Sudah tampak biasa saja, seperti tak terjadi apa-apa. Melangkah ringan, duduk di kursi lalu meminum susu rasa vanillanya setengah. Beralih melahap nasi goreng paling enak buatan Misha.
Semua memperhatikan Rion, membuat anak itu berhenti melakukan kegiatannya. "Rion mau sekolah?"
"Iya lah, kenapa?" tanya Rion tak berdosa. Matanya mengedip polos. Padahal sepasang orang tua dan seorang lelaki lainnya tengah menahan tawa. "Ih, pada kenapa coba?"
"Rion lihat kalender, nggak?" Merasa bingung, otaknya mendadak loading. "Ini hari Minggu, Sayang." Misha mengacak gemas rambut putranya itu. Seketika gelak tawa memenuhi ruang makan keluarga itu.
"Kemarin perasaan nggak kena pukul, deh." Rion agaknya kesal, tapi dia tetap melanjutkan sarapannya. "Nggak heran sih, hari Minggu bangunnya pagian."
"Abwang!"
"Telen, ih, muncrat!"
"Bodwo!"
Seolah paham dengan Rion yang ngambek sampai siang. Aubee punya rencana brilian. Mengajak Rion jalan-jalan seharian. Itung-itung juga, biar jadi obat bosan Aubee.
"Dek,"
"Hm,"
"Ciye, yang masih ngambek." Rion menghindar ketika Aubee maenoel-noel dagunya. "Yuk, jalan-jalan. Ampe malem deh, kalo perlu."
"Bohong."
"Janji."
"Yuk."
Tuh, kan? Luluh. Aubee mendesah. Dia berharap, adiknya akan terus seperti itu. Bahagia, semena-mena, seenaknya sendiri, dan yang paling penting sehat sampai mereka menggapai impian bersama.
"Abang! Buru!"
Seolah kencan, mereka berdua hanya melakukan hal-hal unfaedah. Namun, mampu mengusir suntuk. Jarang-jarang Aubee bisa keluar dari sarang. Soalnya dia selalu gunakan waktunya untuk belajar. Berkebalikan dengan Rion yang selalu main. Main yang tak jelas juntrungannya, tapi bukan berarti berkonotasi negatif, kecuali kalau adiknya itu sedang oleng dan melakukan hal aneh.
Makan di luar dan jajan juga jadi agenda penting yang menyenangkan untuk keduanya. Kalap, mereka benar-benar seperti kerasukan. Aubee mentraktir Rion. Hanya saja, si Abang menyesal sudah membiarkan Rion makan sepuasnya. Uang jajannya habis sama si tukang makan itu. Gara-gara, tak kuat mencium aroma sedap yang menjalar-merambat melalui udara, masuk ke rongga hidung. Hadeh! Puyeng!
Belum puas, Rion merengek, meminta dibelikan es krim vanilla. Rion tak akan pernah bosan dengan rasa satu itu. Satu cone berdua. Dengan jahilnya, Rion menjepret Aubee yang akan melahap makanan manis nan dingin tersebut. Jadinya kelihatan jelek. Tapi, bagi Rion itu adalah sebuah kelucuan tak terkira.
"Adek! Ih! Jahil!"
Hanya sepersekian detik mereka saling menista. Selanjutnya, ya menikmati santapan yang menyegarkan tenggorokkan. Wisata kuliner adalah hal paling menyenangkan menurut Rion. Aubee hapal itu. Dia lebih memilih jalan-jalan untuk makan, ketimbang jalan-jalan cuma buat foto-foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION ✔
Teen Fiction-Tamat- Orion. Bukan pesawat luar angkasa. Bukan pula anak Poseidon dan Euriale yang bisa berjalan di atas air. Bukan pula rasi bintang. Karena tak ada hubungannya dengan antariksa, kedua orang tuanya, hanya suka nama itu. Bersenang-senang, itu mott...