09. What's on my mind? -2

3.4K 407 35
                                    

**Shikamaru Pov**

Dari awal, Naruto Uzumaki itu memang anak yang ceroboh, bodoh, lugu, dan ceria. Meskipun orang desa menjauhinya, dia tetap bertahan dengan segala yang dia miliki.

Perkara demi perkara, dia jalani. Bahkan sering kali dia sendiri yang menempatkan diri dalam masalah itu.

Naruto itu manis. Dan semua orang di akademi berkata demikian. Namun karena realita dan cerita dari para orang tua, mereka urung mendekati Naruto.

Orangnya cerewet dan selalu saja berkata kalau dia akan menjadi seorang Hokage dan membuat orang desa melihat dirinya. Dia ingin dirinya diakui keberadaannya.

Ayahku juga pernah bertanya padaku, bagaimana pendapatku tentang Naruto. "Dia berisik. Namun manis," dan hanya itu yang bisa aku katakan.

Aku memutuskan untuk jadi sahabatnya mulai saat sebelum kami masuk ke akademi. Hingga sekarang, hubungan kami tetap baik, dan semoga selalu begitu. 

Lantas apa..

Wajah manis dan sifatnya membuat dirinya didekati oleh teman sekelas kami saat di akademi, bahkan dia juga menarik perhatian para shinobi desa lain.

Mulai dari Kiba, Shino, Gaara, Sasuke, Neji, hingga Lee, berbondong-bondong mencari perhatian Naruto. Dan aku mulai jengah. Naruto bahkan tidak menyadarinya, dia tetap pada sifat biasanya, dan itu yang membuatku sangat kesal padanya, setiap hari.

Itu semua membuat orang lain semakin menyukainya dan semakin ingin mendekatinya. Sekali lagi aku tegaskan, aku tidak suka hal itu!

Naruto itu lugu dan polos. Aku ingin melindunginya dari mereka yang memiliki mata dan pikiran jahat pada Naruto. Dan sebagai sahabat, hal itu adalah hal yang wajar kan?

Namun suatu hari dia bercerita padaku tentang pemikirannya. Soal Sasuke dan Kakashi yang sama-sama menunjukan perilaku aneh kepadanya. Seperti perhatian berlebihan.

Lihatkan? Dia saja tidak bisa membedakan yang mana rasa kekeluargaan dan rasa suka antara kekasih. Aku geram. Namun harus tetap bersikap biasa saja di hadapannya.

Hingga aku memikirkan rencana untuk membuat Naruto sadar. Dia harus membuka matanya, dan membuat keputusan bijak.

Jika memang benar perasaannya pada Sasuke tidak lebih besar dari sebatas saudara. Maka dia harus tetap pada batas itu, tidak melewatinya ataupun mencoba untuk melewatinya.

Jika memang benar Kakashi menyayangi Naruto dalam konteks guru dan murid, atau ayah dan anak, atau kakak dan adik. Maka Naruto harus tetap dalam batasan itu.

Aku harus memastikannya sendiri. Itu semua demi Naruto. Benar hanya Naruto.

Sial.

Aku bahkan tidak tahu kenapa aku harus melakukan hal ini, padahal aku selalu bilang hal semacam itu sangat membosankan, merepotkan atau sangat mengganggu.

Namun nyatanya, aku melakukannya demi satu orang. Naruto.

Kenapa aku harus melakukannya?!

Apa yang ada di pikiranku?!

Apa yang ada di hatiku!?

Apa dan kenapa aku harus melakukannya, sampai saat ini pun aku masih mencari tau. Dan aku takut untuk menghadapi kenyataan selanjutnya. Bagaimana jika aku sendiri juga menyukai sosok pemuda manis bersurai kuning dengan 3 garis di masing-masing pipinya itu?

"Hei, Shika!!" panggil Naruto yang sekarang sudah ada di sebelahku. Aku menggelengkan kepala, dan memfokuskan pikiran.

Tidak aku sangka, selama perjalanan ke hutan malah aku habiskan dengan melamunkan Naruto. Cih. Menyebalkan.

WEIRD SENSEI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang