#BERI SATU KESEMPATAN#
Author's POV
Dante bangun tidur dengan perasaan berbeda pagi ini. Bena sudah balik semalam, memberikan kesan terindah dalam hidupnya.
ia tak tahu kapan akan bertemu dengan Bena lagi.. kalau bisa secepatnya, ia ingin mengulangi peristiwa manis tadi malam. ahh baru beberapa jam berlalu, Dante sudah dibuat ketagihan.
"Den.. ditunggu Tuan besar dibawah" suara Bik Arum dari balik pintu,
Dante segera bangun dari tidurnya, angin apa yang membuat papinya pulang tanpa pemberitahuan seperti ini.
"iya Bik.."
tanpa membersihkan diri, Dante segera turun, ini sih namanya fresh from the bed yak..
sepenangkapan Dante yang dimaksud dibawah oleh bik Arum tadi adalah ruang makan, tapi setelah Dante sampai disana tak menemui wujud papinya. zonk! pilih tirai atau kotak?.
sebab ruang makannya kosong, Dante memburu Bik Arum yang sedang sibuk didapur, menyiapkan menu untuk sarapan pagi ini,
"papi mana bik?"
"diruang keluarga Den.."
"oke makasih bik.."
Dante sedikit was-was mengingat pemilihan ruangan oleh papinya itu sedikit formal. yang paling sering masuk kesana hanya pengacara pribadi papinya.
tok tok tok
Dante mengetuk pintu,
ceklek
"masuklah!"
papi Dante membuka pintu, wajahnya tampak serius.. tak ada kalimat basa basi seperti aku merindukanmu--bagaimana kabarmu dan kalimat sejenisnya.
Dante segera masuk kedalam ruangan yang bergaya klasik itu, kayu menjadi pelapis sebagian dinding yang bernuansa hijau senada dengan warna sofa yang sudah menjadi penopang pantat Dante sekarang.
aura ruangan menjadi sangat serius. tak biasanya papi Dante sudah mengenakan suit lengkap dengan vest sepagi ini, itu menambah kesan formal dalam pertemuan antara ayah dan anak itu.
Pria paruh baya itu berkacak pinggang menghadap kaca jendela besar yang memuka menghadap taman, lengannya yang menekuk membuat blazer abu-abu yang ia kenakan tersibak hingga mengekspos rompi dibagian dalamnya.
"ada apa pi?"
ucap Dante yang sudah tak sabar menunggu topik apa yang akan dibicarakan oleh papinya, tingkah papinya yang gamang membuatnya semakin penasaran.
papinya yang berdiri membelakangi membuat Dante penasaran apa yang dilakukannya dibalik punggung itu, sepertinya tangannya sibuk dengan sesuatu.
papi Dante berbalik badan mendekati posisi Dante. mata Dante fokus pada jam tangan Hublot yang mencolok karena kilau berliannya dan juga tablet yang terpaut dijemari papinya, kedua benda itu berada disisi tangan yang sama. hingga tubuh papinya tepat menghadang wajah Dante membuatnya harus mendongak untuk menemukan sesuatu diwajah papinya itu.
"lihat ini!"
gambar Dante mencium Bena memenuhi layar tablet papinya. otot disekujur mulut Dante sepertinya sedang ambil cuti, lidahnya layu tak bergerak, tak memicu sesuku katapun.
"perbuatanmu ini menghancurkan masa depan Bena! pantas saja tiba-tiba ia menelfon papi untuk mundur dari pekerjaannya tanpa alasan yang jelas.."
"papi darimana gambar itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Surrender (selesai)
Teen Fiction#Cerita ini mengandung unsur homoseksual# Dante adalah anak seorang pengusaha kaya raya, namun karena kurang mendapat perhatian dari orang tua sehingga ia suka membuat masalah. Suatu hari tingkah Dante hampir membuatnya berurusan dengan hukum yang b...