07 - wonyoung's last day

752 185 88
                                    

❞bab tujuh❞•ceartas•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


❞bab tujuh
ceartas


Tubuhnya terasa menubruk sesuatu, ia ling-lung dan jatuh ke lantai dengan kasar. Samar-samar ia menatap sesuatu yang ia tabrak barusan, ternyata itu adalah seseorang yang memakai hoodie dan masker berwarna hitam, lengkap dengan kacamata gelapnya. “Lo siapa?!” tanya Wonyoung panik, ketakutan.

“Hehe ... halo Jang Wonyoung! Penasaran siapa aku?” Orang itu menyejajarkan pandangannya dengan Wonyoung, kemudian mengelus surai Wonyoung lembut.

“Aku AngMort, salam kenal Wonyoung,” lanjutnya.

Wonyoung terpaku sepenuhnya, rahangnya menegang bersamaan dengan peluh yang entah sejak kapan membasahi pelipisnya. Tolong katakan pada Wonyoung ini hanya mimpi, apa ia benar-benar berhadapan langsung dengan seorang pembunuh?

“A-angMort?”  tanya Wonyoung panik dengan suara bergetar.

“Iya, kurang jelas?”

Sebisa mungkin Wonyoung menyeret kakinya untuk mundur, menjauhi orang bertubuh menjulang di depannya. “JAUH-JAUH DARI GUE! LO MAU NGAPAIN, HAH?”

“Gue mau bantu lo bahagia, gue baik ‘kan?” tanya AngMort tenang, kontras dengan Wonyoung yang sudah ketakutan setengah mati.

“Dengan cara bunuh lo, sayang,” lanjutnya lagi, tak lupa menyeringai lebar di balik maskernya.

“LO PERGI ATAU GUE TERIAK?”

AngMort mengusap pelan kepala Wonyoung, terdengar terkekeh kecil dari bibirnya, rasanya menyenangkan ketika melihat raut ketakutan di wajah gadis Jang. “Lo pilih teriak tapi mulut lo gue robek, atau lo diam dan bantu gue buat laut merah sekarang?”

Tidak ada pilihan lain selain diam, Wonyoung masih sayang dengan mulutnya. Walau tadinya dia ingin sekali berteriak meminta tolong, tetapi begitu melihat sebilah pisau yang orang itu bawa membuat nyalinya ciut seketika.

“Bagus, lo memilih pilihan yang tepat. Ayo bantu gue buat laut merah,” AngMort meneret targetnya itu ke sebuah ruangan tersembunyi di dalam gudang tersebut untuk membuat laut merah sesuai janjinya.

Dia mengikat kedua tangan Wonyoung di sebuah palang, sekarang kondisi Wonyoung menggantung beberapa sentimeter dari lantai penuh debu itu. Modelan gantungnya semacam samsak tinju gitu, lah.

“Gu-gue kok diiket gini?” tanya Wonyoung panik.

“Biar gue gampang buat laut merahnya,” jawab AngMort santai tanpa beban.

“Ma-maksud lo laut merah itu apaan?!”

“Laut merah itu lautan yang airnya merah.”

“Tapi ... lo enggak bawa pewarna merah atau air, malah gantung gue kayak gini,” Wonyoung semakin ketakutan, ia tidak bisa memutar otak lagi.

CEARTAS ft. 00-04 line | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang