#PERLAKUAN YANG SALAH?#
Author's POV
Amora yang biasa Bena sebut dengan putri lampir, sudah berada didepan kelas Bena, berdiri bersidekap mengamati isi kelas dari ambang pintu. apakah julukan putri lampir itu terdengar sadis? well Bena emang sedikit diskriminatif kapada Amora, dibanding Dante dosa dia ke Bena memang tak seberapa tapi entah kenapa konsentrasi kekesalannya kepada Amora jauh lebih tinggi, cemburu? bisa jadi!
Bena sedang dikeroyok oleh tiga preman kelas, entah siapa yang sedang menghunuskan kepalan tangan kearah wajah Bena, Amora tidak mengenalnya, iapun tak ingin mengenalnya. tau kalau mereka berada disatu kubu dengannya saja sudah cukup bagi Amora.
"ck"
decakan dan cibiran menggaris dibibir Amora, menyaksikan nasib Bena yang selalu teraniaya.
anak itu memang pantas mendapat siksaan!.Bena sedang dihakimi masa akibat menyimpan jawaban ulangan matematika untuk dirinya sendiri. sudah kesekian kali Bena mengalami hal ini tapi itu tak membuatnya jengah. terserah Bena dikatakan pelit, tak punya solidaritas atau apapun tapi ia tak mau berempati kepada manusia-manusia jalan pintas seperti mereka, yang hanya take advantage dari kerja keras Bena sementara otaknya sendiri dibiarkan mangkrak dikepala. bagi Bena mereka perlu belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri, minimal belajar menerima kenyataan bahwa otak mereka tidak layak guna, bukan lantas menyalahkan orang lain karena nilai ulangan yang jeblok.
"Bena!!"
teriak Amora dari ambang pintu kelas, para pengemis jawaban yang menyedihkan itu segera melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju seragam Bena.
mereka membubarkan diri. sementara Bena merapikan seragam ditempatnya, sedikit berantakan akibat tarik menarik dari tangan teman-teman sekelasnya itu.
"heh tunggu!! jangan kabur lue, gua udah rekam kelakuan lue pada, tinggal send aja nih ke kesiswaan" ancam Amora, membuat para perundung itu menghentikan langkahnya.
Amora mendekati mereka, tiga siswa berperangai manis-manis sebenarnya, namun kelakuan tak sejalan. mereka tertunduk karena ancaman Amora, ditambah lagi gaya bicara Amora yang super jutek.
Amora membaca satu per satu nametag yang terkait didada mereka, "Faren S. Waldi, Altav N. Sena, Zaydan Alfarabil.. " menatap mereka dengan piciknya, "kalian semua masih punya urusan sama gua!" lalu pergi mendekati Bena yang belum meninggalkan tempat, didekat lemari yang bersandar ditembok kelas sebelah meja pengajar.
para pelaku itu jelas berfikir jutaan kali untuk melawan Amora, karena mereka tahu siapa itu Amora. mereka tak kan mau berurusan dengan Dante yang reputasinya sudah mereka ketahui pula. kecuali mereka semua ingin berakhir menjadi lackey yang tak lebih berharga dari isi septic tank disekolah ini.
"Ben.. lue gapapa kan? ikut gua udah ditungguin Dante dikantin." ajak Amora, menyeringai ramah kepada Bena, tak biasa. Bena mengikuti dengan otak bertirai rasa heran atas aksi Amora
"makasih kak.."
mereka beranjak dari kelas Bena, menyusuri koridor lantai tiga.
"gua bisa aja lagi biarin mereka bikin lue babak belur.." ucap Amora sok pahlawan. seraya menuruni anak tangga..
"tapi...."
"gua pengen nglakuin itu pake tangan gua sendiri"
Plaakkk!!!
Amora menampar pipi Bena tepat ditikugan tangga.
Bena terdiam, selepas tubuhnya sedikit mundur menghindari serbuan tangan Amora, namun terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Surrender (selesai)
Teen Fiction#Cerita ini mengandung unsur homoseksual# Dante adalah anak seorang pengusaha kaya raya, namun karena kurang mendapat perhatian dari orang tua sehingga ia suka membuat masalah. Suatu hari tingkah Dante hampir membuatnya berurusan dengan hukum yang b...