Budayakan vote sebelum membaca ya🐢
***
Alana mengusap batu nisan yang bertuliskan nama ibunya, Valena. Andai saja kecelakaan itu tidak terjadi. Andai saja Mamihnya itu masih ada.
Dan andai saja Papihnya tidak menikah dengan nenek sihir itu, mungkin Alana akan menjadi perempuan terbahagia didunia saat ini. Tidak seperti sekarang.
Terkekang dan mencoba untuk terlihat baik – baik saja. Walau nyatanya tidak begitu.
Air matanya semakin deras ketika lelaki dibelakngnya mengusap bahunya pelan.
“Ikhlaskan Ana, Mamih kamu pasti akan sedih liat kamu seperti ini.” Alan merengkuh tubuh gadis itu, membawanya kedalam dekapan.
Alana tak menolak sedikit pun. Alan mengusap rambut Alana pelan.
“Gue kangen mamih Al. Andai Tuhan ngasih gue kesempatan satu menit aja. Gue gak akan berhenti bilang ke dia bahwa gue sayang banget sama Mamih. “
Alana mengusap air matanya dengan kasar.“Tuhan emang gak pernah berpihak sama gue. Kalau gue tahu gue bakala menderita kaya gini, gue berharap gue gak pernah lahir Al. Gue benci hidup gue. Gue...”
“Kenapa kamu nyalahi sang pencipta Ana? Kamu harusnya bersyukur bisa lahir di dunia ini dengan keadaan sempurna, baik itu fisik atau pun mental. Banyak orang diluaran sana yang gak sberuntung kamu. Ada yang fisiknya gak sempurna. Bahkan ada orang yang punya penyakit bawaan. Tapi mereka tetep bersyukur.”
Alan menatap Alana dengan tajam. Gadis itu tidak bersyukur sama sekali, padahal hidupnya jauh lebih baik.
Alana tertawa sinis dengan mata yang sama menatap tajam pada lelaki itu.
“Lo tau gak, salah satu alasan kenapa gue ngerasa gak bahagia?” Tanya Alana.
Alan menaikkan satu alisnya. Kenapa tiba – tiba Alana bertanya seperti itu.
“Lo. Gue gak tau lo siapa. Gue gak kenal lo. Tapi tiba – tiba lo datang ke kehidupan gue tanpa permisi dan sekarang gue malah jadi istri lo.”
Alana mengeluarkan semua unek – uneknya.
Sakit. Itu yang Alan rasakan. Ia kira setelah Alana menjadi istrinya sikap gadis itu sedikit demi sedikit akan berubah. Tapi nyatanya tidak.
Alan meraih tangan Alana, ia genggam tangan itu erat.
“Saya janji Ana, saya akan berusaha membahagiakan kamu. Coba sedikit – sedikit buka hati kamu untuk saya. Saya mohon” Pinta Alan lirih.
Alana menghempaskan tangan Alan dengan kasar. Sungguh , ia muak dengan lelaki itu.
“Gue gak akan mau. Dan gue gak akan berusaha buat suka sama lo. “
Dengan langkah cepat Alana pergi dari tempat pemakaman itu.
Alan menatap sendu punggung gadis itu yang semakin lama menghilag dari pandangannya.
***
Setelah melewati perdebatan yang cukup alot akhirnya alana mau diantar pulang oleh Alan.Tadi Alana sempat melupakan bahwa ia datang kesana berdua dengan Alan.
Alana menatap pemandangan di luar jendela tanpa minat. Sesekali ia membuka handphonenya. Hanya beberapa pesan tak penting dan ada pesan teratas dari Devan.
Alana membenarkan posisi duduknya menjadi tegap ketika ada muncul pesan lagi dari Devan.
Devan :
Na, Minggu Free gak?
Jalan – jalan yoks, entar gue traktir deh
Lo mau apaan? Mumpung lagi bae nih
Eh tapi entar suami lo marah gak nih?

KAMU SEDANG MEMBACA
Just For You
Roman pour AdolescentsBaru saja Alana merasakan hidup yang sebenarnya, ia lulus sebagai murid paling berprestasi di SMA Angkasa, ia diterima di Universitas Indonesia dan kini ia bebas melakukan apapun yang ia suka karena usianya sudah menginjak 19 tahun. Di tengah-tengah...