Hening menyertai lorong rumah sakit. Tim intelejen yang berada di bawah pimpinan Bang Chan hanya bisa duduk dan merapalkan doa. Berharap, semoga salah satu anggota timnya itu baik-baik saja.
Termasuk juga dengan kedua gadis yang memiliki ikatan tidak terlihat dengan anggota tersebut. Mereka berdua terus berdoa dan berdoa tanpa memperdulikan kondisi mereka yang terlihat kacau.
Anggota tim intelejen yang lain hanya bisa memandang iba. Niat ingin menolong dan menyuruh pun tidak jadi. Karena, pada akhirnya mereka berdua pasti tidak akan mendengarkan.
"Ryujin, Yuna, plis lu berdua ikut Felix sama Jisung ya? Inget kondisi lo berdua udah kacau. Gue nggak mau kalian malah drop," suruh Chan.
"Tapi Kak—"
"Dengerin aja, Jeongin nggak bakal kenapa-kenapa. Lo bantu doa dari asrama aja," potong Hyunjin.
"Mereka diamanin di asrama, Jin? Kamar siapa?" Jisung menatap bingung ke arah Hyunjin.
Pluk
"Pake kamar gua sama Jeongin aja. Lu berdua temenin mereka. Nggak usah balik."
Hyunjin menegaskan rahangnya. Saat ini, emosi nya sangat buruk. Rasanya, dia ingin membunuh yang sudah menyakiti Jeongin. Tapi, dia ingat kalau dia adalah tim intelejen profesional.
Dia harus mengesampingkan dendam dan berlagak optimis dalam menjalankan misi penting.
"Ikutin kata Hyunjin. Dia itu nahan emosi. Jangan buat dia tambah meledak," saran Minho.
Jisung tersenyum menanggapi, "kalo gitu aku sama Felix balik dulu yah. Jaga Seungmin, kasihan dia. Capek sampe ketiduran itu."
"Tenang aja, tanpa lo minta gue bakal jagain dia," sahut Bang Chan.
"Gue pamit, ayo kalian berdua."
Akhirnya setelah diusir halus oleh Hyunjin. Kedua gadis itu pergi bersama Jisung dan Felix.
"Susah banget anjay bujuk tuh dua gadis perawan," keluh Minho yang langsung tepar duduk di kursi tunggu.
"Mana butuh berjam-jam lagi," sambung Changbin.
"Namanya juga gadis. Sensitif bro! Lo patahin hatinya, udah bisa-bisa bundir tuh." Chan terkekeh pelan.
Suasana yang hening digantikan oleh candaan sebagian tim intelejen yang masih tersisa. Bahkan, Seungmin yang tadi susah nyenyak tidur, terbangun gara-gara suara berisik mereka.
"Ish, kok rame sih. Gue lagi tidur ini hiks," celetuk Seungmin.
"Aduh, sayang maafin Kakak yah. Udah kamu bobo lagi sini. Senderin ke bahu Kakak."
Seungmin mengangguk lucu. Chan yang tadinya berdiri pun duduk di antara Minho dan Seungmin.
"Bro, udah berapa jam kita di sini?" tanya Changbin memecah hening yang tadi mulai menyelimuti.
"3 jam." Dingin, jawaban yang terlontar dari mulut Hyunjin membuat semua yang di sana (minus Seungmin) menatapnya heran.
"Lo kenapa? Masih takut?" Minho bertanya.
Hyunjin termangu, ia tidak menjawab pertanyaan Minho.
Grep
"Gua tau, elo pasti takut masa lalu itu keulang. Tapi, lo harus percaya dia nggak papa. Dia nggak bakal ninggalin elu lagi." Changbin memeluk sahabatnya. Ia tau, Hyunjin bukanlah sosok yang kuat.
Meski terbilang bego, dramatis, temperamental, atau sebagainya itu hanya topeng saja. Hyunjin menutupi rasa sakit dan traumanya dulu.
Cklek
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Shoot Me [Stray Kids]
FanfictionStray Kids series!🔭ꦿꦶ⸽⃟🌙 ۪ Menjadi agen rahasia adalah suatu hal yang berbahaya. Mereka harus menghilangkan semua kelemahan agar musuh tidak dapat mengancamya. Tapi kedelapan orang ini justru menjalin hubungan antar divisi. Dan membuat sebuah insi...