Selamat membaca dan jangan lupa vote 🐢
***
Alana mengomel tak karuan didalam kamarnya. Bodoh, kenapa ia termakan oleh peraturannya sendiri.
Gadis itu meremas rambutnya dengan frustasi. Bagaimana tidak, permintaan yang diajukan suaminya itu memang tidak berat. Namun sulit dilakukan olehnya.
Ia ingin Alana memperlakukannya selayaknya suami. Seperti makan bersama, jalan - jalan, merawatnya jika sakit dan yang paling penting tidak berlaku seenaknya. Bisa dibilang pacaran mungkin.
Karena Alana adalah tipe orang yang selalu menepati janjinya ia langsung menyetujuinya tapi itu semua hanya berlaku satu bulan saja, dan Alan setuju.
Tapi setelah sampai di kamar, Alana langsung meruntuki kebodohannya itu. Setelah perjanjian ini, apa yang harus ia katakan pada Alan. Astaga pasti akan terasa canggung.
Alana berdiri didepan cermin , seolah - olah cermin didepannya itu adalah Alan.
"Hai , lo mau makan apa?"
Alana menggeleng pelan. Tidak - tidak, orang pacaran biasanya menggunakan bahasa aku-kamu.
"Hai, kamu mau makan apa?"
"Anjir canggung banget pake hai - hai segala. Ahh papih bantuin Alana" jeritnya pelan.
Alana menarik nafasnya pelan. Bisa. Ia pasti bisa. Senyum manisnya pun mulai tercetak jelas. Ia meraih bantal diatas kasur seolah - olah itu adalah nampan makanan.
"Lan, kamu makan dulu ya. Mau aku suapin ? Yaudah sini. Ayo buka mulutnya"
Alana melempar bantalnya asal. Senyum pun kini berganti kembali dengan muka garangnya. Ia kembali mengacak - ngacak rambutnya dengan frustasi. Kenapa sangat sulit sekali.
"Bodo amat dah, gimana nanti aja. Mending gue ke kamar mandi . Mules."
***
"Beneran kamu gapapa?" Tanya suara disebrang dengan khawatir.
"Iya"
"Apa perlu aku ke sana sekarang? Paling besok aku baru sampai, gapapa?"
"Gak usah tha" lirihnya.
"Tapi aku khawatir sama kamu Alan!! Akhir - akhir ini kamu sering drop kaya gitu, aku..aku cuma takut kamu-"
"Tha, I am okey. Aku tahu kamu khawatir sama aku, tapi semuanya masih dalam batas wajar. "
"Batas wajar kamu bilang?! Aku udah telpon papah, papah bilang sakit kamu makin parah . Jangan coba bohongin aku plis"
Alan mengusap wajahnya kasar. Dadanya sedikit nyeri karena berbicara terlalu banyak.
"Tubuh aku , aku yang tau Tha. Aku mau istirahat. Kamu selesain urusan kamu, jangan terlalu khawatir sama aku .bye."
Pria itu mematikan telponnya sepihak. Ia memang tidak bisa berbohong pada Sintha karena dokter yang merawatnya adalah ayah gadis itu.
Alan kembali memejamkan matanya. Jika Alana juga tahu tentang penyakitnya apa gadis itu akan seperduli Sintha? Alan tersenyum kecut, gadis itu terlalu sulit ditebak.
Ngomong - ngomong tentang Alana, pria itu sudah tidak sabar bagaimana nanti Alana datang dan bersikap manis padanya. Memikirkannya saja sudah membuat Alan tersenyum senang.
Alan pun memejamkan matanya kembali, ia sadar dirinya harus beristirahat lebih banyak. Tapi tak perduli seberapa sering ia beristiraha dan minum obat, toh penyakitnya itu akan terus menggerogoti tubuhnya dan berakhir di tempat pemakaman. Semuakan akan sia - sia saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just For You
Novela JuvenilBaru saja Alana merasakan hidup yang sebenarnya, ia lulus sebagai murid paling berprestasi di SMA Angkasa, ia diterima di Universitas Indonesia dan kini ia bebas melakukan apapun yang ia suka karena usianya sudah menginjak 19 tahun. Di tengah-tengah...