14. Lips on Lips

4.1K 363 54
                                    

**Kakashi Pov**

Aku membuka mata, dan yang pertama aku lihat adalah tubuh seorang bocah yang ada di sebelahku. NARUTO!? Kenapa dia ada di futon? Bukannya dia kemarin ada di kasur atas?

Tapi...

Dia terlihat tidur dengan tenang dan nyaman, dia sepertinya mencari hangat dengan memelukku sejak... Entahlah, aku langsung tertidur sejak pembicaraan kami kemarin malam, jadi aku sendiri juga tidak tahu sejak kapan bocah kuning ini ada di sini.

Aku sendiri tak berani membangunkannya karena dia terlihat sangat tenang. Yah, tidur beberapa menit lagi juga tak masalah.

"Ummm," bocah itu melenguh sambil melengkungkan tubuhnya, lalu perlahan membuka matanya.

"Selamat pagi!" sambutku.

Dia menoleh ke arahku, tampak terkejut. "Sensei?!" aku tersenyum. Dia bangkit. "Kau ti-tidak pakai masker?!" tanya dia sangat terkejut.

Ah, masker....

Sebenarnya aku memang sudah melepasnya sejak baru akan tidur kemarin malam. Tapi... Apa wajahku sebegitu membuatnya terkejut?

"Haha, ini... Aku tidak mungkin tidur dengan masker kan? Itu membuatku sesak nafas, kau tahu," ucapku menjelaskan, sedangkan Naruto masih memandangku terkejut.

"Sensei... Kau tampan sekali!! Besok ah tidak, hari ini jangan pakai masker!!" ucapnya semangat.

Hahahaha... Mana mungkin aku tidak memakainya, itu sudah menjadi ciri khasku yang tidak dimiliki oleh siapapun di desa. Karena aku Kakashi si pengguna masker dengan wajah yang misterius. Maka biarlah begitu.

Apalagi masker ini berguna untuk menutupi mata kiriku yang bukan mata biasa. Jadi... Aku tidak bisa membukanya di depan umum. Kalau untuk Naruto... Yah lain cerita.

"Untuk itu... Aku menolaknya," ucapku, dia berhenti tersenyum sambil menghentikan lonjakan senangnya.

"Kenapa?" tanya dia dengan wajah seimut anak anjing. Ughh... Persetan dengan hormon lelaki yang aku punya. Seberapa keraspun aku mencoba menahan, tetap saja sulit, apalagi godaannya sebesar ini. Ugh, harus ekstra sabar.

"Karena... Aku tidak bisa melepasnya di depan umum. Di desa, hanya ada kau, Guy, dan Teuchi yang mengetahui wajah asliku. Selebihnya
... Biarlah jadi rahasia," jawabku.

Dia terlihat berpikir, sebentar.... Dan selanjutnya dia mengangguk. Kemudian bangkit dari futon, menuju kasur atas dan membersihkannya. Sementara itu aku membersihkan futon.

"Mau sarapan apa, sensei?" tanya dia.

Aku berpikir, "Mungkin susu dan roti saja?" tanyaku meminta saran. Dia mengangguk.

Setelah membersihkan kasur miliknya, dia berlalu menuju dapur dan menyiapkan makanan untuk kami makan. Dia bergerak sangat lincah, jadi aku asumsikan, dia sudah sepenuhnya sembuh.

Aku menghampirinya, dan membantunya menyiapkan sarapan. "Sensei, bisa bantu tambahkan gula pada susunya?" dia meminta tolong, dan aku membantunya.

Dilihat dari sini, Naruto terlihat sangat mungil, wajahnya manis, dan bibir... Ehhhh.... Apa yang aku pikirkan di pagi hari ini, huh?!

"Hei, Naru..." panggilku. Dia menoleh beberapa detik. Aku menarik tengkuknya dan menyatukan bibir kami sebentar.

"Kecupan pagi," ucapku setelah melepas tautan bibir kami. Dia berhenti bekerja, tangannya tergantung di udara. Terkejut.
Dia memalingkan wajahnya, pipinya memerah hingga telinga.

Aku hanya bisa terkekeh kecil sambil terus mengaduk susu. "Setelah ini, aku akan pergi menjalani misi, kalau kau ingin ikut, tanyakan dulu pada Jiraiya-sama, karena dia sudah membuat perjanjian dengan hokage soal latihanmu dengannya," ucapku.

WEIRD SENSEI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang