Chapter 14 | Just For You

390 33 6
                                    

Selamat membaca dan jangan lupa vote teman - teman🐢

***

Hampir 3 jam Alan pingsan dan akhirnya pria itu pun membuka matanya.  Ia meringis pelan, sakit dikepalanya masih ada walaupun tidak separah tadi.

Pria itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya. Alan sedikit kecewa ketika tidak menemukan tanda – tanda keberadaan Alana di kamarnya. Kapan istrinya itu akan membuka hati untuk dirinya?

Ngomong – ngomong soal Alana, entah apa yang akan ia jelaskan pada gadis itu soal kejadian di taman tadi. Haruskah ia jujur soal penyakitnya itu? Jujur Alan belum siap dengan resiko yang akan ia terima.

Pintu kamarnya tiba – tiba terbuka. Reflek Alan menutup matanya , ia tau siapa yang masuk kedalam kamarnya. Tentu saja Alana.

Sungguh ia tak tau harus bersikap bagaimana sekarang. Apa ia harus berpura – pura masih pingsan? Tapi percuma saja.

Alan membuka matanya sedikit. Ah rupanya gadis itu membawakannya sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk. Istrinya itu ternyata masih peduli padanya. Astaga mau tak mau Alan merasa terharu.

Ia memandang pungguh gadis itu yang berjalan ke arah balkon kamarnya. Cukup lama Alan memandang Alana yang tengah asyik sendiri menikmati pemandangan luar balkon.

Alana pun menoleh dan dia  terkejut ketika melihat Alan yang menatap ke arahnya. Gadis itu pun menghampiri Alan dan duduk ditepi ranjang.

“Kenapa gak bilang kalau lo udah bangun?”

“Maaf..”

Banyak yang ingin ia ucapakan pada Alana. Namun tenaganya masih belum cukup untuk berbicara terlalu banyak.

“Gak usah minta maaf terus, lebaran masih jauh. Mending sekarang lo makan tuh biar cepet sembuh.”

Alana memberikan sepiring makanan yang tadi ia bawa.
Alan menatap makanan itu tanpa minat, pandangannya beralih kembali pada Alana.

Peka Alan mengirimkan sinyal bahwa ia tak berminat untuk makan, Alana pun membawa kembali piring itu dan mulai menyuapi Alan.

“Lo paling bisa ya kalo soal modus – modusan. Untung gue peka. Nih buka mulutnya”

Dengan senang hati ia pun membuka mulutnya dan menyantap makanan itu.

“Ana , apa kamu marah sama saya? Maaf kalo saya jadinya ngerepotin kamu.”

Alana hanya diam, tak berminat sedikit pun untuk menjawab perkataan suaminya itu. Ia terus menyuapi Alan , pria itu tak diberi kesempatan untuk berbicara.

“An..Air..uhuk uhuk” 

Dengan sigap Alana pun memberikannya segelas air. Bersyukur batuknya pun mulai mereda.

Saat alana kembali ingin menyuapinya, Alan menggeleng pelan. Perutnya sudah kenyang.

“Beneran udah? Lo baru makan berapa suap loh ini masa udah kenyang aja. Makanan gue gak enak ya? Atau gue buatin yang lain aja?”

Alan kembali menggelengkan kepalanya.

“Perut saya udah kenyang. Nanti kalo dipaksa takutnya mual.”

“Ana, kamu marah sama saya?”tanyanya lagi

Alana menaruh piring itu di atas meja dengan kasar.

“Gue gak marah sama lo Al. Gue..gue Cuma takut lo kenapa – kenapa tadi. Gue gak pernah liat lo kaya gitu selama ini. Gue..gue takut lo mati mendadak kan gak lucu kalo gue jadi janda muda.”

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang