#BERI AKU KESEMPATAN#
Author's POV
sinar matahari menimpa wajah Dante yang tenggelam diantara tekukan selimut,
"bangun kak udah siang" selepas Bena menyibak tirai kamar.
"ehmmmm.." suara Dante menggumam, mulai menuju alam sadarnya setelah tinggal beberapa jam dialam mimpi.
Dante mendongak mengamati asal suara berisik, itu Bena sedang menyiapkan buku-buku untuk sekolah Dante hari ini.
"kok lue belum berangkat?" tanya Dante, masih tak merubah posisi tubuhnya diatas ranjang.
"masa hukumanku udah selesai kak.. jadi hari ini berangkat bareng kak Dante.." jawab Bena, ia belum lepas dari kesibukannya, kali ini meraup tas kresek yang berceceran disekitar meja TV. nyampah memang jadi kebiasaan Dante, selalu saja ada yang berserakan disana sini. boleh deh kita sebut dia manusia sampah.
dalam rebahnya Dante mengangkat alis dan mengulum senyum, merasa bahagia bisa menguasai Bena sedari berangkat sekolah. ia membuang nafas lega dan mendecih akan perasaanya sendiri karena kehadiran Bena seolah menjadi candu baginya kini.
"mandi dulu kak.. ntar kesiangan"
"oke tungguin gua, kita turun bareng.." dengan gaya bruce li, Dante melompat dari ranjang.
kata-kata Bena rupanya membuat mood Dante jadi baik..
hayo Dante hayo,
ia tak berhenti bersiul selama merapikan diri. biasanya ada saja keluhan, misalnya saat memakai dasi karena tak presisi, atau ikat pinggang yang terlalu kuat menekan perutnya. tapi pagi itu sama sekali tak ada keluhan hingga ia selesai bersolek.
"yuk"
Dante merangkulkan tangannya ke bahu Bena, perlahan Bena memutar lehernya menatap Dante, lalu secepat kilat membuang wajah karena tersipu.
Bena mengikuti Dante yang kini mengemudikan badannya degan rangkulannya, sepanjang perjalanan ke ruang makan Dante tak melepaskan rangkulannya.
dalam hati Bena bertanya-tanya, apa yang membuat Dante bersikap manis padanya, bahkan ini masih pagi.. but aniway yang paling dominan adalah rasa nyaman yang luar biasa diperlakukan oleh Dante seperti itu, ia berharap ini selamanya..
"duduk Ben" Dante menggeser kursi untuk Bena. apalagi ini? tanya Bena dalam hati, tingkah Dante membuat Bena jadi gagu.
"Pagi Den.. " ucap Bi Arum, senyuman pagi hari dari Bi Arum selalu menjadi penyemangat sendiri bagi Dante.
"pagi Bi.. salmon bakar ya Bi?" Dante menelisik piring-piring yang ada diatas meja makan.
"pagi Bu.." sapa Bena,
"pagi juga nak"
"iya salmon bakar kesukaan aden.. dimakan Den, entar keburu dingin." Bi Arum kembali ke dapur setelah menaruh sendok ditempatnya.
segera mereka membalik piring lantas mengisinya dengan hidangan yang tertata dimeja, dua iris salmon bakar dan sesendok telur orak-arik berpindah ke piring Dante. disela makan Dante selalu mengatakan hal-hal manis yang membuat Bena tertawa. perubahan yang begitu signifikan ini kadang mengganggu pikiran Bena, saat ia tertawa riang karena Dante membahas masa kecil mereka, tiba-tiba tawa Bena terjeda oleh gangguan dipikirannya itu. apa Dante sengaja memberinya tanda sejelas ini? jadi begini rasanya mendapat kasih sayang dari Dante? kesempatan yang tak pernah Bena dapatkan selama ini, bahkan Bena sudah merindukan ini, sebelum momennya berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Surrender (selesai)
Teen Fiction#Cerita ini mengandung unsur homoseksual# Dante adalah anak seorang pengusaha kaya raya, namun karena kurang mendapat perhatian dari orang tua sehingga ia suka membuat masalah. Suatu hari tingkah Dante hampir membuatnya berurusan dengan hukum yang b...