00. Pelukan hangat

10K 751 30
                                    

Aku Naruto Uzumaki. Usia baru saja 13 tahun, dan aku adalah seorang genin. Berada di tim 7, di bawah pengawasan Kakashi Hatake, salah satu jenius konoha dan pemilik mata sharingan.

Kawan satu timku adalah Uchiha Sasuke dan Haruno Sakura, meski Uchiha Sasuke tidak ada di Konoha karena beberapa hal. Maka hanya ada kami berdua di tim 7.

Pagi ini, aku dan Kakashi-sensei sudah berjanji untuk berlatih bersama, jadi aku sempatkan untuk sarapan terlebih dahulu. Bukan tanpa alasan, itu semua karena, Kakashi-sensei tak pernah beristirahat ketika sedang berlatih. Sekalipun perutku berbunyi pun dia tak akan berhenti melatihku. Dia sedikit kejam.

Aku memakai pakaian yang biasa aku gunakan, sebuah jaket oranye, dan celana kain, tak lupa aku membawa dua dompet berisi peralatan ninja.

Yosh! Aku sudah siap untuk berlatih. Aku akan menjadi lebih kuat dari terakhir kalinya. Dan akan ku pastikan Kakashi-sensei tumbang di ronde pertama.

Ting tong!

Pintu bel kamarku berbunyi, sesegera mungkin aku membukanya, siapa tahu ada tamu yang berkunjung.

Aku membuka pintu, dan menemukan seorang pria berpangkat jonin, dan sebuah keranjang sayuran di tangannya. "Yo!" Sambutnya.

Aku melirik keranjang yang ia bawa, dan sudah aku pastikan, jika itu untukku, maka aku akan membuangnya. Aku benci sayuran.

"Kakashi-sensei? Kenapa kemari?" Tanyaku tak percaya, kenapa ia ada di sini, padahal kami sudah sepakat untuk berlatih di taman Senju.

"Aku membawakan sekeranjang sayur, tak baik jika kau terus memakan ramen tiap hari. Jadi usahakan makan sayur juga ya?" Ucapnya seraya menyodorkan keranjang itu, dan memberikan sebuah senyum manis padaku.

Aku mengernyitkan dahi, "Tidak biasanya, sensei. Kau sedang sakit? Atau sedang terkena sesuatu? Tumben sekali kau baik padaku, biasanya hanya Sasuke saja yang diperhatikan, humph!" Kesalku.

Dia tertawa, sembari mengacak rambut kuningku yang menyalak bagaikan duri landak. "Maaf maaf, aku jarang memperhatikan mu, sekarang aku akan melatihmu supaya menjadi lebih kuat, bagaimana?" Tawarnya, dan sialnya aku tertarik. Melihat bagaimana Kakashi berhasil mengajarkan Sasuke menjadi lebih kuat dengan chidori, aku juga ingin!!

Tanpa sadar aku telah diseret masuk ke dalam kamar, dan Kakashi sensei langsung mendudukkan ku di kursi meja makan. Dia menatap serius pada bekas cup ramen yang ada di atas meja makan, lalu yang ada di tempat sampah juga. Ia berkeliling di sekitar kamarku, dan membuka laci di dapur. Dia terlihat kesal.

"Jadi kau hanya makan ramen saja tiap hari?" Tanyanya dengan nada kesal. Aku hanya bisa mengangguk, toh hanya itu yang aku sukai dan aku bisa beli dalam jumlah banyak untuk stok.

Dia mendekatiku, dan mengambil sayuran di keranjang itu lalu membawanya ke dapur. Terdengar keriuhan di dapur selama beberapa menit, setelahnya dia datang membawa semangkok sesuatu yang mengepulkan asap.

"Makan!" Perintahnya.

Aku diam saja, aku sudah makan, perutku juga masih kenyang. Jadi aku hanya menatapnya tajam curiga. "Aku kenyang sensei, lagipula apa yang kau masak?!"

"Sayur sup. Makanlah, setelah itu kita berangkat," ujarnya memerintah, dengan mata menyipit tanda kalau dia sedang tersenyum, padaku.

"Aku tidak suka sayuran," aku bangkit dari kursi, berniat mencuci peralatan masak yang digunakan Kakashi Sensei.

Grep!

Dia menarik tanganku, lalu mendudukkan aku di atas pangkuannya. "Makan!" Perintahnya kembali. Aku terdiam, apakah sensei sedang sakit sekarang? Karena tingkahnya seperti bukan dirinya.

Dia itu dingin, mesum, bodoh (dalam beberapa hal) tapi jenius (dalam hal tertentu), selalu terlambat, dan tidak pernah.... Tunggu, mesum! Aku teringat, apakah ini karena buku bersampul hijau yang bertuliskan icha-icha Tactic itu?!

"Aku tidak mau!!" Tolakku mentah-mentah. Enak saja, siapa dia berani menyuruhku.

Dia membalik posisiku, menjadi menghadap padanya, lalu menatapku tajam. Dia mengambil sesendok sayur sup, dan membuka paksa mulutku dengan sendok sayurnya itu. Sementara itu sebelah tangannya digunakan untuk memegangi kedua tanganku. Dan kakinya mengunci pergerakan kakiku.

"Hmmppp!!" Aku menutup mulutku dengan susah payah, tapi dia lebih kuat. Dan berhasil memasukkan sayuran itu ke dalam mulutku yang tidak pernah menyentuh sayur menjijikan itu.

"Uhukk uhukk sialan kau sensei! Uhukk!" Umpat ku kesal. Dia tersenyum lagi ketika aku bersitatap dengannya. Kemudian dia mengulangi cara yang sama, dan memasukkan kembali sayuran itu ke dalam mulutku.

Setelah habis hampir satu mangkok, ia menurunkan aku dan membersihkan kekacauan yang kami perbuat. Sementara itu perutku terasa penuh, dan rasa sayur itu mulai mendominasi mulut, tenggorokan, bahkan perutku, dan itu rasanya sangat menyakitkan.

"Usahakan untuk makan sayur ini lagi untuk makan malam Naruto, atau jika tidak aku yang akan menyuapi mu!" Titahnya lagi. Aku bergidik ngeri membayangkan Kakashi sensei lagi yang akan menyuapiku. Bisa-bisa hancur badanku.

"Jawab iya, atau pelatihan itu tidak akan ada sampai kapan pun," ujarnya memaksa. Aku memutuskan untuk mengangguk, paling nanti malam aku akan minta Iruka Sensei untuk membawaku ke Ichiraku ramen. Setidaknya itu caraku untuk menghindar.

"Bagus. Ayo berangkat!"

Aku memutar bola mata malas padanya. Ia adalah satu-satunya sensei yang dipercayai untuk mengajari tim 7 yang tidak lengkap. Kenapa tidak ada sensei pengganti saja sih?

"Kau sedang memikirkan apa Naruto?" Tanya Kakashi. Aku menggeleng kuat, "Tidak ada, ayo lanjutkan perjalanan, Sensei!"

Di tengah jalan, aku masih melamunkan masalah yang terjadi beberapa hari terakhir. Bahkan nenek Tsunade saja tidak bisa mengatasinya seorang diri, ia masih perlu bantuan seorang Naruto Uzumaki untuk membantunya. Hehehehe.

Aku tidak menyadari langkahku, hingga aku tersandung sebuah batu berukuran sedang di tengah jalan.

"Uwaahhhh!!"

Grep!

"Kau melamun lagi, Naruto!" Ujar Kakashi sambil memelukku dari belakang, dia menjangkauku agar tidak limbung ke tanah.

Tangan besarnya terasa hangat, dia memelukku begitu erat, sampai aku bisa merasakan detak jantungnya di leherku. Aku menelan ludah gugup sendiri.

Apa-apaan ini?!

Aku buru-buru melepaskan diri dari pelukannya, kemudian membersihkan jaket oranye ku dari debu. Kakashi mengusap rambutku lembut lalu melanjutkan perjalanan, meninggalkan aku sendiri.

Sekali lagi.

Apa-apaan itu?!

WEIRD SENSEI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang