Chapter 19 : Falling on You

1.2K 124 17
                                    

Saat ini Githa sedang berada disalah satu supermarket 24 jam. Setelah ia menangis meraung-raung dipelukan lelaki yang sudah seperti malaikat penyelamat akhirnya mereka memutuskan untuk singgah di supermarket terdekat sekalian kembali mengisi tenaga yang telah terbuang.

"Bagaimana sudah enakan ?" Tanya orang tersebut sambil membawakan beberapa snack ke meja Githa

Githa hanya mengangguk lucu karena saat ini ia sedang memakan es krim kesukaannya untuk mengurangi stres.

"Oppa kenapa bisa ada disini ?" Tanya Githa mulai membuka topik

"Hanya bertemu teman-teman, biasalah" ucapnya sambil membuka salah satu snack

"Oh" Suasanapun kembali hening namun tak canggung, karena dua orang tersebut sama-sama nyaman dalam diamnya suasana.

"Bagaimana kabarmu ?" Tanya orang tersebut tiba-tiba

"Baik-baik saja, lalu oppa ?"

"Aku juga baik-baik saja"

"Oppa tak ingin menanyakan kabar mereka ?" Tanya Githa lagi

"Aku tak punya hak, mereka pasti sudah sangat membenciku" ucapnya dengan santai

"Yaps" ucap Githa menyetujui membuatnya terkejut

"Siapa yang tak benci dengan orang yang tiba-tiba meninggakannya tanpa pamit" jelas Githa sambil tersenyum

"Ya, kau benar"

"Oppa, kaupun juga tahu mereka semua sangat menyayangimu. Tapi kenapa kau memilih untuk pergi, Woojin oppa ?" Tanya Githa pada mantan member grub sedang diasuhnya.

"Karena aku tak bisa selamanya menutup mata kecuali saat mati" jawab woojin mengejutkan Githa

"Aku tak bisa selamanya berpura-pura buta dan tuli. Aku tahu jika mereka tak membutuhkanku, aku mengerti mereka bisa melakukan segalanya tanpa aku, dan tanpa mereka mengucapkannya dari awal mereka sudah akan membuangku" jelas Woojin lagi

"Siapa yang kau maksud oppa ?"

"Kau tahu itu, dari awal Stray Kids bisa berdiri tanpa Woojin. Dari dulu aku hanya seorang cadangan yang tak bisa menonjol. Aku tahu orang penting dalam agensi ingin membuangku, maka daripada aku dibuang dengan tidak etis. Aku memilih pergi dengan harga diri" ucap Woojin dengan mata berlinang

"Aku tak tahu jika hal itu terjadi padamu" ucap Githa merasa bersalah

"Memang tak ada yang boleh tahu, dan pastinya mereka akan menutupinya serapat mungkin. Agar hanya aku yang disalahkan, dan aku menerima hal itu" ucap Woojin sambil tersenyum

"Kenapa kau sediri oppa ? Kenapa tak ada yang bersamamu ?"

"Karena aku tahu aku bisa, dan aku tahu Bangchan, Minho, Changbin, Hyunjin, Jisung, Felix, Seungmin, IN, mereka Stray Kidz masih memiliki tujuan, masih memiliki keinginan, yang mereka perjuangkan tak sebanding dengan yang ku keluarkan"

"Apa maksud oppa ?" Tanya Githa tak memgerti

"Kau tahu sifat Stray Kids, bukan ? Mereka sangat loyalitas. Bayangkan jika aku mengatakan segalanya pada mereka, apa yang akan mereka lakukan ?
Mereka akan berlari padaku, mereka akan berada dipihakku, mereka akan membelaku.
Lalu bagaimana dengan semua yang mereka inginkan, padahal mereka sudah berjuang mati-matian untuk mendapatkannya. Aku tak sanggup bila harus melihat raut wajah penyesalan mereka karena aku" ucap Woojin membuat Githa menitihkan air mata, ternyata masih ada orang baik didunia ini. Masih memetingkan karir seseorang dibandingkan karirnya sendiri.

"Kembali oppa, Kembalilah. Semua sudah berbeda. Kau masih bisa berdiri bersama Stray Kids" ucap Githa tiba-tiba hingga membuat Woojin terkejut setengah mati. Namun setelah itu ia kembali merubah raut wajahnya seperti semula.

"Tak bisa, semua sudah terlambat. Ini salahku. Seandainya aku bisa menahannya lebih lama lagi, pasti kita masih bersama dan aku dapat bertemu denganmu dengan keadaan yang lebih baik. Bukankah begitu ?"

"Oppa..."

"Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Aku bahagia dengan hidupku sekarang, aku tak ingin membuat hati mereka hancur lagi. Dan..." ucap Woojin menggantung

"Apa Oppa ?" Tanya Githa tak mengerti

"Ini terakhir kalinya kita bertemu, ok ? Berjanjilan kau tak akan mengatakan apapun dan menjelaskan apapun pada mereka tentang ini semua. Berjanjilah" ucap Woojin sambil menunjukan jari kelingkingnya

"C'mon" ucap Woojin mendesak karena Githa tak kunjung membalasnya

"Baiklah" ucap Githa sambil menautkan keingking mereka.

"Kalau begitu pulanglah, lupakan semua kejadian ini. Rawatlah Stray Kids dengan baik, dan please jangan menangis seperti tadi lagi. Hahaha" ucap Woojin dengan canda diakhir

"Ihhh, Oppa" ucap Githa memukul Woojin, sedangkan Woojin hnya tertawa.

Setelah itu beberapa saat kemudian Woojin mengantar Githa kembali ke tempat yang sama. Saat sampai Woojin memeluk Githa.

"Selamat tinggal, semoga kita tak akan bertemu lagi" ucap Woojin mulai menjauh

"Baru pertama kali aku mendengar orang mengucapkan selamat tinggal seperti itu" ejek Githa, sedangkan Woojin pergi menjauh sambil tersenyum.

"Bahkan sedari awal kau tak menyebutkan namaku, Woojin oppa" ucap Githa pelan bersamaan dengan satu tetes air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Sungguh tragis kisah mereka.

Githapun berjalan memasuki parkiran, disana ia dikejutkan dengan Stray Kids dan Jiyong masih menunggunya dengan raut wajah khawatir. Padahal tadi ia sama sekali tak melihat mereka dan berakhir berada dipelukan Woojin. Mungkin memang itulah yang dinamakan Takdir. Pertemuan antar manusia yang ditinggalkan dengan yang meninggalkan, tapi nyatanya mereka tak saling membenci.

"GHITA NOONA" teriak IN mengejutkan yang lain. Merekapun berlari menuju Githa, kecuali Jiyong.

"Kau ini dari mana saja ?"

"Apa kau baik-baik saja ?"

"Kau pusing tidak ?"

Banyak sekali rentetan pertanyaan yang mereka tujukan pada Githa. Tapi Githa hanya tersenyum seraya berkata

"Aku baik-baik saja, ayo pulang" ucap Githa lalu berjalan menuju mobil Jiyong dengan tersenyum.

Merekapun mulai memasuki mobil sedangkan Stray Kids masuk ke van mereka. Walau dilanda kebingungan tapi mereka tak ingin semakin membuat Githa kepikiran. Dengan Githa kembali baik-baik saja, mereka sudah sangat bersyukur.

Dimobil Githa hanya diam tak berniat menjelaskan apapun, Jiyong juga tak memaksa. Ia tak punya hak untuk menuntut penjelasan dari Githa.

"Terima kasih oppa" ucap Githa yang tiba-tiba memuai pembicaraan

"Untuk apa ?" Tanya Jiyong masih fokus menyetir

"Karena sudah membuatku dapat menghadapinya" jelas Githa sambil tersenyum

"Itu bukan karenaku, tapi karena pilihanmu. Aku memberimu pilihan bukan ? Dan nyatanya dengan penuh keberanian kau dapat menyelesaikannya. Aku sangat terpukau dengan Kau yang baru" ucap Jiyong sambil tersenyum

"Entahlah, aku tak tahu. Hanya perasaanku atau tidak. Tapi sepertinya ini belum selesai" ucap Githa menatap keluar jendela, menikmati jalanan malam dengan isi pikiran yang penuh dengan perkiraan masa depan.

"Hidup akan selalu ada masalah, Githa. Siap-tak siap kau harus menghadapinya. Dan satu-persatu kau harus menyelesaikannya" balas Jiyong semakin membuat senyum Githa mengembang

Yaps, semua perkataan Jiyong disetujui oleh isi pikiran Githa. Daripada membuat semuanya rumit, atau bahkan memikirkan hal yang belum terjadi. Itu akan menjadi sangat sia-sia.

Lebih baik ia menikmati semuanya sekarang, pikiran tentang dihantui masa lalu akan ia pikirkan jika masa lalu memang mendatanginya.

Semoga saja ia masih kuat menghadapi segalanya, semoga saja.

Sequel.For The Beginning |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang