Vote dan komennya pertahankan yuk, biar updatenya lancar jaya . Hehehe
⚠️ Alurnya maju mundur.Berawal dari sepenggal foto lockscreen pada ponsel Taehyung yang tak sengaja dilihat Jungkook melalui ujung mata saat mereka melarikan diri ke mini market terdekat sehabis Kak Seokjin dimarahi ibu. Foto seorang gadis berambut gelap sebahu yang memiliki pendar mata sejernih air telaga. Hidungnya lancip lengkap bersama senyuman semanis gula-gula. Dilatar belakangi oleh ramainya suasana kedai dan disponsori oleh meja sebagai properti, gadis itu menopang dagu seraya tersenyum malu-malu menghadap kamera. Manis sekali.
Cuaca malam itu cukup dingin. Hujan turun tipis-tipis membuat mini market agak sepi sebab jalanan mulai tergenang air di sana-sini. Namun suhu yang merosot turun tak lantas membuat kedua pemuda itu beranjak dari sana. Jungkook bahkan telah menghabiskan dua cup ramen dan tiga kaleng bir sementara Taehyung hanya membeli satu cup ramen dan sekaleng soda yang tak habis-habis.
"Dia pacarmu?"
Taehyung yang tengah menyeruput kuah ramen segera mengambil ponsel di atas meja terburu-buru, memasukannya ke dalam saku kemudian menyahut, "Jangan lihat-lihat!"
Jungkook mendengus. "Aku cuma bertanya."
Duduk berhadapan di atas kursi kayu di depan minimarket menghindari amukan Ibu seraya menunggu hujan sedikit mereda. Pukul dua belas malam, mereka yang hendak pulang sehabis bermain mendadak kembali menutup pintu ketika melihat Seokjin telah di sidang lebih dulu. Maka walau menggigil, memakai baju setengah basah sedangkan Taehyung masih terbalut jersey dengan bau keringat menusuk hidung harus tetap memaksakan diri bertahan sampai ibu kembali masuk ke dalam kamar.
"Kenapa? Cantik, ya?" Taehyung tersenyum angkuh saat mengatakannya.
Sejujurnya, Jungkook ingin sekali mengatakan iya, atau paling tidak mengaggukan kepalanya. Namun sadar bahwa jawaban jujur tersebut hanya akan membuat Taehyung semakin besar kepala, akhirnya ia menggeleng meski semburat merah menjalar dari pipi sampai daun telinga. "Biasa saja, tuh."
Barangkali, Taehyung telah melupakan memori kecil dari sebagian besar pristiwa rumit yang telah menerpa, mengikis sebagian ingatannya. Akan tetapi Jungkook tidak akan pernah lupa, mengingat-ingat senyuman manis seorang gadis yang terus berwara-wiri memenuhi pelupuk mata setiap malam. Jungkook bukan tipikal orang yang mudah percaya mengenai konsep tentang ajaibnya sebuah kata 'kebetulan' . Jungkook lebih percaya pada teori tidak ada asap kalau tidak ada api, begitu pula rancangan takdir yanga sengaja mempertemukan mereka untuk sebuah alasan.
Di tengah cuaca bersalju, dimana sebagian orang beramai-ramai turun ke jalan bergembira memeriahkan festival, gadis itu malah duduk menekuk wajah di ujung kursi paling pojok, menatap kosong ke luar jendela sampai-sampai tak sadar bahwa kursi di sebelahnya berderit terisi. Jungkook meremat kesepuluh jarinya dalam saku mantel, mengumpulkan keberenian untuk menyapa sebelum tangis gadis itu pecah nyaris mengagetkannya.
"Hei, kau bisa diam? Dari tadi kau menangis sambil meremas-remas ujung mantelku."
Muncul seribu pertanyaan dalam kepala. Mengapa gadis itu menangis? Siapa dalang di balik air matanya terus jatuh? Apakah Taehyung? Kalau benar, Jungkook bersumpah akan memecahkan satu biji bocah tengik itu sesampainya di rumah.
"Aku tidak peduli dengan apapun alasan mengapa kau bisa menangis. Tapi, demi Tuhan, mereka mulai menatap ku dengan tatapan aneh, seakan aku yang menjadi alasan kau tetap menangis dan menyuruhku untuk segera membuatmu bungkam."
Jungkook juga bukan tipe orang yang mudah percaya pada omong kosong tentang cinta pada pandangan pertama. Ia yakin hanya penasaran pada gadis yang mampu menyita perhatian hanya dari sekilas foto saja. Hingga malam itu, setelah bergelut dengan isi pikirannya sendiri, Jungkook memutuskan menghentikan taksi untuk mengejar bis dan membuntuti sang gadis. Memastikannya tetap aman sampai memasuki rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Illegal Wife✔
FanfictionSetelah sekian lama mengistirahatkan diri dari sebuah hubungan semu, Ahrin di pertemukan dengan Nam Jungkook, si pemuda yang berani membawakan segenggam asa menuntunnya pada sebuah kehidupan baru. Menata beragam angan masa depan bersama, membangun...