13 - fire on fire

622 152 112
                                    

❞bab tiga belas
ceartas

Kicauan burung saling bersahutan dari pohon ke pohon. Diikuti dengan Mentari yang sedang tersenyum cerah menyapa para penghuni bumi. Hari ini diawali dengan sarapan seperti biasa, tidak terkecuali dengan gadis Shin yang tengah meneguk habis susu sapi dalam gelasnya.

"Ma, Ryujin berangkat dulu!" titahnya sembari menyambar tas ransel.

"Iya, Hati-hati. Jangan bolos lagi, kamu udah kelas akhir, lho!" teriak Ji Ah dari dapur. Ia sebenarnya sedikit khawatir dengan putrinya itu, karena semenjak kepergian beberapa temannya, Ryujin sering kali memboloskan diri dengan berkunjung ke warung kopi belakang Mahardika, alasannya jelas karena Ryujin sudah kehilangan semangat belajarnya.

"Siap! Wuv you, Ma."

Ryujin bergegas menuju gerbang depan rumahnya karena ojek yang ia pesan sudah menunggu di sana. Tak butuh waktu lama, ojek tersebut berhasil membawa Ryujin sampai di SMA Mahardika dengan selamat, langsung saja ia membayar dengan sejumlah uang dan segera menyusuri koridor kelas dua belas.

"Ryujin!" Yang dipanggil langsung menoleh ke sumber suara, mendapati eksistensi Yeji yang kini menghampirinya.

"Oy! Kenapa?"

"Enggak papa, sih. Lo mau lanjut ke mana habis lulus?" tanya Yeji, dia hanya sedikit penasaran karena dirinya sendiri belum bisa memutuskan kelanjutan akademiknya, jadi ia ingin mendengar rencana teman-temannya dulu.

"Gue masih bingung sejujurnya, tapi Mama gue saranin ambil beasiswa terus lanjut ke universitas luar."

"Kenapa enggak yang di sini?"

"Jurusan yang gue cari enggak ada di univ yang gue mau, Ji. Selain itu, lo tahu sekarang keadaan kita kayak gimana? Kata Mama gue, gue bakal jauh lebih aman kalau di luar negeri."

Yeji mengangguk setuju,"benar juga. Ya sudah, gue mau ke toilet dulu."

Gadis Hwang itu melengos pergi dari hadapan Ryujin, membuat Ryujin kembali melangkahkan kakinya untuk mengambil tempat duduk di bangku kelasnya yang paling belakang, tapi tiba-tiba seseorang menepuk bahu gadis itu.

"Apa, Chan?" tanyanya ketika Haechan datang dengan ekspresi serius, sepertinya ia hendak menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan masalah kemarin.

"Lo ingat sama kata-kata gue yang kemarin 'kan?"

Ryujin terdiam, sebenarnya kalimat yang dilontarkan Haechan saat ia curhat soal hubungannya dengan Hyunjin tidak sepenuhnya salah. Tetapi gadis dengan rambut sebahu itu masih belum bisa menerima kelakuan Hyunjin yang dulu.

"Ingat, itu masa lalunya Hyunjin. Sekarang, dia sudah berubah, sifatnya jadi lebih baik. Kalau lo lihat dia jalan sama cewek lain, itu lo timpuk kepalanya juga enggak papa-papa."

Ryujin hanya mengangguk malas. "Iya, sudah sana lo, gue mau sendiri!"

"Galak banget, Mbak." Haechan yang melihat Ryujin sudah siap melemparkan kotak pensilnya, segera berlari menjauhi singa betina itu sebelum ada benda yang mendarat tepat di kepalanya.

Ryujin menggerutu kesal di tempat duduknya melihat Haechan kabur dengan juluran lidah. Untung saja Haechan masih sahabatnya, kalau bukan sudah ia tempeleng kepalanya dengan buku paket. Tanpa Ryujin sadari, Hyunjin melihat semua itu dibalik jendela kelasnya, membuat senyum terukir di bibirnya.

"Jangan senyum-senyum sendiri, dikira orang gila, gue yang ketawa." Seungmin yang baru saja jalan ke kelasnya malah menemukan Hyunjin tengah tersenyum sendirian membuat dirinya bergidik ngeri.

CEARTAS ft. 00-04 line | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang