus cewek yang tadi dipanggilnya 'pim' tadi sebagai tanda terima kasih.

"Pelit lo!"

"Becanda sayang, yuk lah kantin, mie rebus enak nih hujan gini"

"Sayang.. sayang... sayang lo berserakan disetiap sudut kampus sini tau nggak?" balas si Pim dengan geleng-geleng tak habis pikir dengan mahkluk tinggi kurus yang sudah duduk santai di depan pintu—karena tidak kebagian ruang kosong lagi di dalam sekre-- dengan asap rokok mulai mengepul.

"Eh Wa, karena lo nggak dateng tadi, hukumannya disuruh nganter surat ke HIMA sastra, kita kan minjem tenda barak mereka, sekalian lo tanya kapan bisa kita ambil tendanya, acara kita dua minggu lagi soalnya, ntar takutnya mereka lupa trus misscom lagi kaya acara KBM kemaren keduluan anak Sosio"

Jiwa sebagai pribadi yang semua hal dibawa santai, hanya mendengar sambil mengangguk-angguk, toh hukuman ini tidak terdengar seperti hukuman sama sekali. Ia hanya harus mengantar surat ke sekre HIMA jurusan sastra yang notabene berada tidak jauh dari sekre mereka—masih satu atap pun. Pikirnya.

Colors : A day in VelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang