08 - broken friendship

763 174 136
                                    


❞bab delapan
ceartas

Gadis bermarga Jeon itu melewati koridor tanpa ekspresi, setelah kembali berduka karena kabar kepergian Wonyoung di grup angkatan mereka, tidak sedikit yang diam-diam membicarakan Somi di sepanjang koridor menuju kelas.

Walaupun Somi mencoba untuk bersikap bodo amat, bisikin para murid di sekitarnya itu masih bisa ia dengar dengan jelas, hatinya sedikit terguncang karena kini menjadi topik utama seantero Mahardika. Tapi apa boleh buat? Somi tidak mungkin bisa membungkam mulut-mulut mereka.

"Itu Kak Somi 'kan? Yang beberapa hari lalu berantem sama Wonyoung di lapangan?"

"Iya, yang galak banget."

"Gue curiga, deh. Jangan-jangan Wonyoung meninggal gara-gara Kak Somi."

"Serius lo?"

"Siapa lagi kalau bukan dia? Satu-satunya orang yang dapat keuntungan dari kematian Wonyoung Cuma Kak Somi."

"Dengar-dengar, sih, dia orang yang pertama kali nemuin mayat Wonyoung."

"Ih, kok pada bahas kayak gini, sih? Gue takut tahu, kalian enggak was-was apa kalau Kak Somi dengar? Nanti kalian yang jadi target dia selanjutnya, lho."

"Lo jangan bikin gue merinding, dong!"

"Gue mau pindah sekolah lama-lama, Mahardika punya murid psikopat soalnya."

"Udah psikopat, galak, judes, berandal, hidup lagi!"

"Bikin sampah masyarakat bertambah, haha."

Somi yang sudah sampai di kelas hanya menghela nafas, dirinya cuma bisa menunggu sampai waktu yang akan membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

Heran, orang enggak tahu kejadian aslinya seperti apa, tapi sudah membuat asumsi sendiri dengan seenak jidat.

"Enggak usah dengerin ucapan mereka," titah Yeji, memberikan semangat kepada sahabatnya karena Somi terlihat lesu seharian ini.

"Lagian mereka juga enggak ada di TKP, bisanya cuma ngegosipin hal yang belum tentu bener," tambah Ryujin, sesekali menatap sinis ke arah mereka yang menggosip.

"Gue Cuma bisa berdoa hasil autopsi cepat keluar dan para pelaku yang selama ini bikin sahabat kita tinggal nama bisa segera ditangkap."

Renjun menatap kekasihnya dengan tatapan nanar, ia jadi tidak tega pada Somi. "Kamu yang semangat, ya! Ada kita berenam di sini yang percaya kalau kamu enggak bersalah."

"Iya, bener apa yang di bilang Renjun," sahut Hyunjin dengan senyum pepsodent.
Somi menatap sahabat-sahabatnya sambil menyungging senyum manis.

"Makasih, ya."

"Santai, kayak sama siapa aja lo."

"Senyumnya jangan kelamaan, nanti Haechan naksir kamu, aku yang repot!" cibir Renjun.

"Heh, dugong terbang! Ya kali gue nikung sahabat gue sendiri? Lama-lama gue cekokin tisu toilet juga lo!" celetuk Haechan, lelah dengan tingkah Renjun. Di mana-mana kerjaannya pacaran mulu, dasar bucin.

"Nanti kalau gue tikung beneran kayak apa lo?"

"HEH, BERANI LO NIKUNG GUE, GUE TENDANG KE KUTUB UTARA LO!" Renjun berseru tidak santai, ternyata ia mudah sekali termakan oleh ucapan asal Haechan.

"Duh, gue heran sama lo, Njun. Memang Somi mau yang modelan Haechan begini? Kagak, lah!" sahut Hyunjin.

Somi hanya terkekeh kecil melihat kelakuan mereka, heran kenapa temennya tidak ada yang waras satu pun. Mereka yang melihat tawa renyah Somi merasa ada perasaan lega di hati mereka, setidaknya mereka berhasil menghilangkan sedikit kesedihan Somi.

CEARTAS ft. 00-04 line | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang