Bab 1.A
-Benih yang tertinggal-
Entah, sudah berapa kali Alaya memuntahkan isi dalam perutnya pagi ini hingga dia merasa lemas. Tapi Alaya mencoba untuk mengendalikan diri agar kondisinya tak terlihat oleh kedua orang tuanya dan juga kedua adik kembarnya.
Sudah Tiga bulan lamanya, setelah malam itu, dan Alaya ingin melupakan semuanya. Alaya ingat dengan jelas, bagaimana dia bangun pagi itu tanpa busana dengan seorang pria yang juga sama telanjangnya dengan dirinya, dan dia sama sekali tak megenal siapa pria itu.
Pagi itu....
Pria itu tak berhenti menatap Alaya, bahkan pria itu tak mengucapkan sepatah katapun. Sedangkan Alaya sibuk mengenakan pakaiannya dan membereskan barang-barangnya.
"Aku harus pergi, karena aku ada kerjaan."
"Hanya itu?" pria itu bertanya pada Alaya.
"Ya, memang apa lagi?"
"Kita bercinta semalam." Jelas pria itu.
Alaya menghela napas panjang. Sungguh, dia tak ingin membahas tentang tadi malam. Alaya hanya merasa malu bahwa mungkin dia tidak pandai di atas ranjang. Lagi pula, dia masih perawan. Ya Tuhan! Pasti memalukan sekali.
"Lalu apa? Hanya cinta satu malam." Alaya mempertegas tentang apa yang terjadi semalam. Well, dia tak mengenal pria ini. Semalam, dia menciumnya karena spontanitas saja. Tubuhnya tegap dan bagus, wajahnya tampan dan menggoda, membuat Alaya yang setengah mabuk merasa terbakar oleh gairah saat itu juga.
"Jadi beginikah diri kamu yang sebenarnya?" tanya pria itu dengan nada tajam. Aksen bicaranya begitu khas. Ya, pria ini memiliki darah 'bule' jika dilihat dari perawakannya dan juga tampangnya.
"Aku nggak ngerti apa maksud kamu. Tapi, maaf, semalam hanya one night stand. Terima kasih, sudah menemaniku. Kuharap, kita tidak akan bertemu lagi." Setelahnya, Alaya pergi begitu saja meninggalkan pria itu yang hanya terpaku menatapnya.
Alaya merasa bersalah, tapi di sisi lain, dia harus melakukannya. Alasan pertama adalah, bahwa pria itu terlalu sempurna dan seakan jauh dari jangkauan tangannya, kedua, Alaya tahu bahwa Daddy dan juga adik kembarnya tak akan menyetujui hubungannya dengan pria yang bahkan tak dia kenal itu. Ya, Alaya hanya akan mengenangnya, bahwa tadi malam, adalah malam yang sangat luar biasa untuknya.
Hingga dua bulan yang lalu, saat Alaya merasakan ada yang aneh dengan tubuhnya, Alaya menyadari bahwa ada sesuatu yang tertinggal dari pria itu. Ya, benih yang tertinggal di dalam rahimnya kini tumbuh dan tak ada yang tahu kecuali dirinya dan juga dokter yang memeriksanya saat itu.
Alaya menghela napas panjang. Dia keluar dari toilet, kemudian menuju ke arah meja rias. Membenarkan sisa riasannya sebelum dia keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan.
"Mommy masak apa pagi ini?" tanya Alaya yang baru sampai di meja makan.
"Banyak sekali, kamu mau bawa buat bekal? Biar Mom siapkan."
"Nggak usah, Mom. Lihat tuh badan Kak Alaya kayaknya gemukan. Kebanyakan nyemil akhir-akhir ini." Gabriel yang menyahut.
"True. Akupun sering lihat Kak Alaya diem-diem ke dapur pas malam. Nggak diet ya kak?" Gio ikut menimpali.
Alaya merasa salah tingkah, dia bahkan merasa tak nyaman apalagi saat ayah dan ibunya mengamati dirinya. Ya Tuhan! Mereka belum boleh tahu tentang kehamilannya. Alaya belum siap untuk menceritakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Alaya
Romance*** SAVE DI LIBRARY, Jangan sampai ketinggalan**** Kisah cintanya Alaya, Princess kesayangan Daddy Ivander. cerita ini sekuel tau satu seri dengan cerita THE DEVIL HUSBAND, THE GUARDIAN DEVIL, dan AKSARA. BISA langsung baca cerita ini tanpa baca cer...