Ia berlari, setiap langkahnya diiringi air mata. Beberapa pintu ia abaikan, hanya satu tujuannya. Melihat keadaan sang kekasih, sang pujaan hati. Setelah terlihat beberapa orang dengan salah satunya memakai jas putih, iapun mulai memelankan langkah kakinya.
"Sister Githa" panggil salah satu orang disana
"Bagaimana keadaanya, Justin ?" Tanya Githa masih lemas dan langsung dibantu Justin bersama teman-temannya
"Dia sudah bangun, tapi tubuhnya masih kritis" jawaban dari dokter secara langsung membuat Githa semakin lemas, air matanyapun tak kunjung berhenti.
"Tenang Sister Githa, please calm down" ucap Justin berusaha menenangkan seseorang yang sudah ia anggap kakaknya sendiri. Sam dan Githa lah yang membantunya bersama teman-temannya dari jalanan.
"Aku harus bagaimana Justin, harus bagaimana ?" Ucap Githa semakin tak kuasa menahan tangisnya
"Mungkin ini berat untuk dikatakan, tapi rumah sakit masih menunggu biaya dari keluarga pasien" ucap dokter lagi membuat Githa tak kuasa menahan tangis.
"Berapa tanggungannya dok ?" Tanya Githa
"Kurang lebih 500.000$. Dan itu harus secepatnya dilunasi. Beberapa tusukan sangat dalam, kami takut bila tidak secepatnya akan terjadi hal yang tidak diinginkan lalu juga kemungkinan pasien mengalami gagar otak" jelas sang Dokter
"Kalau begitu saya undur diri dulu" lanjut nya lalu pergi
"Bagaimana ini ? Bagaimana justin ? Aku tak punya uang sebesar itu, aku harus bagaimana" teriak Githa semakin meraung
"Tenang sister, biar aku dan teman-temanku yang mengurusnya" ucap Justin membuat Githa curiga
"Kau mau apa ?" Tanya Githa mengintimidasi
"Kita tak punya jalan lain sister, urusan ketangkap atau tidak belakangan. Biar Bro Sam sembuh dulu" ucap Justin berusaha meyakinkan
"Tidak, selamanya aku tidak akan mengijinkan hal itu. Jangan bodoh, bahkan Jika Sam tahu. Dia akan memilih lebih baik sekarat" ucap Githa marah
"Lalu kita bagaimana ? Kita semua tak mau ambil resiko bro Sam kenapa-napa" ucap Justin diangguki teman-temannya
"Aku bisa memberimu uang sekarang juga bahkan lebih dan operasi akan bisa segera dilakukan" ucap seseorang yang tiba tiba membelah kerumunan
"Jisung ?" Ucap Githa tak percaya, sepertinya ia sempat melupakan bahwa ia membawa seseorang untuk datang ke rumah sakit.
"Dan kau tahu syaratnya Githa" lanjut Jisung membuat Githa terdiam, sedangkan Justin dan teman-temannya dilanda kebingungan
"Waktumu sangat sedikit, akupun juga begitu. Dengan kau menyetujui hal ini semua akan diuntungkan" ucap Jisung mendesak
"Cukup....Aarrgghh, kenapa hal ini terjadi lagi padaku untuk kesekian kalinya" teriak Githa sambil mengusap wajahnya kasar tak kuasa menahan tangis, lagi-lagi ia harus kembali. Bisakah tuhan menciptakan takdir yang lebih baik. Kenapa ia sangat terikat dengan dunia itu.
"Maafkan aku, hanya ini yang bisa kulakukan" ucap Jisung terduduk dihadapan Githa
"Berjanjilah padaku tiga hal" ucap Githa tiba-tiba
"Apa ?"
"Disaat aku sudah kembali, aku ingin sendiri tanpa yang lain, aku tak ingin dibatasi, dan terakhir setelah semuanya kembali semula, aku ingin pulang kesini" ucap Githa membuat Jisung terkejut
"Pikirkan itu dan katakan pada mereka, aku akan menemui Sam terlebih dahulu. Jika mereka setuju besok aku akan kembali" lanjut Githa lalu berdiri dari duduknya dan berjalan masuk ke kamar Sam

KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel.For The Beginning |END|
FanfictionTerlupakan, Terkhinati, Terabaikan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan dia yang sekarang. Hanya karena satu kesalahan ia kehilangan segalanya, hanya karena satu kecerobohan kehancuran menghampirinya, hanya karena satu ketidakadilan kebencian m...