Chapter 6 | Just For You

316 31 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca ya🐢

***

“Huaaaaa balik lagi gue ke papih. Gue gak mau tinggal sama lo pokoknya. Huaaaa gue kangen sama papih”

Alana menangis sejadi – jadinya sedari tadi didalam mobil Alan. Mereka berdua tengah menuju ke apartemen Alan yang nantinya akan ditinggali oleh mereka berdua.

Alana terus saja berteriak tidak jelas didalam mobil dan sesekali menangis. Rasanya berat meninggalkan rumah yang sudah sedari dulu menampungnya sedari kecil dan meninggalkan papih kesayagannya.

Alana khawatir terjadi sesuatu yang tidak – tidak dilakukan oleh ibu tirinya itu, ia tidak mau kejadian yang dulu menimpa mamihnya kembali terjadi lagi.

Alana menarik – narik ujung kaos Alan yang sedari tadi duduk disampingnya sebagai pengemudi.“ Huaaaa mau balik , mau balik pokonya.”

“Eh eh jangan tarik – tarik dong Alana, nanti saya gak fokus nyetirnya.”

“Bodo amat gue gak peduli, ayo ih puter balik gak ke rumah kalo enggak entar gue balikin nih mobil lo.”

“Lah emang kamu kuat? Ngangkat koper sendiri aja tadi kamu kelimpungan mesti saya bantuin.” Ledeknya berusaha menghibur Alana.

Alana mempautkan bibirnya , sungguh ia sebal dengan laki – laki disampingnya. Saking kesalnya ia pun menghentak – hentakkan kakinya sebal dan Alana pun menjadi diam.

Ia malas menanggapi Alan saat ini."Yah ko diem lagi sih? Udah cape ya teriak – teriak dari tadi?”

Alana memutar bola matanya malas. “Udah deh jangan so akrab, mending lo nyetir yang bener. Dan gak usah curi – curi pandang ngelirik gue, entar gue colok mata lo baru tau rasa.”

***

Disinilah Alana sekarang, ia berada di apartemen Alan untuk kedua kalinya. Ia pun menarik kedua kopernya dengan kesalnya tanpa melirik Alan yang berada dibelakangnya. “Ya ampun Alana, sini biar saya bawain aja kopernya.”

“Gak , gak perlu. Gue kuat ko SENDIRIAN.” Ujar Alana dengan penuh penekanan di akhir kalimatnya. Ia pun melenggang masuk dan duduk di sofa.

Alan terkekeh kecil melihat kelakuan istrinya itu, ia tau istrinya sekarang tengah berada dalam mood yang tidak baik.Alan pun ikut duduk  di sebelah Alana.

“Ah ya ana, kamar kamu disana dan disebelah kamar kamu itu kamar saya. Saya tau kamu belum menerima pernikahan ini jadi saya memisahkan dulu kamar kita berdua, enggakpapa kan?”Tanya Alan dengan hati – hati, ia takut Alana akan tersinggung.

Alana hanya mengangguk – anggukkan kepalanya, karena sedari tadi ia tengah fokus kepada handphonenya. “Bagus deh kalo lo udah ngerti tanpa gue ngomong. Dan gue gak suka lo manggil gue dengan sebutan ‘ana’ jijik tau gak?”

“Tapi itu panggilan sayang saya buat kamu”

“Bodo amat ah. Gue mau ke kamar aja, lo berisik bye”
Alan memandang sendu punggung Alana yang semakin jauh .

“Bahkan Cuma nama panggilan pun kamu protes ya”

***

Malam harinya Alana baru saja keluar dari kamarnya, sejak siang tadi ia terlalu sibuk untuk mengemasi pakaiannya dan beradaptasi dengan kamar baru.

Di ruang tengah ia melihat Alan yang sedang menonton tv dengan fokus. Alana pun menghampirinya, ia pun menyodorkan secarik kerta pada Alan.

Alan mengerutkan alisnya bingung. “Apa ini ana?”
“Ck. Ana lagi ana lagi. Udah gue bilangkan jangan panggil gue ana. Ini baca aturan –aturan yang udah gue buat selama gue tinggal disini.”

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang