03. Hangat

5.7K 626 50
                                    

Kami memutuskan untuk melewatkan sarapan, karena Kakashi sensei tiba-tiba dipanggil untuk tugas darurat. Maka latihan kali ini dibatalkan. Dan jadilah aku berlatih sendirian. Oh lebih tepatnya bersama dengan Sasuke yang baru saja kelihatan batang hidungnya.

Dan otak kelewat cerdasku kini sedang memikirkan cara agar Sasuke cemburu mengetahui kalau aku tinggal berdua dengan Kakashi sensei.

Aku memanggilnya yang sedang asik melempar shuriken dengan mengaktifkan sharingan miliknya. "Oi, Sasuke!! Ada yang mau aku beritahu padamu!!" teriakku cukup keras untuk menarik perhatiannya yang sangat fokus.

Dia melirikku kesal, "Ada apa, Usuratonkachi? Mau menggangguku lagi, huh? Kurang kerjaan sekali," kesalnya padaku. Cih, dasar teme! Berani sekali dia mengataiku pecundang, padahal dia juga sama pecundangnya seperti aku!

Aku meliriknya tajam kemudian tersenyum, "Hei Kakashi Sensei itu guru privatmu kan?" tanyaku, dia memandangiku.

"Hn"

"Kau tahu tidak, sekarang aku akan diajari juga olehnya, bahkan dia sendiri mengajakku tinggal bersamanya. Kau pasti cemburu kan?! Ayo mengaku!!" aku terdiam begitu melihat perubahan raut wajah Sasuke.

Mari kita lihat apakah berhasil?

"Tinggal bersama kau bilang?" tanya dia tak percaya, namun aku dapat mendengar nada marah disana.

Aku mengangguk sombong, aku pikir Sasuke akan cemburu padaku dan mengiba supaya diajak juga untuk tinggal bersama di rumah Kakashi. Tapi aku salah. Dia mencengkeram kerah bajuku.

"Kau tinggal bersamanya?! Sejak kapan!!?" bentaknya. Aku tercekik.

"Ughhh.. Sasuke!! Teme!!" erangku kesakitan. Dia benar-benar marah saat ini, apa dia cemburu? Sungguhan?!

"Katakan padaku, apa kau benar-benar tinggal disana?! Apa saja yang brengsek itu sudah lakukan padamu?! Katakan!!"

Tunggu, sebenarnya ada apa ini?
Brengsek?
Sasuke menyebut Kakashi sensei sebagai brengsek?! Hei, apa yang terjadi? Kenapa? Mengapa?

Dia mengendurkan cekikannya, dan aku pun jatuh ke tanah sambil terbatuk-batuk. "Uhukk.. Uhukk.. Teme! Dia mengajakku tinggal .. Uhukk..disana agar aku bisa berada di dalam pengawasannya. Dan aku.. Uhuk.. setuju. Kau cemburu kan, karena tidak bisa dekat dengan guru privatmu?!" bentakku.

Sasuke mengepalkan tangannya, lalu melayangkan sebuah pukulan telak pada pipiku. Membuatku tersungkur ke tanah, dan membuat tepi bibirku berdarah.

"Aku akan ikut tinggal di tempat itu, dan menemanimu, sekarang juga!! Brengsek gila itu tidak akan aku biarkan!" ujarnya kemudian duduk di sebelahku.

Dia menarik tanganku mendekat, lalu menarik wajahku ke arahnya. Dia mengeluarkan sebuah sapu tangan, dan mengelap darah yang keluar dari tepi bibirku.

"Hei, Sasu. Apa kau memiliki masalah dengan Kakashi sensei? Kenapa-"

Sasuke melirikku tajam. "Jangan banyak tanya, itu lap sendiri darahmu," dia melemparkan sapu tangannya ke pangkuanku.

Aku mengambil sapu tangan itu dan mengelap sudut bibirku perlahan. Sempat meringis beberapa kali, aku akhirnya berhasil menghentikan pendarahannya, meskipun rasa sakitnya masih ada. Dan akhirnya aku paham, rasanya menjadi setiap musuh yang Sasuke lawan. Pasti sakit. Karena harus menerima tonjokan spesial darinya.

Tiba di siang hari. Sasuke dan aku merebahkan diri di pohon sekitar tempat latihan. Kami memutuskan untuk rehat sejenak sebelum kembali berlatih shuriken dan kunai.

"Sasuke!! Naruto!!" teriak seorang perempuan dari arah desa. Aku tersenyum lebar melihat siapa yang datang. Kakashi dan Sakura! Mereka juga membawa 4 bungkusan serta 2 wadah air.

"Sakura-chan!" sambutku hangat meski bibirku masih sedikit sakit.

Tapi gadis bersurai pink itu malah mendekati Sasuke dan duduk di sebelahnya. "Sasuke-kun, mari kita makan bersama!"

Sakura itu selalu saja mengelukan nama Sasuke Sasuke Sasuke. Cih, bagaimana bisa aku yang selama ini menyukainya tidak digubris sedikitpun. Aku kesal!!

"Naruto, kemarilah, ayo makan bersama!" panggil Kakashi sensei. Aku mengangguk dan duduk di sebelahnya yang sudah membagikan kotak makan siang serta air minum.

Yah, rasa kesalku sepertinya harus diabaikan kali ini, karena perutku sudah sangat keroncongan. Aku menyambar kotak bekalku yang berwarna kuning. Setelah membaca doa, aku mulai membuka kotak makan, dan menyomot telur gulung.

Tapi begitu aku membuka mulut...

"Awhhsshh," ringisku sambil memegangi sudut bibirku yang rasanya perih sekali. Apa lukanya sangat besar ya, sehingga perihnya sangat terasa?

Kakashi menatapku khawatir. "Hei, Naruto. Kau tidak apa-apa?" tanyanya. Aku mengangguk namun sesekali meringis. Luka ini tidak seperti biasanya. Aku rasa Sasuke benar-benar meninjuku dengan kekuatan penuhnya.

"Coba buka mulutmu!" perintah Kakashi. Aku membuka sedikit mulutku, dan dia mendekatiku. Dia memeriksa bibir hingga mulutku kemudian berdecak.

"Sasuke! Apa kalian habis berkelahi?" tanya Kakashi. Sasuke menatapku dan Kakashi tajam sedangkan Sakura menatap kami bertiga bingung.

"Hn" sebagai jawaban dari Sasuke.

Entah apa artinya "Hn" itu, tapi Kakashi paham maksudnya. Dia memegangi daguku, dan menarik wajahku mendekat. Dia menyuruhku untuk membuka mulutku sedikit lebih lebar dari sebelumnya.

Dengan tangan yang satunya, dia merogoh saku jaketnya dan mengambil salep. Perlahan dia mengolesinya ke bibirku yang robek.

"Swaa-kit , shen-sei!!" ringisku ketika dia mengolesi mulut bagian dalamku.

"Tahan sedikit lagi," ucapnya enteng. Sedangkan aku hanya bisa menatapnya dari dekat, sembari berpikir. Hei, Kakashi sensei itu wajahnya akan terlihat seperti apa ya saat tidak memakai masker? Aku terus memikirkannya hingga tanpa sadar dia sudah selesai mengobatiku.

"Nah sudah. Untuk nanti malam, aku akan buatkan bubur untukmu, jangan makan ramen dulu, dan makanan keras. Dan untuk Sasuke, bisakah kau tidak bertindak kasar pada teman satu timmu?"

Aku memandangi Sasuke yang menatap Kakashi tajam. Aku teringat kata-katanya yang berkata kalau dia akan tinggal bersama Kakashi juga malam ini. Apa itu sungguhan?

Kakashi yang sedari tadi menatap Sasuke, kini mengalihkan tatapannya padaku. "Ayo pulang, Naruto," ajaknya.

Dia menarik tanganku, dan menggendongku di punggungnya. Tunggu, bukankah yang sakit itu bibirku, tapi kenapa digendong?

"Sensei...?"

Dia mendongak untuk menatapku, "Kenapa?" tanyanya.

"Kenapa aku digendong?"

Dia terkekeh kecil, "Kau habis berkelahi kan? Pasti melelahkan, apalagi kau belum makan sama sekali dari tadi," jawabnya.

Oh, dadaku berdesir hangat.

Perhatian yang Kakashi berikan seakan menghipnotisku. Dia membuatku nyaman. Tanpa sadar aku menempelkan pipiku ke punggungnya dan menyamankan diri.

Semoga Kakashi sensei selalu sehangat ini.

TBC

Hehe, apdetnya kecepetan ya?
Ckckckck, akibat gak bisa tidur nih.

Semoga suka.

Oyasuminasai!
Miku-chan.

WEIRD SENSEI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang