"Sakura dengarkan aku. Kau salah paham. Aku tidak selingkuh."
"Lalu?" Sakura mengambil kunci rumah dari tas ranselnya.
"Aku bertemu Kwangsoo hari ini dan dia mengajak teman wanita. Wanita itu mengambil ponselku ketika kau meneleponku."
"Kau bertemu dengannya ketika kau punya janji bertemu dengaku." Sakura mendecak kesal.
"Maafkan aku. Dia mengancamku. Jika aku tidak menemuinya dia akan menyakiti dirimu."
"Berapa kali kubilang jauhi dia. Mengapa kau tidak pernah mendengarkan aku."
"Aku mendengarkanmu. Aku hanya takut dia mnyakitimu."
"Benarkah?" Sakura mulai kesal. "Kau tidak mendengarkan aku Tae."
Taehyung tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia mulai takut sekarang.
"Kapan kau pernah mendengarkanku. Ketika aku bilang jangan berkelahi lagi dengannya kau masih saja berkelahi. Ketika aku bilang jangan bertemu dengannya kau masih saja mendengarkannya."
"Aku benar-benar minta maaf. Jika aku tidak melakukannya dia akan menyakitimu Sakura." Taehyung berusaha membuat Sakura mengerti namun sepertinya gagal.
"Satu-satunya cara adalah kau mengabaikannya. Kau selama ini meladeninya terus menerus. Itu membuatnya semakin antusias. Tidakkah kau mengerti."
"Aku mengerti. Aku mengerti. Ini adalah terakhir kalinya." Taehyung mengambil tangan Sakura namun wajah gadis itu berubah menjadi dingin.
"Aku selalu mengikuti apa yang kau inginkan karena kau selalu memberikan apapun yang aku butuhkan tanpa aku pinta. Apakah begitu sulit bagimu mendengarkan aku walaupun sedikit. Aku tidak tahu apa yang kau inginkan Taehyung aku menunggumu disana hampir satu jam dan kau tidak memberitahuku jika kau ingin menemui Kwangsoo. Kau tahu itu sangat menyebalkan. Aku benci melakukan itu."
"Aku tahu. Aku yang salah. Aku janji mulai sekarang aku akan mendengarkan apa yang kau inginkan. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Aku janji."
"Kau akan menepatinya jika aku tidak lagi bersamamu." Tiba-tiba kata-kata itu keluar dari mulut Sakura.
"Apa maksudmu. Apa kau ingin meninggalkan aku?" Taehyung mulai panik.
"Aku tidak bilang aku akan meninggalkanmu tapi tidak ada yang tahu masa depan."
"Jangan bilang seperti kau dan aku akan berpisah suatu saat nanti. Aku bersumpah aku tidak akan menemuinya lagi. Ini adalah yang terakhir dan aku minta maaf tidak menghubungimu dan menunggumu lama."
"Pulanglah. Aku tahu kau menungguku dari tadi. Jangan lupa makan malam." Sakura hendak masuk kedalam rumah.
"Kau tidak memafkan aku." Terlihat kesedihan di raut wajah Taehyung.
"Pulanglah Taehyung." Sakura menutup pintu rumahnya.
Taehyung mengetuk pintu rumah Sakura berkali-kali nakun gadis itu mengabaikannya.
"Sakura aku minta maaf." Gumam Taehyung dan kemudian pria itu meninggalkan rumah Sakura.
Didalam rumah Sakura dapat mendengar bunyi ketukan yang dibuat Taehyung namun dia mengabaikannya. Dia masih kesal dengan pria itu.
"Maafkan aku Taehyung. Kau harus belajar mengendalikan emosimu dan mengabaikan pria itu."
Taehyung sampai di apartemennya dengan perasaan kesal dan sedih. Sakura marah dengannya. Dia memang bodoh. Mengapa dia tidak bisa mengabaikan Kwangsoo. Padahal Sakura sudah memintanya berkali-kali.
Keesokan paginya. Azura pergi kekanr Sakura untuk membangunkan kepokannya itu namun sepertinya tidak ada tanda-tanda dari Sakuta dan ketika membuka pintu kamarnya. Sakura sudah tidak ada dikamar.
Azura berteriak kesekeliling rumahnya memanggil Sakura namun tetap tidak ada jawaban dari gadia itu.
"Tidak mungkin Sakura pergi keluar sepagi ini." Azura melihat jam didinding menunjukan pukul 7 pagi. "Hari ini juga dia tidak mungkin kesekolah karena dia hanya tinggal menunggu kelulusannya saja." Azura berbicara kepada dirinya sendiri.
"Sakura." Azura kembali berteriak. "Sakura."
"Bibi, aku disini." Sakura muncul dari pintu sambil menjinjing sekantung penuh makan ringan dan es krim.
"Tuhan, aku pikir kau kabur. Kau darima mana sepagi ini."
"Aku tidak mungkin kabur bi. Aku habis dari minimarket terdekat untuk membeli makanan ringan." Sakura menunnjukan plastik yang penuh dengan makan dan es krim.
"Mengapa kau membeli sebanyak ini?"
"Aku tidak ingin pergi keluar ketika libur karena aku akan menghabiskan waktuku untuk bermain game." Sakura berjalan menuju dapur.
"Oh ya. Bagaimana ujianmu kemarin?" Tanya Azura.
"Aku pikir aku bisa mengerjakannya."
"Kau ini. Mengapa kau tidak percaya diri seperti itu."
"Aku yakin bibi." Sakura memeluk erat bibinya.
"Ayo makan. Aku sudah menyiapkan Sarapan."
Sakura mengangguk.
Mereka berduapun menuju meja makan untuk sarapan.
"Apa orang tuamu sudah meneleponmu?"
"Sudah. Ayah meneleponku semalam dan dia berjanji jika aku masuk universitas Tokyo. Dia akan membelikanku satu set pc high spec keluaran terbaru." Ucap Skaura dengan riang.
"Apakah ibumu akan setuju?"
"Awalnya tidak tapi ayah membujuk ibu untuk menyetujuinya."
"Ibumu memang sangat ketat. Dia pikir anaknya itu tidak boleh bersenang-senang." Azura menggerutu kesal.
"Sudahlah bi kita berdua tahu, tidak ada yang bisa kita lakukan jika ibu sudah mengatakan tidak." Skaura meringis.
"Kau benar. Dia sangat keras kepala."
Sakura tertawa. "Lupakan ibuku. Mari kita makan." Ajak Sakura.
"Aku hampir saja lupa jika kita sedang sarapan." Azura ikut tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN (Miyawaki sakura x Kim Taehyung)
FanfictionMereka berdua dipisahkan oleh sebuah tragedi yang memilukan. Semenjak tragedi pemerkosaan itu Sakura menjadi seperti robot yang bernyawa. Tidak tersenyum, marah, merasakan sakit, bahkan menangis saja tidak. Dia juga mengisolasi diri dari keluarganya...