PART 9

225 23 2
                                    

Keesokan paginya Sakura bersiap untuk pergi ke toko buku. Chaeyeon janji untuk menjemput dirumahnya.

"Dengan siapa kau pergi." Azura bertanya pada Dakura yang baru saja turun dari kamarnya.

"Dengan Chaeyeon." Sakura duduk disamping Azura.

"Jangan pulang terlalu larut." Pesan Azura.

"Bibi." Sakura memeluk Azura sambil bermanja.

"Aku tahu jika kau seperti ini. Pasti ada sesuatu yang kau inginkan. Apa ujan jajanmu habis?"

Sakura menggeleng. "Bukan itu."

"Lalu apa?"

"Bisakan aku pulang setelah makan malam. Taehyung mengajakku makan es krim dan dia bilang es krim disana enak. Bisakah aku pergi bersamanya setelah pulang dari toko buku?"

"Sudah kuduga." Azura menyeringai. "Baiklah tapi ingat ujian masuk universitas 4 hari lagi. Jika kau tidak masuk universitas yang kau inginkan jangan panggil aku bibimu lagi."

"Bibi jahat. Kau tahu aku menyangimu."

"Orangtuamu akan membunuhku jika dia tahu anaknya kubiarkan berkeliaran ketika ujian masuk menanti."

"Ayolah bibi." Bujuk Sakura.

Suara bel berbunyi dan sepertinya Chayeon datang.

"Pergilah sebelum aku berunah pikiran."

"Kau memang yang terbaik." Sakura mencium pipi Azura.

"Hati-hati."

"Siap bi." Sakura langsung berlari menuju pintu.

Chaeyeon sudah berada didepan pintu ketika Sakura membukan pintu.
"Ayo kita pergi." Ajak Sakura.

"Dimana bibimu?" Chaeyeon mengintip kedalam rumah Sakura.

"Didalam."

"Bibi Azura aku dan Sakura lergi dulu." Teriak Sakura.

"Ayo cepat-cepat." Sakura menarik lengan Chaeyeon.

"Hei pelan-pelan aku bisa jatuh jika kau menyeret tanganku seperti itu."

"Maaf. Maaf." Sakura melepaskan tangan Chaeyeon.

Seteleh iru mereka berduapun menuju halte bus.

Taehyung terbangun ketika mendengar panggilan masuk dati ponselnya. Dua menggerutu dengan kesal. Tidak ada yang bisa membangunkan Taehyung kecuali Sakuranya.

Melihat nama si pemanggil di layar ponsel.

"Jeremy." Panggil Taehyung.

"Hai Kim Taehyung. Selamat pagi."

"Apa yang membuatmu merusak tidur nyenyakku." Taehyung berkata dengan kesal.

"Apakah hari ini kau sibuk?" Jeremy mengabaikan ucapan Taehyung yang sedikit acuh itu.

"Aku sibuk."

Jeremy tertawa. Pria blasteran Amerika - China itu sudah terbiasa dengan ucapan Taehyung yang sedikit kasar. Ya,  memang dasarnya dia tidak pernah berkata dengan halus kepada siapapun kecuali dengan Sakura.

"Ayolah aku ingin bertemu denganmu sebentar saja."

"Aku ada kencan."

"Dengan kekasih mungilmu itu. Sakura?"

"Ya dengan siapa lagi. Apakah aku punya kekasih lain selain dia."

"Manaku tahu mungkin saja. Kau pasti memiliki teman wanita selain Sakura." Jeremy ingin membuat Taehyung keasal.

"Aku tidak punya teman. Apalagi teman wanita. Satu-satunya wanita yang kukenal hanya Sakura."

"Aku hanya bercanda." Jeremy tertawa puas. "Ayolah kau bisa menemuiku sebelum kau berkencan dengan kekasihmu. Tidak akan lama." Jeremy berusaha meyakinkan.

"Kau memeng menyebalkan. Aku akan menghubungi nanti. Aku harus bertanya pada Sakura terlebih dahulu."

"Baiklah. Aku tak menyangka kau takut pada kekasihmu juga." Jeremy kembali meledek.

"Diam kau berisik." Taehyung langsung mematikan ponselnya.

Jeremy adalah seorang pria separuh baya yang berumur 40 tahun. Seorang fotografer terkenal yang telah berkeliling dunia. Terkenal dengan hasil jepretannya yang memukau dunia. Dia juga sering mendapat pekeejaan dari komite yang bergengsi seperti National Geographic beberapa jepretannya juga sering di terbitkan di New york Times dan banyak surat kabar lainnya.

Setelah menghubungi Sakura. Taehyung mengirimkan pesan kepada Jeremy untuk bertemu pukul 2 siang.

Sakura dan Chaeyeon tiba di toko buku yang terletak ditengah kota. Toko buku itu cukup lengkap dan biasanya banyak pengunjubg yang kesana karena kelengkapan buku di toko buku tersebut.

"Bagaimana lukamu. Apakah sudah baikan?"

"Ya, hanya sedikit sakit di bagian lututku tapi aku sudah mengobatinya."

"Aku bersumpah jika jalang itu melakukan hal itu lagi aku akan menyeretnya ke ruangan kepala sekolah." Chayeon memilih-milih buku yang akan dia beli.

"Kau memang kejam." Sakura tertawa padahal dialah korbannya.

"Jangan tertawa. Disini kaulah korbannya. Aku tidak habis pikir mengapa kau masih bisa tertawa. Apakah kau tidak ingin membalas Sohee."

"Aku tidak ingin membuang waktuku untuk dia. Sebentar lagi kita lulus.  Aku tidak ingin merusaknya."

"Kau benar, jalang itu hanya membuang energi dan waktuku yang sangat berharga."

"Mengapa kau selelu memanggilnya jalang?" Sakura bertanya dengan polos.

Chaeyeon memutar matanya. Sahabatnya ini pintar di bagian akademik tapi selain itu dia sangatlah polos dan mempunyai pengalaman yang sangat jauh dibawah Chaeyeon.

"Karena perilakunya mencerminkan dia itu jalang."

"Bukankah itu sedikit kasar." Sakura mengambil satu buku di rak.

"Itu tidak kasar. Kau harus belajar membedakannya."

Sakura hanya diam. Dia tidak akan pernah mengerti dunia Chaeyeon.

"Oh ya, apakah kau memberitahu Taehyung."

Sakura mengangguk. "Ya aku memberitahunya."

"Aku yakin Taehyung akan membalas jalang itu." Ucap Chaeyeon dengan berapi-api.

"Aku melarangnya."

"Kau gila." Chaeyeon langsung mengarahkan wajahnya ke arah Sakura. "Taehyung harus membalas jalang itu supaya dia kapok."

"Chaeyeon, kau sama saja seperti Taehyung."

"Karena kami berdua mencintaimu. Bagaimana bisa kami melihat orang yang kami cintai disakiti orang lain."

"Terimakasih Chaeyeon kau memang sahabatku yang terbaik." Sakura memeluk Chaeyeon.

"Tentu saja." Balas Chayeon dengan bangga.

BROKEN (Miyawaki sakura x Kim Taehyung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang