☙Eighteen☙

1.8K 204 35
                                    

Awan gelap mulai menyelimuti langit. Dapat terkira mungkin akan turun hujan. Namun, sebelum itu terjadi. Tim Stray Kids harus membekuk para mafia sampai tidak tersisa sama sekali. Termasuk ibunya Jeongin.

"Kak, Kakak yakin bakal bawa mama?"

Yuna menatap ragu kakaknya. Dia merasa kalau yang dilakukan kakaknya terlalu gegabah. Sampai ingin membekuk pekerjaan ibunya sendiri.

"Aku yakin, Na. Ini demi kebaikan semua orang," ucap Jeongin penuh pendirian.

"Kalau buat kakak itu nggak baik. Karena bagaimanapun juga itu orang tua kita."

Jeongin menatap Yuna sendu. Ia merasa kalau adik angkatnya itu juga tidak ingin ibunya dibawa ke pihak berwajib. Tapi, mau bagaimana lagi? Itu sudah jalan satu-satunya untuk menghentikan bisnis gelap ibu mereka.

"Na, kita sudah nglakuin yang terbaik. Ini baik buat semua orang. Buat kita, mama sama Kak Ryujin juga," ujar Jeongin.

"Tapi bagaimana kak kita ngelakuinnya? Anak buah mama itu sangat cerdik dan licik. Kemungkinan mereka pasti sudah tau kita karna suara Kak Sam tadi," timpal Yuna sambil melirik Hyunjin.

"Apa liat-liat?!" sahut Hyunjin.

Plak!

"Sama cewek nggak boleh kasar," tutur Seungmin.

"Ck, iyah nyai."

Seungmin tersenyum kemenangan. Akhirnya dia berhasil menggertak Hyunjin. Mungkin, besok-besok dia akan mencoba memarahi Hyunjin lagi kalau kelakuannya di luar nalar.

"Semua sudah di hack! Cctv, alat pendeteksi, dokumen-dokumen penting sudah masuk ke laptop kita. Sekarang tinggal sergap aja," lapor Jisung.

"Baiklah, sekarang kalian persiapkan senjata. Mental jangan lupa! Kita akan berperang hari ini," tegas Bang Chan.

"Siap!"

Tim Stray Kids mulai mengecek perlengkapan mereka. Mulai dari flashbank, pistol, sniper, riffle, maupun peralatan medis mereka.

Dirasa sudah lengkap. Bang Chan mulai memimpin tim Stray Kids untuk lanjutkan misi resmi yang sudah lama tidak tersentuh.

"Sudah lengkap semua?!"

"Sudah, Pak!"

Bang Chan tersenyum, ternyata tim nya masih sama. Bahkan, meski bertambah satu orang. Kekompakan mereka tetap bertahan.

"Ingat semua ini. Jangan pikirkan teman! Pikirkan diri sendiri. Selamatkan yang perlu saja. Jangan membawa perasaan! Agar fokus tidak pecah. Yang terpenting maju ke depan biarkan yang lain menyusul!"

 Yang terpenting maju ke depan biarkan yang lain menyusul!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa bocah-bocah itu akan datang?"

"Iyah, madam. Salah satu dari kami mendengar suara mereka tadi."

Wanita itu tersenyum seringai.

"Bawa anak tidak tau diri sebagai umpan. Lalu jalankan semua sesuai rencana," perintah wanita itu.

"Baik, madam."

Anak buah wanita itu langsung beranjak dari hadapannya. Dia pergi ke kamar Ryujin untuk menyeret gadis itu keluar sebagai umpan.

"Kalian terlalu meremehkanku bocah, termasuk kau Yang Jeongin."

Wanita itu tersenyum sekilas. Kemudian, ia pergi ke sebuah ruangan lain untuk mengambil sebuah sniper yang akan digunakannya.

"Ini adalah sniper yang cocok untuk kematianmu, Nak."

Wanita itu mengelus ujung sniper tersebut dengan halus. Seperti mengelus anaknya sendiri.

"Akan kubawa kau bertemu dengan kakek dan nenekmu."

"Arghh!! Let me go!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arghh!! Let me go!"

"Shut up!"

Ryujin tidak berhenti memberontak saat dirinya ditarik keluar dari kamar. Tubuhnya serasa mati ketika diperlakukan layaknya barang.

"You stay here. Lure them to make our plan work. Remember! You're just a tool."

Laki-laki bertubuh besar itu langsung menghempaskan Ryujin ke tanah. Ia meninggalkan Ryujin sendirian di halaman mansion. Tentunya dengan keadaan terikat.

"SIALAN LO!! AWAS AJA, BAKAL GUA BALES NIH."

"Ryujin?!"

Ryujin menoleh ke belakang. Ia mendapati kakaknya di sana bersama Yuna dan juga banyak orang.

"Kak! Kembali aja pliss. Jangan kesini!" teriak Ryujin.

"Maksud kamu apa, Ryu. Kami bakal nyelametin kamu," kata Jeongin.

"Kak! Balik aja. Bawa Yuna ke tempat yang aman."

"Nggak!"

Jeongin berlari mendahului para tim. Ia langsung menuju ke arah Ryujin untuk melepaskan Ryujin dari ikatan tali.

"Kak Jangan!"

"AYEN!!"

Jeongin menulikan pendengarannya. Ia masih kukuh dengan pendiriannya. Bahkan, ia tidak sadar kalau wanita itu sudah mengintainya dari lantai dua.

"Gotcha! Kayaknya bakal lucky nih," ujar wanita itu.

Ryujin tau, mamanya ada di atas sana. Maka dari itu dia mencoba mengingatkan kakaknya untuk tidak datang. Tapi, kakaknya keras kepala.

"KAK! JANGAN KESINI! KUMOHON. MAMA UDAH MAU NEMBAK KAKAK DI ATAS SANA!"

Ryujin kalang kabut. Ia tidak bisa untuk mendatangi Jeongin karena kakinya terikat. Dia hanya bisa berteriak dan berdoa semoga bidikan mamanya meleset.

Dor!

"KAKAK!"

"AYEN!"

"AYEN!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai!!

Double up? Biar cepet ending hwhw.

Btw mau ending, cieee.

Jangan penasaran sama yang di atas. Ntar mati penasaran lhoo. Oke, sekian bacotan Nay.

Always votment ya!!

[✓] Shoot Me [Stray Kids]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang