[ 35 ; Extra Sugar ]

5.1K 403 80
                                    

Nih, aku kasih yang manis-manis. Wkwk!
Kemarin kan pada mewek--yang mewek.
Ini nggak vulgar, ya? Hehe! Emang bidangnya Abang Ubi.

~~~~~

"Dok, kenapa puting saya lecet, ya? Di awal menyusui."

"Seharusnya tidak lecet Bu. Berarti pelekatan Ibu masih salah." Mengambil alat peraga, dengan bentuk payudara. "Nah, ini namanya aerola." Menunjuk bulatan cokelat di sekitar puting.

"Saat Ibu menyusui, aerola ini harus masuk sepenuhnya ke dalam mulut bayi. Kalau saat menyusui masih ada bunyi, berarti masih ada udara yang masuk. Nah itu, yang membuat puting Ibu lecet." Si Ibu, mengangguk-angguk paham.

"Terima kasih, Dok. Saya permisi."

"Iya, sama-sama. Hati-hati di jalan." Menghembuskan pelan nafasnya. Jadwal praktiknya sudah berakhir hari ini. Pria itu akan melepas snellinya, sebelum suara pintu terbuka dengan brutal.

"Darurat!"

~~~~~

Butuh waktu enam bulan lebih lama dari Misha, untuk sembuh dari trauma kehilangan. Bukan hal mudah baginya. Terasa sangat sulit. Kadang masih butuh sekali penghibur sampai sekarang. Kegiatan ngampus memang sedikit banyak mengalihkan, tapi tak sepenuhnya. Dia pasti akan teringat Rion, karena hal-hal kecil. Namun, jika dia rindu, dia akan menyatukan tangannya, lalu berdoa untuk mendiang sang Adik.

Menempuh pendidikan hingga dapat embel-embel SPog itu, tidaklah mudah. Melalui segala hal-hal yang juga sulit, waktu belajar yang memang lama. Aubee akan mengatakan bahwa di FK menjalani pendidikan itu terbilang berat. Itu baru fase sarjana kedokteran. Di masa koas, proses pendidikannya pun menjadi jauh lebih menantang dan harus tahan banting.

Kadang, kalau mendapat konsulen yang kebangetan, jika ada koas bertanya, kebanyakan akan ditanya balik, dan ujung-ujungnya disuruh belajar sendiri. Dimarah-marah juga sudah menjadi makanan tiap hari Aubee dan kawan-kawan. Belum lagi, kalau sedang tugas jaga malam. Dan paginya harus tetap bekerja kembali, hingga sore. Kemudian jadi zombie, setelahnya. Belum selesai di koas. Aubee juga harus ujian, atau Internship. Lalu, setelahnya dia menempuh pendidikan kembali, untuk spesialis.

Di umur 28 tahun, dia sudah menjadi dokter kandungan. Memang berat, tapi ini keinginannya sendiri. Jadi, dia menjalaninya dengan senang hati.

Plak!

"Mas mau ngapain?"

Mas? "Maaf, saya mau memeriksa istri Bapak."

"Enak saja main sentuh-sentuh. Yakin, Mas ini dokter?"

"Iya, saya dokter disini."

"Tapi, biasanya istri saya sama dokter Okta." Iya, Aubee tahu. Dia sudah baca profil dan rekam medis pasien tadi, saat perawat memanggilnya.

"Maaf, Bapak. Beliau sedang menangani persalinan juga saat ini." Jelas Aubee sopan dan sabar. Okta adalah partner kerjanya di sebuah RSIA.

"Nggak mau tahu lah. Atau dokternya ganti, jangan Mas. Enak aja, istri saya dipegang-pegang." Sabar Aubee, sabar.

"Maaf sekali lagi, dokter yang bertugas masih dalam perjalanan Bapak." Iya, karena belum waktunya pergantian shif. Ingin sekali Aubee menggigit sesuatu, kalau dapat pasien, atau walinya yang sengeyel ini.

Sesekali melirik sang calon Ibu, belingsatan menghayati gelombang cinta yang dedek bayi berikan di dalam perutnya, seraya mengatur nafas.

"Duh, Bapak! Aku udah stress ini! Udahlah! Sedokter-dokternya!" Omel si Ibu. Yang membuat Bapak itu kelimpungan dibuatnya. Dan akhirnya pula menurut. Hadeh!

ORION ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang