#19

550 40 3
                                    

#MAKES ME OVER#


Author's POV

Guru dikelas Dheril sepertinya sedang kerasukan, membacakan materi dari buku paket sejarah dengan kecepatan super tinggi, seperti ada turbo dimulutnya. mungkin tadi pagi guru ini menyantap mesin sukhoi sebagai menu sarapan.

sama sekali tak mempedulikan daya serap dari anak didiknya yang rata-rata lamban bahkan mogok. sebagian dari merka sudah terserang vertigo dan alzaimer akut sekarang, terlihat dari banyaknya kepala-kepala yang tumbang tergeletak diatas meja.

Dante memperhatikan keadaan kelas Dheril dari jendela kaca yang menyatu dengan pintu, menunggu momen yang tepat untuk menyela guru sejarah yang sedang fokus berkomat-kamit itu.

"dan kalimat yang dilontarkan raja singasari saat akan mengiris telinga utusan kerajaan mongol adalah--"

"permisi pak mengganggu.."

Dante tak bisa menunggu lebih lama lagi, ia harus segera menemui Dheril untuk membahas masalah Bena.

"iya.. "

"pak.. maaf ada perlu sama Dheril, boleh ketemu Dheril sebentar aja pak?"

dari balik kepala teman-temannya Dheril memperhatikan gerak gerik Dante. dahinya mengernyit akibat heran, pasti ada sesuatu yang penting hingga seorang Dante menemuinya disaat jam pelajaran berlangsung seperti sekarang ini.

"hmm.. yang namanya Dheril silahkan keluar kelas.. jangan lama-lama"

Dheril segera bangkit dari bangkunya. menghadap Dante yang sudah menepi dikaca koridor.

"ada apa?" tanya Dheril

"dimana Bena?" tanya Dante.

"harusnya kan sama lue!"

"nih"

Dante menunjukkan isi sms Bena kepada Dheril.

sesaat sms itu membuat Dheril bingung, apalagi Bena menyeret namanya.

"tunggu.. kemarin gua latihan tae kwon do.. lue kemarin latihan basket juga kan? gua sepintas liat lue ama cewe lue.."

jawaban Dheril cukup meyakinkan bagi Dante, apalagi ia menyebut Amora ada disana, pasti Dheril memang berada disana juga.

"nih lue cek hp gua.. gua juga berkali-kali hubungin Bena.. ada historynya, kalau Bena sama gua, ngapain gua telfon dia ya kan?"

Dheril mengulurkan hp miliknya kepada Dante. karena Dante percaya dan juga tak terlalu memerlukan bukti itu, ia memilih tak mengindahkan bukti yang disodorkan oleh Dheril tersebut.

"terus Bena kemana?" suara Dante,

lily was a liittle girl..

hp Dante berdering menyela obrolan mereka, itu dari Lugas. segera ia mengangkatnya.

"apa Gas?"

"......."

"gua masuk kok, oke..oke.. gua kesana!"

Dante mengakhiri panggilan, kemudian memasukkan hp ke kantong celananya lalu berpamitan kepada Dheril.

"gua harus ke kelas, ada ujian praktikum.."

"oke siap!" jawab Dheril.

mata Dheril mengikuti tubuh Dante hingga keujung koridor. sejenak ia menundukkan kepala, coba menenangkan pikirannya yang perlahan mulai terjangkit rasa kalut. bagaimana bisa Bena hilang dan menyeret namanya. bahkan kemarin malam Bena tak menjawab satupun panggilan telpon darinya.

Sweet Surrender (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang