Chapter 11 | Just For You

358 30 5
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ya🐢

***

Cahaya matahari kini mulai nampak dari celah – celah jendela kamar Alana. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, namun sang pemilik kamar masih saja berkelana didalam dunia mimpinya. Mungkin dunia mimpinya lebih indah daripada dunia asli.

Tingnong...Tingnong... (suara bel)

Alana berdecak sebal saat mendengar bunyi bel apartemennya itu. Siapa yang datang pagi – pagi seperti ini.

Alana semakin menenggelamkan wajahnya kedalam selimut. “ALAN BUKAIN PINTU!!!!” Titah Alana namun tak ada sahutan dari suaminya itu.

Bel pun kembali berbunyi dan malah sekarang semakin keras. Sambil menyumpah didalam hatinya Alana pun bangkit dari tidurnya.

“Awas aja kalau gak penting. Gue telen tuh orang. Lagian si Alan mana coba gak nyaut dari tadi. “ Gerutunya sambil menghentak – hentakkan kaki kesal.

Dengan malas Alana pun membukakan pintu. “Bu..Bunda? Bunda kok gak bilang – bilang mau kesini?” Tanya Alana sambil menatap tak percaya kepada ibu mertuanya itu.

“Suprice. Bunda mau ngasih kejutan sama kamu dan Alan. Ini bunda juga bawa makanan kesukaan kamu sama Alan loh.” Ujar Ana sambil berjalan masuk menuju dapur. Ia pun meletakkan barang bawaannya.

Alana menggaruk tekuknya yang tak gatal. Ia malu dengan penampilannya saat ini. Piyama kartu, rambut di ikat asal dan sedikit air liur di ujung bibirnya. Hancur sudah reputasinya di depan bunda Alan ini.

“Loh kok malah diem disana sih. Sini sayang kamu harus nyobain masakan bunda. “Ajak bunda pada Alana.

Alana pun mencicipinya dengan semangat. “Wah Bunda kayanya harus ikut acara masak ditelevisi deh pasti Bunda jadi juara. Ini enak banget bunda loh bun aku serius.”Pujinya.

Bunda Alan pun nampak senang dengan pujian dari sang menantu kesayangannya itu. Ia mengelus kepala Alana pelan menyalurkan kasih sayangnya.

"Makan yang banyak ya. Kamu keliatan kurusan loh semenjak tinggal disini. Alan baik sama kamu kan sayang?” Tanya bunda cemas.

Alana mengangguk cepat. “Alan baik sama aku bun. Malah baik banget.”Salah. Justru ialah yang berprilaku kurang baik pada suaminya itu. Namun setidaknya rasa bencinya kini mulai berkurang seiring jalannya waktu.

Walaupun ia tak menyukai suaminya itu, namun Alana tetap menjalankan tugasnya sebagai istri seperti menyediakan sarapan dan juga makan malam untuk suaminya.

Terkecuali menyediakan pakaian dan tidur bersama tentunya.
“Syukur deh bunda lega. Kalau dia macem – macem sama kamu, laporin aja ke bunda yaa. Bunda bakalan ada dipihak menantu kesayangan bunda ini.” Ujar Bunda membuat Alana tersenyum.

Setidaknya ia masih bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, walaupun itu hanya ibu mertua.

Alana menundukkan kepalanya sedih . Ia menjadi teringat Mamihnya yang telah tiada. “Kamu kenapa sayang kok sedih. Gak suka sama masakan bunda ya atau mau bunda masakin yang lain” Tanya bunda dengan panik.

Alana menggeleng pelan, malahan masakan bundanya itu sangat enak. “Alana keinget Mamih bunda, Alana kangen mamih. Andai aja Mamih masih ada pasti sekarang mamih kaya bunda. Masakin Alana macem – macem makanan sampe – sampe Alana gak pernah ngerasa lapar. Dulu saking seringnya mamih masakin aku, aku pernah sampe tidur dimeja makan saking kenyangnya.”

Alana terkekeh pelan sambil membayangkan masa – masa mnyenangkan bersama maihnya.

Bunda menarik pelan tubuh gadis itu kedalam pelukannya sambil mengelus kepalanya dengan sayang. “Mantu kesayangan bunda lagi kangen sama mamihnya ya. Kalau kamu kagen kamu doakan mamih kamu,lebih bagus lagi kalau kamu nyekar ke makamnya. Ajak aja Alan buat temenin, kalau dia gak mau kamu tendang aja dia gak usah masuk ke apartemen. Biarin dia tidur diluar.”

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang