Chapter 4 | Just For You

322 32 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ya🐢

***

Saat ini Alana tengah berada di ruang tamu apartemen Alan, ia menatap takjub ketika melihat sekeliling apartemen yang luas dan mewah itu.

Sebenarnya seberapa kaya lelaki yang dijodohkan padanya itu. Alana sedikit meringis ketika melihat luka yang baru saja diobati oleh seorang dokter keluarga Alan.

“Ck.kapan gue bisa keluar dari sini sih” gerutu Alana dalam hati.

Setelah diobati oleh dokter ia langsung ditinggalkan begitu saja di ruang tengah sendirian. Dokter yang tadi mengobatinya pun langsung masuk ke sebuah kamar, mungkin ia sedang memeriksa keadaan Alan dan Alan tak peduli soal itu.

Cukup lama hingga dokter dan lelaki bernama Bimo itu keluar dari kamar itu, dilihat dari raut wajahnya mereka terlihat frustasi.

“Nanti saya akan bicarakan lagi lewat telpon. Kalau begitu saya permisi.” Ujar dokter itu lalu pergi.

Setelah mengantaran dokter itu, Bimo kembali dan menghampiri Alana. “Om kapan Alana bisa pulang ke kosan? Ini udah di obatin kan jadi sekarang Alana pulang ya bye.”

“eh jangan mbak, nanti mas Alan marah sama saya. Tadi mas Alan nyuruh mbak Alana buat masuk ke kamarnya sekarang, katanya mas Alana mau bicara berdua.”

“Lah ngapain juga Alana ke sana ih gak mau. Suruh aja dia kesini sok jual mahal banget tuh cowo.” Gerutu Alana dengan sebalnya.

Bimo mengehela nafasnya lelah. Ternyata menghadapi remaja ini lebih susah daripada menghadapi bosnya sendiri.

Ia harus ekstra sabar menghadapi remaja yang labil itu. “sepertinya tidak bisa mbak, karena mas Alan sedang sakit karena tadi berkelahi dengan preman – preman itu. Tolong turuti saja ya mbak. “

Alana berdecak sebal , lihat bukan betapa menyebalkanya si Alan Alan itu. “Ya udah iya iya Alana kesana sekarang.”

“Tapi mbak, tolong jangan berbicara terlalu keras kepada mas Alan ya, ia sedang sakit.” Ujar Bimo dengan nada lirih.

Mendengar perkataan Bimo ia hanya berdehem lalu pergi menuju kamar Alan dengan menghentakkan kakinya sebagai ungkapan rasa kesal.

Bimo hanya bisa menggeleng – gelengkan kelapanya melihat tingkah Alana yang kekanak – kanakan.

***

Alana membuka kamar Alan dengan cukup kasar dan tanpa mengetuknya. Bodo amat dengan tata krama dan sopan santun, ia sangat sebal dengan sikap Alan yang so mengaturnya.

Kata – kata dan sumpah serapah yang ia sudah siapkan di otaknya seketika lenyap entah kemana ketika melihat Alan yang terbaring lemah di atas kasurnya.

Alan tersenyum sendu ke arah Alana. Hanya dengan sikap seperti itu Alana tidak bisa berkata apa – apa, Ia malah berdiri di dekat pintu.

“Hey kenapa tidak masuk? Kemarilah saya ingin berbicara dengan kamu alana” Ujarnya dengan nada pelan.

Alana pun menghampirinya dan berdiri di dekat kasur, ia berusaha mempertahankan wajah angkuhnya itu. “Apaan ?”

“kenapa berdiri? Nanti kakimu sakit, duduklah . Bagaimana siku kamu apa sudah baik – baik saja? Apa perlu dibawa ke rumah sakit?“

“Ih gak usah so perduli deh sama gue. Cepetan lo mau ngomong apa gue mau pulang ke kosan.”

Mendengar perkataan Alana, Alan hanya bisa tersenyum dan menguatkan hatinya. Ia berusaha untuk bisa duduk, setelah berusaha akhirnya ia bisa duduk dengan usahanya sendiri.

Agak sedikit sedih karena Alana tidak berniat untuk membantunya, tapi tak apa melihat Alana mau datang ke kamarnya saja ia sudah sangat bahagia.

“Alana saya mohon kembalilah pulang ke rumahmu, orangtua kamu pasti khawatir dengan keadaanmu.”

“Gue bakal pulang kalau papih ngebatalin pertunangan gue sama lo”

“Tapi Alana, apa susahnya untuk kamu menerima perjodohan in-“

“Dan apa alasan gue harus nerima pejodohan ini? Kenapa lo nerima perjodohan ini? Kenapa lo nggak nolak kaya gue? Dan kenapa lo bersikeras mempertahankan perjodohan kita?” Ucap Alana memotong pembicaraan Alan dan membuat ia diam.

Kita? Rasanya Alana cukup geli mendengar kata yang baru saja ia ucapkan. Rasanya kata itu kurang cocok bukan untuk mereka berdua. Alana yang bersikeras untuk menolak perjodohan diantara mereka berdua dan Alan yang selalu berusaha mempertahankan perjodohan ini.

Alan mengusap wajahnya dengan frustasi. Kenapa sulit sekali untuk membujuk Alana? “Udahlah gak penting ngomong sama lo. Buang – buang waktu banget. Gue pulang bye.” Alana melengos pergi dari kamar Alan.

“Jika alasannya ingin membahagiakan orangtua kita masing – masing , apa itu belum cukup Alana?”Tanya Alan yang sedari tadi diam.

Seketika langkah Alana pun terhenti di ambang pintu kamar, ia pun membalikkan badannya dan menghadap ke arah Alan. Alana menatap Alan dengan wajah seolah bertanya.

“Permintaanmu sedari kecil sampai besar seperti sekarang selalu dipenuhi oleh Papihmu bukan? Bahkan ia rela menikah lagi hanya untuk membuat kamu tidak kehilangan sosok ibu. Ia bahkan rela pulang pergi keluar kota bahkan luar negeri untuk bekerja memenuhi segala kebutuhanmu Alana.Apa papihmu pernah meminta sesuatu darimu? Tidak bukan. Saya pun sama, saya rasa dengan memenuhi permintaan mereka dengan menyetujui perjodohan ini setidaknya itu bisa membuat mereka bahagia dan membalas sedikit jasa mereka. “

Alana terdiam bayang – bayang masa lalunya seketika seperti kaset yang muncul dibenaknya. Ia ingat ketika bagaimana terpukulnya Papih dan dirinya ketika mamih sekaligus istri papihnya itu meninggalkan mereka secara tiba – tiba.

Ia tau, papihnya itu lebih terpuruk daripada dirinya. Harus menjadi tulang punggung keluarga sekaligus menjadi sosok sang ibu selama satu tahun pasti tidak mudah hingga papahnya itu memutuskan untuk menikah lagi.

Rasa bersalah pun tiba – tiba menyeruak didalam hatinya,rasanya ia ingin sekali cepat – cepat pulang ke rumah dan memeluk papih tercintanya.

”Saya mohon Alana, terima perjodohan ini dan kembalilah ke rumahmu”

Alana menghela nafas, sungguh perjodohan ini membuatnya frustasi dan tak bisa apa – apa . Setelah meyakinkan hatinya, Alana menatap mata Alan.
























“Gue terima perjodohan kita, ini semua demi papih gue dan bukan karena lo.”

¤¤¤

Makasih buat kalian yang sudah baca cerita ini

Baca lagi tokoh - tokohnya biar tambah hafal hehe

Alan Radi Waradana
Alana Valeria
Devan Gaskara
Sintha Aluna
Salsabila Adriani
Rangga Morela
Warada (Ayah Alan)
Ana ( Ibu Alan)
Aria (Ayah Alana)
Valena ( Ibu kandung Alana)
Angel ( Ibu titi Alana)
Bagas (Adik tiri Alana)

Ayo jangan lupa vote dan coment ya biar gak sider
Tinggalkan jejak bacaan
kalian ya

Makasih sekali lagi dan jangan bosen baca cerita ini

See you next chapter
Annyeong👋

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang