Aku ditinggalkan
Aku dibuang
Aku dihinaSetiap harinya aku tak pernah lupa menanamkan kata-kata itu dalam pikiran dan hatiku. Selalu kuucapkan bahwa aku sangat benci pada orang-orang yang memilih pergi dariku.
Setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan detik. Aku sangat ingin agar bisa membenci mereka sampai kematianku tiba. Tapi pada akhirnya....
Kenapa hati ini tak bisa kuajak berkompromi ?
Kenapa perasaan ini terlalu lemah dan rapuh ?
Kenapa hati kecil ini selalu memberontak untuk merelakan apa yang telah terjadi di masa lalu ?Tak bisakah mereka sejalan dengan logikaku ?
Biarkan aku membenci masa lalu sebanyak yang aku mau, kumohonKENAPA AKU TAK BISA MELAKUKAN ITU ? KENAPA AKU TAK BISA MEMBENCI MEREKA SEMUA ?
What's wrong with me ?
----
Saat ini Githa sedang menuju suatu tempat menggunakan taksi, tempat dimana ia akan kembali bertemu oleh masa lalu. Bohong jika saat ini hati Githa tak berdetak lebih cepat dari biasanya. Karena sungguh hati kecilnya sangat merindukan mereka yang seharusnya Githa benci.
"Ini uangnya pak, ambil saja kembaliannya" ucap Githa sesampainya ditujuan
"Makasih nona" ucap sopir taksi sesaat sebelum Githa turun
Setelah kakinya menginjak tanah, seluruh angin berhembus seperti menyambut kedatangannya. Pepohonan bersuara seakan mengatakan kerinduan mereka.
Dengan langkah pelan Githa menuju satu-satunya rumah bercat putih disana. Satu-satunya rumah yang berdiri kokoh di tengah pepohonan asri. Tak perlu membayangkan jika itu rumah ditengah hutan, karena nyatanya itu hanyalah rumah elite yang memiliki luas hampir 2 hektar.
Sesaat melewati gerbang megah itu, Githa sempat akan ditahan oleh penjaga rumah. Namun saat melihat wajah Githa, mereka mengurungkan niatnya.
"Mau saya antar nona ?" Tawar sang penjaga dengan ramah, ia berniat membawa Githa ke inti rumah dengan memakai golfcar yang telah disediakan untuk para tamu. Karena sangking luasnya halaman depan rumah sang pemilik.
"Tak perlu, terima kasih" ucap Githa sambil tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
Sebenarnya jalan cukup jauh jika berjalan kaki, namun karena Githa menikmati suasana perjalanannya jarak terasa begitu pendek hingga tanpa terasa Githa telah sampai pada bangunan rumah utama.
Tanpa basa-basi Githa masuk kerumah tanpa permisi. Para maid yang sedang sibuk langsung tersikap melihat Githa sang tamu. Mereka pikir tamu biasa hingga akan memberi pelayanan biasa juga. Namun mereka tak bodoh bila tamu itu adalah Githa.
Mereka kembali melanjutkan pekerjaannya setelah Githa mengkode untuk bersikap biasa saja. Tanpa ragu-ragu Githa semakin memasuki rumah, sambil berjalan Githa melihat seisi rumah. Dan langkahnya terhenti saat ia melihat lukisan besar terpaku di dinding yang begitu indah.
Bukan mahal atau seni yang terlihat, melainkan Githa terdiam sesaat mengetahui bahwa lukisan tersebut adalah dirinya dulu. Dia tampak sangat polos dan bersih, berbalik 180° dengan yang sekarang.
"Aku akan selamanya memasangnya" ucap seseorang yang tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan
Githa sempat terkejut namun tak sampai membuat dirinya berbalik tuk menatap orang tersebut atau sekedar melihat wajahnya, karena hanya dengan suara lembutnya saja Githa sudah tau identitas sang pemilik rumah.
"Sepertinya kalian hidup dengan nyaman dan tentram" ucap Githa sambil tersenyum tulus, tanpa sadar matanya berkaca-kaca
"Tidak, kami sangat tidak baik-baik saja tanpa dirimu" ucap pemilik rumah meninggikan nada bicaranya hingga membuat seluruh maid terkejut, pasalnya sang majikan tak pernah berkata menggunakan nada tinggi sekalipun saat mereka melakukan kesalahan
Githa tetap diam tak berniat membalas perkataannya. Githa masih fokus berusaha menahan air mata dipelupuk matanya
"Kupikir urusan kita sudah selesai, tak ada lagi yang perlu dijelaskan bukan ? Saya sudah memenuhi janji saya, maka sekarang gantian anda yang memenuhi janji. Jangan hubungi saya lagi, anggap kita tak pernah memiliki hubungan apapun" ucap Githa dengan tegas
Setelahnya Githa langsung berbalik berniat pergi. Namun tangannya langsung dicekal."Hubungan ibu dan anak tak kan pernah putus walau tak sedarah sekalipun, aku tetap menganggapmu anakku walau kau menolak sekeras apapun itu" ucap nya dengan tatapan yang begitu sendu
"Seorang Ibu tak akan pernah meninggalkan anaknya seburuk apapun kesalahan sang anak. Walaupun sang anak melakukan kejahatan. Seharusnya seorang ibu tak pernah berniat meninggalkannya, meskipun hanya niat, Hoorin-ssi" ucap Githa langsung menghempaskan tangannya dengan kasar.
Githa kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat sebelum halangan kembali menghampiri. Namun sepertinya dewi fortuna sedang tak berpihak padanya.
"Eonni/Noona" panggil dua bersaudara dari tangga, mengetahui suara tersebut Githa langsung berbalik.
Terlihat 2 remaja hampir menginjak usia dewasa yang tampak mirip, padahal tak ada hubungan darah sama sekali. Hanya hidup bersama lebih lama dibandingkan keluarga kandung yang telah membuang mereka.
Sesaat setelah memastikan bahwa selama ini Githa adalah orang yang mereka rindukan, mereka langsung berlari turun dan berhambur kepelukan Githa. Githa yang sama terkejutnya hanya bisa diam mematung.
Sempat berniat membalas pelukan 2 remaja laki dan perempuan itu, namun Githa mengurungkan niatnya dan menurunkan kembali tangannya
"Eonni/Noona kami rindu" ucap mereka bersamaan sambil mengeratkan pelukannya pada Githa
Tak kuasa lagi tuk menahannya, pada akhirnya Githa kalah. Satu persatu bulir air mata membasahi pipi Githa.
Saat berniat melepaskan pelukan tiba-tiba saja beberapa remaja yang lebih muda ikut muncul dan langsung menghampiri Githa. Mereka ikut memeluk Githa bersamaan.Sesaat kemudian Githa langsung tersadar, dengan cepat ia menghapus air matanya. Dengan halus ia lepaskan pelukan mereka satu persatu.
"Aigoo, kalian sudah besar-besar. Chaerin semakin dewasa dan anggun" ucap Githa menangkup wajah perempuan yang paling tua
Sedangkan yang dipuji hanya tersenyum malu-malu"Jangan kau puji dia, noona. Nanti rohnya melayang entah kemana. Akan susah membawanya kembali" ejek Leo yang langsung ikut mencair
"Yak jaga kata-katamu. Gini-gini aku lebih tua darimu tau" marah Chaerin
"Hahaha. Dan kau Leo, kau semakin berisi dan kenapa wajahmu semakin tampan hm" ucap Githa gemas sambil mencubit hidung Lelaki remaja yang paling tua juga
"Aduh Noona, sakit" protes Leo yang tak dihiraukan Githa
"Aigo, Luna ?!? Kau tumbuh sangat cantik dan apa ini ? Kau menggunakan make-up ?!?" Ucap Githa terkejut dengan adiknya yang terlihat sangat berbeda. Lebih putih dan cantik.
"Ah ya gimana ya ? Memang cantik sih" balas Luna dengan nada sombong berniat bercanda dan benar saja langsung menggelak tawa
"Hahaha, i like your style" puji Githa lagi
"Yerin makin imut ya, tapi kenapa tinggimu masih sepundakku ?" Ejek Githa pada perempuan yang paling pendek diantara mereka
"EONNI" marah Yerin dengan wajah imutnya membuat yang lain gemas
"Woah, ini Herin. Yak kenapa kau sangat tinggi. Kau tidak operasi kan ?" Ucap Githa yang harus sedikit mendongak tuk melihat salah satu adiknya itu.
"Anninde" tolak Herin dengan cepat
"Arraseo-arraseo. Yang penting kalian tumbuh dengan baik" ucap Githa sambil tersenyum tulus.
"Noona tak kan pergi lagi kan ?" Tanya Leo tiba-tiba, hal itu langsung membuat Githa kembali terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequel.For The Beginning |END|
FanfictieTerlupakan, Terkhinati, Terabaikan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan dia yang sekarang. Hanya karena satu kesalahan ia kehilangan segalanya, hanya karena satu kecerobohan kehancuran menghampirinya, hanya karena satu ketidakadilan kebencian m...