Bugh!
"Ini buat lo yang udah bikin Jisung nangis."
Jeongin hanya diam menerima pukulan Minho. Pikirannya masih blank, terkejut dengan pengakuan Jisung.
"Shh." Jeongin mendesis memegangi pipinya. Ia menatap tajam ke arah Minho. Tatapannya sangat berbeda dari sebelumnya.
"Udah! Jeongin nggak salah apa-apa. Kenapa lo pukul, Kak!?" ujar Hyunjin sambil menahan tangan Minho yang ingin memberi pukulan kedua.
"Kak Hyunjin, biarin aja Kak Lino mukulin aku. Biarin dia melampiaskan amarahnya padaku. Aku tau apa yang dia rasakan sekarang." Jeongin tersenyum smirk.
"Jeongin, jangan mancing! Sono, susulin Jisung di rooftop. Gue tau dia pasti ke sana," suruh Changbin.
To the point, Jeongin langsung berlari menyusul Jisung yang sudah pergi sejak tadi.
Minho masih ditahan oleh Hyunjin, sampai akhirnya Hyunjin memukul Minho untuk membalas perlakuannya pada Jeongin.
Bugh!
"Jangan macem-macem sama Jeongin. Dia nggak salah apa-apa. Kalo sampe sakit, bakal gue bunuh lo," ancam Hyunjin.
Minho hanya meringis kesakitan memegangi pipinya. Pukulan Hyunjin ternyata sakitnya tidak main-main.
"Udah, belom nih dramanya." Chan mulai mengeluarkan suara.
Kedua oknum yang sempat berdebat tadi pun langsung diam. Mereka tau, jika Chan sudah mengangkat suara. Pasti, marabahaya akan datang.
"Sudah, Kak Chan. Jangan ngomporin deh. Kasihan mereka, mending kita samperin Jisung sama Jeongin aja," sahut Seungmin.
Chan tadinya mau memarahi Minho dan Hyunjin, tapi dia urungkan. Karena Seungmin meminta untuk menyusul Jisung dan Jeongin.
"Oke, ayo ke sana. Changbin sama Felix ikut kita apa sama dua oknum itu?"
Changbin dan Felix saling menatap. Seperti sedang melakukan pembicaraan batin.
"Gimana kak, ikutan nggak?"
"Lo gimana? Ikut nggak. Gue ngikut lo aja."
"Ikutan ajalah, ntar bisa curiga mereka kalo kita disini."
Changbin mengangguk paham. Mereka berdua pun memutuskan untuk ikut dengan Chan. Dan, meninggalkan kedua orang rusuh tadi.
Sementara di rooftop, kedua cucu Adam itu masih berdiam diri tanpa memulai pembicaraan sedikit pun. Mereka tenggelam dalam perasaan masing-masing.
Jisung dengan segala keegoisannya dan Jeongin dengan segala penyesalannya. Kedua orang ini bila dipadukan mungkin akan saling melengkapi. Garis bawahi mungkin.
"Kak, kakak beneran suka sama aku?" ucap Jeongin memecah keheningan.
Jisung menoleh ke arah Jeongin dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Kalo kakak beneran suka sama aku, kita jalanin komitmen dulu mau nggak?"
Jisung mengangkat alisnya, "maksud lo?"
"Yah, kan kita nggak tau sebenernya Kak Jisung itu beneran suka aku sebagai cowok apa nggak."
"Jeong—"
"Kak, terkadang perasaan itu datang hanya sekedar nyaman sebagai saudara saja. Kita jalanin dulu pake komitmen aja ya?"
Jeongin menatap tulus ke arah mata Jisung. Manik mata coklat milik Jisung sangat indah bagi Jeongin. Tapi, Jeongin sadar jika manik mata itu suatu saat pasti akan menjadi milik seseorang.
"Gue setuju, kita komitmen aja dulu."
Jeongin tersenyum, dan langsung menghamburkan diri untuk memeluk Jisung.
Yang tertua hanya tersenyum simpul melihat kelakuan Jeongin. Ternyata, sejak dulu dia tidak pernah berubah.
"Eh, pipi mu itu kenapa?"
Jeongin gelagapan, dia tidak tau harus menjawab apa perihal pipinya yang memar itu karena tonjokan Minho.
"Jeongin, jujur aja." Jisung tersenyum lembut ke Jeongin.
Jeongin jadi tidak tega untuk memberi tahu, tapi yang namanya terpaksa mau bagaimana lagi.
"Itu, habis—"
"Woy! Cepetan kumpul sini, udah telat nih."
Jisung dan Jeongin menoleh ke belakang. Mereka mendapati Seungmin yang berteriak ke mereka.
"Kak, ayo ke sana. Nanti nyai bisa-bisa jadi macan lho," ucap Jeongin.
"Iyah-iyah, ayo kesana."
Jisung menggenggam tangan Jeongin. Mereka berdua menghampiri Seungmin beserta anggota lainnya. Jangan lupakan, Minho dan Hyunjin yang sudah bermuka bantal di belakang Chan.
"Ciee udah baikan nih. Pake pegangan tangan segala," kompor Felix.
"Yang udah jadian mah udah beda. Peje lah, McD kuy," ejek Seungmin sambil menyikut pelan perut Jisung.
"Eh, apaan sih? Gue nggak jadian kali," elak Jisung.
Jeongin yang melihat keadaan menjadi baik semula hanya tersenyum simpul. Kemudian dia beralih menatap Hyunjin dan Minho yang bermuka bantal. Jeongin melihat, kalau tidak ada rasa puas atau senang di mata mereka. Dia jadi penasaran apa yang telah terjadi pada kedua orang itu
"Kak Hyunjin sama Kak Lino kenapa ya?"
Haiii!!!
Nay balik ehe'
Udah selesai kan konflik nya. Hahaha, karam semua hwhw.
Tapi tenang di chapter selanjutnya bakal ngeri maybe.
Jangan lupa votment yah gan!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Shoot Me [Stray Kids]
FanfictionStray Kids series!🔭ꦿꦶ⸽⃟🌙 ۪ Menjadi agen rahasia adalah suatu hal yang berbahaya. Mereka harus menghilangkan semua kelemahan agar musuh tidak dapat mengancamya. Tapi kedelapan orang ini justru menjalin hubungan antar divisi. Dan membuat sebuah insi...